Artikel ke 37
Bekam relaksasi menurunkan tekanan darah tinggi hanya dalam 30 menit saja
Pada artikel ke 24, sudah saya jabarkan panjang lebar tentang perjalanan saya selama menjadi warga binaan Lapas Gorontalo, (http://www.kompasiana.com/davebekam/inovator-yang-dipenjarakan-karena-inovasinya_5623a9fb63afbd5b0581e9d7 ) pada artikel ke 37 saya akan menceritakan apa saja inovasi yang saya lakukan, sayang bila pengalaman berharga ini tidak dibagikan, paling tidak sisi positif pembinaan Lapas bisa diketahui pembaca Kompasiana.
Insiden kulit terbakar
Seperti biasa saat menjelang malam, kami semua sudah masuk sel dari jam 18.00 Witeng, setelah apel di muka pintu sel, kami semua masuk sel lalu pintu sel di gembok petugas Lapas, di dalam sel ukuran 3 x 5 m2 di huni 10 orang warga binaan, karena kasus yang saya jalani adalah kasus pidana, maka semua keluarga satu sel adalah dari perkara pidana, kegiatan harian biasa di isi dengan maen kartu, ini bisa menjadi sarana hiburan ,keakraban dan mengisi waktu sampai tidur, biasanya yang kalah dihukum jongkok, didalam sel kami menjadi akrab, dan biasanya saling menghargai, saya biasa di panggil Ko David, hampir semua warga binaan tahu saya ahli pengobatan herbal, sehingga tiap hari saya selalu sibuk melayani yang sakit, malam itu seingat saya di bulan Juni 2013, saya merasa lelah dan punggung terasa penat, lalu saya meminta Rendy untuk Kop punggung saya pakai koin dibungkus tisu, lalu di bakar dan di tutup cangkir mug besar, rasanya mantap ,tarikannya kuat, sampai saya merasa keenakan, lalu Rendy minta ijin mandi dulu, ternyata dia mandi sambil cuci baju, sehingga hampir 15 menit dia tinggalkan saya dalam keadaan di Kop, lalu selesai mandi Rendy mencabut mug nya, lalu dia teriak waduh Ko…..maaf Ko, kulit Ko terkelupas…..lalu saya minta Rendy tetes pake Jamu tetes yang selalu saya bawa, alangkah perihnya saya rasakan saat kulit di tetes Jamu tetes, tapi langsung hilang dan esoknya sudah kering lukanya.
Setelah insiden tersebut, saya menghubungi anak saya untuk di carikan lewat Internet alat Kop yang di vacuum pakai pompa tangan, singkat cerita setelah mendapatkan alat tersebut, saya mulai ujicoba pada teman-teman , awalnya di sel saya, lalu mulai menyebar ke teman-teman yang lain, sehingga saya minta di belikan peralatan lengkap berupa alat pengukur tekanan darah, dan pen untuk jarum bekam, saya kebanjiran pasien, akhirnya atas seijin petugas saya di bolehkan praktek di Gereja Lapas saat tidak ada kegiatan, dari urusan jerawat, bisul, sakit gigi, asam urat, hipertensi, alergi kulit, borokan, sakit kepala, luka tembak, luka remuk, kecanduan narkoba, sampai batu ginjal menjadi makanan saya sehari-hari.
Mendapat sertifikata ITBI secara on line
Sampai akhirnya oleh Bp Soeharto Kabag Umum memberikan kelonggaran untuk memakai ruangannya bila ada pasien dari luar Lapas, biasanya keluarga petugas, atau keluarga warga binaan yang sakit, lalu atas seijin beliau saya memakai fasilitas internet untuk mendaftarkan diri secara on line ITBI ( ikatan terapis Bekam Indonesia ) , saat ujian saya selesaikan dalam waktu 45 menit, 2 hari kemudian saya dinyatakan lulus, dan mendapatkan sertifikat ITBI dengan alamat Lapas Gorontalo.

Saat terjadi mutasi di kantor Lapas,Kasibinadik ( kepala seksi pembinaan dan pendidikan ) yang baru di jabat oleh Bp Rusdedy ( saat ini menjadi Kalapas Pohuwato – Gorontalo ) beliau suka di bekam, lalu beliau ke sel saya minta diterapi bekam, saya lakukan didalam sel yang sempit, tapi beliau merasakan badannya menjadi lebih bugar, dan beliau bilang metode yang saya lakukan berbeda dengan yang biasa dia alami saat berbekam di tempat lain, sehingga oleh kebaikan beliau memberikan tempat khusus terapi bekam di bekas ruangan gudang yang tidak terpakai, singkat cerita saya mempunyai ruangan praktek bekam di dalam lingkungan Lapas.
