Mohon tunggu...
M Chozin Amirullah
M Chozin Amirullah Mohon Tunggu... Relawan - Blogger partikelir

Antusias pada perubahan sosial, aktif dalam gerakan mewujudkannya. Menghargai budaya sebagai bunga terindah peradaban. Memandang politik bukan sebagai tujuan namun jalan mewujudkan keadilan sosial. Tak rutin menulis namun menjadikannya sebagai olah spiritual dan katarsis. Selalu terpesona dengan keindahan yang berasal dari dalam. Ketua Gerakan Turuntangan, Mengajak anak muda jangan hanya urun angan tetapi lebih bauk turun tangan. Kenal lebih lanjut di instagram: chozin.id | facebook: fb.com/chozin.id | twitter: chozin_id | Web: www.chozin.id

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Sukarno dan Ayahku: Indonesia Merdeka 17 Kali

30 Juli 2014   03:47 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:53 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_317199" align="aligncenter" width="478" caption="Foto: koleksi pribadi"][/caption]

Sukarno, seluruh dunia tahu. Di luar negeri, kalau ketemu orang di jalan, minta sebut beberapa nama terkait Indonesia, yang akan pertama kali disebut pasti Sukarno. Ayahku (ayah tiri), tak seterkenal Sukarno. Ia hanya orang kampung yang kebetulan dianggap sebagai orang 'pintar' sehingga sering dimintai obat dan atau nasihat bagi warga yang punya hajat atau terkena musibah. Ayahku adalah pengagum berat Sukarno. Ia diantara sekian orang yang meyakini Sukarno sebagai 'waliyul amri'. Lebih dari itu, baginya, Sukarno Imam Mahdi, yang diturunkan untuk memimpin Indonesia.

Mudik lebaran kali ini, seperti biasanya, aku menyempatkan untuk diskusi dengan ayah. Tidak seperti biasanya yang berkisar pada soal agama, topik diskusi kali ini adalah tentang Sukarno. Kenapa ia mengajak diskusi topik itu? Mungkin karena beliau melihat aktifitas politikku belakangan ini sebagai relawan Jokowi-JK, yang dianggapnya sering interaksi dengan para Sukarnois.

1406640264798335963
1406640264798335963
Disungkemi tamu. Poster Gus Dur di belakangnya

Kali ini saya lebih suka mendengar dari pada bercerita. Biasanya kami diskusi secara seimbang. Bukan apa-apa, karena saya ingin mencerap lebih banyak cerita pengalaman darinya.

Ia membuka diskusi dengan cerita saat menghadiri rapat raksasa pidato Sukarno di alun-alun Pakalongan tahun 1952. Kata-kata Sukarno yang masih kuat diingat oleh ayahku adalah: "Indonesia harus merdeka 17 kali".

Mengutip ayahku, beginilah kira-kira bunyi pidato Sukarno waktu itu:

"Rakyat Indonesia harus merdeka 17 kali!

"Merdeka satu kali saja sudah hebat, apalagi merdeka 17 kali."

"Bapak/Ibu tahu, merdeka 17 kali itu apa?" Hadirin menjawab serentak: "tidaaaak"

Kata Sukarno: "Dengarkan Bapak/Ibu,...!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun