[caption caption="Salah Satu Contoh Buku Enny Arrow / sumber : Banten.co"][/caption]Di era awal tahun 90-an, banyak beredar buku bacaan yang beragam. Dari pengarang-pengarang terkenal sampai dengan pengarang yang 'tak berwujud'. Pengarang terkenal saat itu seperti Mira W, Motinggo Busye, Eddy D. Iskandar sampai Bastian Tito sebagai pengarang Wiro Sableng 212. Dari cerita silat ada Kho Ping Hoo dan Gan K.L yang meneruskan nominasinya sejak tahun 70-an.
Di antara sekian banyak pengarang terkenal pada eranya, ada satu sosok pengarang yang tidak diketahui siapa dirinya, tetapi hasil karyanya banyak diburu oleh para mahasiswa sampai anak-anak SMP yang masih dibawa umur. Walau pun untuk memperolehnya harus secara dibawa tangan, tetapi bukunya justru laris diburu pembaca.
Ya, tebakan anda benar. Buku yang diburu saat itu adalah buku karya Enny Arrow. Dan sampai sekarang pun tidak ada seorang pun yang tahu atau kenal dengan pengarang yang bernama Enny Arrow ini. Apakah dia laki-laki atau perempuan tak seorang pun yang tahu. Apakah Enny Arrow ini hanya satu orang atau pun terdiri dari beberapa orang tak seorang pun juga yang tahu.
Sebelum buku Fifty Shade of Grey begitu terkenal, pada masa tahun 90-an buku-buku Enny Arrow sudah begitu terkenal. Walau pun bukunya hanya terdiri dari beberapa halaman (mungkin sekitar 40-50 halaman) dan tidak setebal buku Fifty Shade of Grey, tapi ceritanya bisa membuat pembacanya terhipnotis. Melayang dan terhempas ketika telah selesai membacanya.
Tapi siapakah Enny Arrow itu sebenarnya? Jangankan pembaca, dari pengakuan seorang pedagang buku di Pasar Senen pun tidak mengetahui siapa kah Enny Arrow itu. Dia hanya tahu bahwa buku tersebut didrop oleh orang-orang yang saling bergantian. Bahkan yang mendrop buku tersebut pun tidak mengenal siapakah Enny Arrow itu.
Setelah sekian puluh tahun, era Enny Arrow telah berganti dengan format PDF atau pun ebook. Apakah masih ada Kompasianer yang menyimpan buku Enny Arrow? Mungkin buku tersebut merupakan buku 'klasik' yang sudah sangat sulit dicari saat ini. Apakah ada kenangan Kompasianer tentang buku tersebut? Silakan share di kolom komentar.
