Mohon tunggu...
Chichi Aja
Chichi Aja Mohon Tunggu... Administrasi - Teacher and Education Influencers

just me

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Jengah Rasa

19 Agustus 2018   14:00 Diperbarui: 19 Agustus 2018   14:13 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Memuai seuatu untuk merasakan lagi apa yang harus dirasakan lalu mencari makna apa yang dirasakan sambil   kembali untuk untuk mencari jalan keluar. Begitulah setiap saat kita berdamai dengan kegidupan serta berjuang dengan waktu. Jarak tempuh kita yang semakin lama dan semakin lihai mempelajari beberapa hal yang tadi tak sadar  menjadikan kita manusia menjadi merasa ringan, enteng berfikir dan taktis bersikap. 

Kebiasaan menuntaskan masalah biasanya akan ditemani dengan perasaan kuat yang mengiringinya. Baik itu perasaan menyennangkan bisa juga menyedihkan kita harus juga pandai mengendalikan peran kita dalam melawan hati kita sendiri. Indahnya kita harus mempelajari dan menghadapinya sendiri kita harus perjuangkan keberhasilan itu hanya kepada sang Penguasa dan Maha Kuasa. 

Sadar itu muncul saat tak lagi ada yang kita nilai bisa memahami dan mengerti kita apalagi berharaap kasih atau sayang. Hindari itu agar setiap usaha ynag kita lakukan murni perjuangan kita dan setiap kesakitan yang kita rasakan adalah hal yang nantinya akan mebuiahkan kebahagian sejati untuk kita. Kadang ada sosok yang datang mempermainkan hati kita untuk sesaat lalu memburu untuk merajut dan menyebar kebahagiaan bahkan kita pun sadar akan akibat kita pun bisa dibuai perasaan sendiri yang diolah sebagai hasil perasaanya. 

Gurauan lucu di saaat tak tepat dan candaan gak mutu yang ditunjukkannya padaku siapa sangka telah ditorehkan disebagian waktu kita. Aku merasa aneh dengan kejengahan komunikasi tadi tapi tak berharap dapat dimaknai mendalam biasanya ombakpun kembali saat pasir meluruhkan kata-kata sopan itu dan ombak akan kembali ke lautan luas yang tak sadar telah mengancurkan sedikit demi sedikit batu dan karang. 

Kejamnya itu selalu ombak yang mnejadi pemenang dan selalu ombak yang berkuasa ..padahal ombak datang melebur istana pasir dan pergi saat karang luruh juga gagah sebagai si penguasa. Akupun jengah dibuatnnya ...kejam si penguasa itu datang dan pergi lewati setiap tepian pantai...pantai yang tak akan pernah untuk berlabuh. Begitula gelombang perasaan manusia yang selalu dilewati dalam kehidupannya. lalu aku memilih titik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun