Mohon tunggu...
Meta Maftuhah
Meta Maftuhah Mohon Tunggu... Konsultan - Konsultan UMKM dan survey sosial ekonomi yang senang menulis blog.

Visit my blog : http://www.ceumeta.com Contact : meta.maftuhah@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

THR Buat Freelancer, Dibikin Simpel

11 Mei 2019   23:19 Diperbarui: 11 Mei 2019   23:52 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah lebih dari 8 tahun saya memilih jadi freelancer. Beberapa teman menganggap saya bodoh, melepaskan posisi yang sudah bagus. Bahkan bisa jadi batu loncatan untuk karir yang lebih baik. Saya bilang, itu adalah takdir. Takdir untuk memulai hidup sebagai orang bebas, tidak terikat pekerjaan di kantor. Bebas memilih jam kerja, bebas untuk kapan mau berlibur. Bebas untuk mengantar anak ke sekolah, dan bebas untuk menentukan mau dapat penghasilan berapa. 

Itu cerita baiknya. Cerita buruknya adalah, bahwa rejeki kadang datang tak dapat diatur. Ada kalanya dalam satu bulan, penghasilan "cukup" untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan. Tapi ada kalanya, order tidak kunjung datang berbulan-bulan. Jadinya saya tidak boleh boros kalau sedang banyak order. Harus mengatur uang dengan cermat, harus tetap punya tabungan minimal untuk hidup satu bulan ke depan. 

Berbeda saat bekerja dulu. Setiap tanggal 30 rekening pasti terisi. Setiap menjelang hari raya, ada tambahan satu bulan gaji. Jelang akhir tahun, ada tambahan tunjangan akhir tahun. Kadang suka tergoda kalau ada tawaran dari teman untuk kerja kantoran lagi.

Tapi, setelah 8 tahun memilih jadi pekerja bebas dan punya bisnis sendiri, saya jadi malas ngantor lagi. Padahal jadi freelancer, malam pun terkadang saya masih harus di lapangan, kalau lagi ada job. Tapi pas yang lain kerja, saya  bisa jalan-jalan keliling kota atau mengunjungi kebun tanpa rasa bersalah.

dok.canva
dok.canva

Mengatur Uang Ala Freelancer
Memiliki 3 orang anak dan hidup di kota tentunya butuh biaya yang tidak sedikit.  Bayangkan si sulung sudah kuliah, nomor 2 sekarang di pesantren, dan no 3 masih SD. Biaya pendidikan pasti tidak murah. Belum biaya lain-lain. Jadi total selama sebulan ya, sekitar lah, anggaran yang harus dialokasikan setiap bulan.  Melepas pekerjaan dengan posisi bagus bisa dibilang nekad.

Tapi ya, itu pilihan yang sudah diambil. Artinya saya tidak boleh boros. Dan satu lagi saya memutuskan untuk putus hubungan dengan kartu kredit. Alasannya, ada deh. Pokoknya saya delapan tahun ini menjadi orang yang sangat fungsional. Belanja kalau butuh, tidak berspekulasi (lagi) dalam pengelolaan keuangan.

Jadinya, saya harus punya strategi untuk mengatur uang. Agak berat memang, karena uang yang masuk jumlahnya tidak langsung besar seperti waktu jadi karyawan. Sekarang uang yang masuk mengalir, kadang deras seperti bah, kadang keluar setetes demi setetes, alias recehan. Walaupun recehan, tetapi itu rejeki yang diberikan Sang Maha Kuasa, insya Allah dan Berkah. 

Setiap bulan ada 3 langkah yang saya lakukan dalam mengatur keuangan :

1. Membuat rencana keuangan (budgeting)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun