Mohon tunggu...
I am a free soul
I am a free soul Mohon Tunggu... Wiraswasta - A mother of two beautiful souls

Give me fruits and take me to the woods. I am easy to please.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Jokowi atau Prabowo, yang Mereka Perlukan Hanyalah Seorang Presiden yang Peduli

11 Juli 2014   14:13 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:40 1545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Dik, tolonglah carikan kami sponsor supaya anak anak kami tetap bisa bersekolah dan tidak berakhir menjadi pemulung seperti kami" - Seger, Kuta, Lombok. 5 Juli, 2014.

[caption id="attachment_347190" align="aligncenter" width="600" caption="Anak anak pemulung di Pantai Seger, Kuta, Lombok"][/caption]

Mari alihkan sejenak perhatian dari kisruh hasil pilpres dan kita tengok kehidupan rakyat kecil yang sepertinya akan tetap saja kecil dan susah siapa pun yang akan terpilih menjadi Presiden Indonesia yang baru.

Pagi itu sekitar pkl. 7, Pantai Seger di Kuta Lombok masih sangat sepi. Tak terlihat ada pengunjung selain saya dan seorang teman saya yang memang sudah ada di pantai ini sejak masih gelap karena menunggu matahari terbit. Sedang asyik tunggang-tungging memotret tiba-tiba terdengar teriakan anak kecil, "Hei, turis... Minta duitnya." Sontak saya kaget karena tidak menduga ada orang lain saat itu di situ. Celingukan saya mencari sumber suara dan dari kejauhan nampak 3 anak kecil masing-masing dengan membawa beban di kepala dan pundaknya.

Dengan wajah kesal saya menunggu mereka mendekat. Saya tidak suka orang asal palak minta duit apalagi ini anak kecil. Semakin mereka mendekat, kekesalan saya memudar dan perlahan tersenyum ketika tau apa yang mereka bawa. Sampah plastik dan kardus bekas. Saya pun sudah langsung bisa menebak bahwa mereka pemulung kecil. Tak sabar menunggu mereka tiba di hadapan saya, saya pun memancing agar mereka berjalan lebih cepat, "Kakak ga bawa duit, tapi ada coklat, mau ga?" Benar dugaan saya, mereka pun berjalan lebih cepat meskipun terlihat sangat sulit dengan beban dan jalan di antara batu karang. Saya jahat ya :(

Akhirnya mereka tiba di depan saya, 2 anak perempuan dan 1 laki laki. Saya meminta waktu mereka sebentar untuk mengobrol dan berfoto. Sambil membantu menurunkan barang bawaan mereka yang ternyata cukup berat, saya mulai berkenalan. Anak laki-laki itu bernama Agus kelas IV SD, 2 anak perempuan itu bernama Nada kelas VI SD dan Ria kelas V SD. Mereka tinggal di perkampungan tak jauh dari pantai. Setiap pagi bahkan kadang saat matahari belum muncul mereka sudah berangkat menuju pantai pantai yang biasanya dikunjungi orang. Mereka mengumpulkan sampah-sampah plastik di sepanjang pantai. Kata mereka, kalau pagi hari sampah-sampah banyak dibawa ombak. Sambil tersenyum saya mendengar celoteh mereka dan bersyukur di dalam hati. Mereka tidak hanya bekerja mencari nafkah untuk membantu orang tuanya tapi juga sudah membantu menjaga lingkungan dengan memunguti sampah-sampah plastik di pantai. Sungguh mulia bukan?

Berhubung saya ada jadwal pergi ke tempat lain kami tak bisa mengobrol lama. Tapi kami berjanji akan bertemu kembali di tempat yang sama keesokan paginya. Setelah beberapa kali foto, kami pun berpisah dengan riang gembira karena kami akan bertemu kembali.

[caption id="attachment_347213" align="aligncenter" width="600" caption="Lombok"]

1405035917559958759
1405035917559958759
[/caption]

[caption id="attachment_347210" align="aligncenter" width="600" caption="Tak perlu lama untuk mengarahkan mereka berpose layaknya model :D"]

1405035558329351863
1405035558329351863
[/caption]

Pkl. 5 keesokan paginya, saya sudah bersiap untuk pergi melihat sunrise di Tanjung Aan. Tak lupa saya menyiapkan oleh-oleh untuk Nada, Ria, dan Agus. Saya akan bertemu mereka lagi. Tanjung Aan adalah salah satu tempat favorit saya di Lombok. Tak peduli jam berapa pun saya ke sana, saya selalu menghabiskan waktu yang sangat lama. Seperti pagi itu ketika saya terlena menikmati naik-turun perbukitan di sana dari pkl. 5:30 pagi hingga pkl.8 dan sebenarnya saya masih sangat betah tapi kemudian tersadar kalo saya sudah terlambat bertemu anak-anak itu. Yep, saya terlambat 1 jam dari waktu yang kami sepakati.

Saya tiba di Pantai Seger dan mendapati mereka sudah tak di sana. Saya susuri sepanjang pantai, tengok ke bukit sebelah hingga ke depan Hotel Novotel, mereka tak terlihat. Panik mulai menyerang, rasa bersalah dan penyesalan menggelayuti pikiran saya. Air mata pun mulai menetes membayangkan bagaimana mereka menunggu saya tadi. Saya khawatir tidak bisa bertemu lagi, khawatir jika mereka mengira saya ingkar janji. Sesaat kemudian, saya mulai tenang dan memutuskan untuk pergi ke perkampungan mencari mereka. Beruntungnya saya sempat foto-foto dengan mereka kemarin jadi tak begitu sulit untuk menemukan mereka. Adalah Nia, seorang anak perempuan kelas I SMP yang mengaku mengenali Nada dan mengantar saya ke rumahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun