Mohon tunggu...
mohammad mustain
mohammad mustain Mohon Tunggu... penulis bebas -

Memotret dan menulis itu panggilan hati. Kalau tak ada panggilan, ya melihat dan membaca saja.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jokowi, SBY, dan Mobil Mogok

23 Maret 2017   14:51 Diperbarui: 23 Maret 2017   23:00 1183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada saja yang bisa membuat hubungan antara Presiden Jokowi dan mantan presiden Soesilo Bambang Yudhoyono ramai diperbincangkan. Ya namanya orang top. Wajar juga  ada sekelompok orang yang begitu terobsesi dengan mereka berdua sehingga merasa cocok dengan kalimat iklan "Gak Ada Loe, Gak Rame".

Orang mengantuk, lelah, dan lesu karena belum makan, tiba-tiba saja bisa begitu bersemangat untuk menyimak, menggunjing, dan beradu argumentasi saat hubungan kedua orang top itu disebut ada masalah. Ini bukan sulap bukan sihir, begitulah adanya. Yang suka memproduksi dan mengkonsumsi hoax, terlebih lagi. Bisa heboh seisi negara dengan bumbu dan plintiran mereka. Akhirnya muncullah istilah keren: juru fitnah dan tukang hoax.

Yang masuk kategori itu ada di pendukung Jokowi, ada di pendukung SBY, ada pula masyarakat nonblok tetapi suka yang rame-rame dan asyik-asyik di urusan politik. Merekalah yang selama ini menikmati benar arti hubungan dua tokoh itu. Yang pro dan yang kontra saling memproduksi pendapat yang tentunya berlawanan. Sementara yang nonblok suka tertawa dan tepuk tangan diam-diam, seperti lihat sepak bola, main catur, atau adu tinju.

Harus diakui, ada yang punya perasaan "kehilangan" saat Jokowi tampil sedikit mesra dengan SBY di beranda Istana 9 Maret 2017 lalu. Bagaimana tidak, biasanya kalau tidak mesra, garis demarkasi di antara keduanya begitu jelas. Tetapi gara-gara penampilan sediki mesra ada dia antara dua orang top itu, garis demarkasi tiba-tiba saja memudar tak jelas. 

Mau komentar atau bicara juga serba salah nanti dianggap merusak lagu "kemesraan" yang sayup-sayup masih dicoba diperdengarkan. Mau menahan diri lebih lama, itu juga terasa berat dan bisa menyiksa diri. Apalagi bagi yang sudah terbiasa "memble aje", ini jelas zona yang sangat tak nyaman.

Mungkin inilah yang membuat kabar mobil presiden mogok dalam perjalanan menuju Kabupaten Kubu Raya usai dari Desa Jungkat Kabupaten Mempawah Kalimatan Barat, 18 Maret lalu, begitu cepat jadi isu seksi. Terlebih lagi, setelah kabar ini juga menyasar soal mobil kepresidenan yang ternyata "dipinjam" SBY sejak 2014 lalu dan baru dikembalikan kemarin.

Entah mengapa, ada pikiran nyleneh yang numpang di kepala saya soal mobil kepresidenan yang mogok ini. Jangan-jangan mobil kepresidenan itu suka mogok karena harus mengangkut "dua" presiden. Di seluruh dunia itu, presiden sebuah negara kan hanya satu. Itu suatu kelaziman. Mobil kepresidenan seharusnya juga mengangkut satu presiden. Kalau ada "dua" presiden, berat dong bebannya, makanya suka mogok.

Jangan-jangan pula, mobil presiden itu suka mogok karena tak chemistry dengan objek kunjungan presiden. Misalnya dulu presiden bannya gembos saat meninjau proyek Hambalang yang mangkrak. Kini mobil mogok setelah meresmikan proyek listrik PLTG MPP Parit Baru, yang punya tetangga salah satu dari 34 proyek pembangkit listrik yang mangkrak.

Jangan marah. Pikiran nyleneh itu hanya kelakar kok, hanya intermezzo saja, jangan dimasukkan ke hati. Yang pasti soal mogoknya mobil kepresidenan itu memang hal yang menarik untuk diperbincangkan. Termasuk tentunya mobil kepresidenan yang sampai hampir 3 tahun berada di garasi rumah mantan presiden.

Karena menarik perhatian banyak pihak itulah, tentu lengkap dengan komentarnya, masalah mulai menghangat. Pernyataan Kepala Sekretariat Presiden Darmansjah Djumala yang menyebut ada satu mobil kepresidenan yang dibawa SBY sejak 2014 lalu, langsung mengundang reaksi baik dari pendukung Jokowi maupun pendukung SBY. 

Ada suara yang menyebut tidak pantaslah mobil kepresidenan kok dipinjamkan ke mantan presiden. Ada juga yang berpendapat sebaliknya. Dari internal Partai Demokrat muncul pernyataan, mobil itu dipinjamkan ke SBY karena negara masih belum bisa menyediakan mobil untuk SBY dengan alasan penghematan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun