"Pulang, Mama sakit..."
Kalimat pendek yang aku temukan saat aku tidak sengaja klik pesan di handphoneku. Sejujurnya aku tidak pernah suka untuk bekerja jauh dari tempatku dilahirkan. Bukan penakut hanya saja kekhawatiran yang terlalu berlebihan bila aku harus jauh dari orang tuaku.
Terpaksa.
Demi apapun aku tak pernah mau ambil pekerjaan ini. Semua karena terpaksa. Dengan dalih bahwa Hawa harus ikut maunya Adam. Dengan berat hati aku jalani hari-hari di hirup pikuk polusi yang menurutku sungguh tidak nyaman.
Kubawa serta malaikat kecilku dengan harapan agar aku masih bisa memantau dan mengikuti perkembangan anak-anak.
Satu bulan semua baik-baik saja.
Sepertinya anak-anak sudah mulai betah dan aku rela membesut sepeda motor dengan perjalanan hampir dua jam dengan kondisi selalu macet sementara aku sangat benci kemacetan. Tidak ada akses lain selain, Ojol, Angkot dan kendaraan pribadi.
Aku rela sedikit bikin eksotis kulitku dengan harapan bisa lebih cepat sampai di rumah dan bisa cepat ketemu anak-anak juga bisa segera menemani mereka bercerita, belajar atau sekedar menyiapkan kudapan untuk teman nonton mereka.
Satu yang tidak aku pahami sampai saat ini.
Aku tidak pernah tahu, maksud bapanya anak-anak untuk apa dan tujuan akhirnya bagaimana, yang aku tahu pada akhirnya kami dibiarkan bertiga.
Aku sedikit kalut, bagaimana tidak, setiap hari aku tidak boleh terlambat bangun.