Mohon tunggu...
budi prakoso
budi prakoso Mohon Tunggu... Wiraswasta - mari jaga kesehatan

seorang yang gemar berolahraga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pererat Jaring Keberagaman Melalui Budaya Nusantara

20 September 2017   07:48 Diperbarui: 20 September 2017   08:18 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Garuda - http://redaksiindonesia.com

Islam masuk ke Indonesia melalui akulturasi budaya lokal. Wali Songo menggunakan budaya nusantara, untuk bisa menyebarkan ajaran Islam. Hasilnya, masyarakat Jawa yang ketika itu yang sudah memiliki kepercayaan, berpindah memilih ajaran Islam. Itulah fakta yang tidak bisa dibantah. Namun, sayangnya tidak banyak orang yang melihat peran budaya nusantara dalam penyebaran Islam di nusantara ini. Islam jelas agama damai, yang tidak mengedepankan kebencian dan kekerasan. Karena itulah, ketika masuk ke Indonesia pun juga dilakukan dengan cara-cara damai, seperti mengadopsi budaya lokal tersebut.

Agama dan budaya merupakan simpul, dalam membangun Islam Nusantara, Islam yang rahmatan lil 'alamin. Sayangnya, karena masifnya propaganda radikalisme yang terjadi saat ini, justru merusak tatanan kehidupan yang telah ada. Islam dipertontonkan sebagai hal yang penuh dengan kekerasan, ancaman dan teror. Padahal, bukan seperti itu sebenarnya Islam. Keberagaman budaya lokal dianggap sebagai persoalan, karena dianggap bertentangan dengan paham yang mereka yakini, yaitu khilafah. Keberadaan kelompok radikal ini, harus terus diingatkan dan disadarkan agar kembali ke NKRI.

Saat ini, sudah banyak mantan napi terorisme dan mantan kombatan yang memilih kembali ke NKRI, dan mengakui bahwa jihad yang selama ini mereka usung, tidak tepat jika diterapkan di Indonesia. Umar Patek dan Ali Imron misalnya, pelaku lapangan peledakan bom Bali yang menewaskan lebih dari 200 orang, mengakui segala kesalahannya. Sekarang mereka berdua aktif membantu pemerintah, untuk memutus mata rantai terorisme. Masih banyak lagi petinggi dan anggota Jamaah Islamiyah, organisasi yang dianggap terlibat dalam serangkaian aksi teror ketika itu, memilih kembali ke NKRI dan aktif menyebarkan pesan damai.

Tidak menutup kemungkinan, dengan mengenalkan Islam yang benar serta kembali mengingatkan budaya nusantara, akan bisa mengembalikan kelompok radikal ini ke pangkuan NKRI. Biar bagaimanapun mereka manusia biasa seperti kita. Bisa jadi mereka adalah korban dan pandangan yang salah. Sebagai seorang muslim yang mencintai negeri ini, semestinya kita juga aktif menyebarkan pesan damai agar bisa jadi renungan buat kita semua. Proses saling mengingatkan, proses saling tegur sapa dalam bentuk interaksi di dunia nyata ataupun dunia maya, sebenarnya juga bagian dari kearifan lokal yang sudah ada sejak dulu. Dengan melakukan hal ini, maka kita akan terhindarkan dari budaya menebar kebencian, yang saat ini terus dilakukan oleh kelompok radikal.

Dalam pandangan kelompok radikal, budaya lokal dianggap sebagai hal yang dekat dengan kemusyrikan. Mereka beranggapan keberagaman ini menjadi sumber persoalan, karena itu harus diseragamkan. Bagaimana mungkin seorang Kristen menjadi Islam atau sebaliknya? Bagaimana mungkin seorang Papua menjadi Jawa? Mari berpikir secara logis. Relevankah anggapan kelompok radikal ini jika diterapkan di Indonesia? Lihat konflik Arab Spring. Meski satu agama mereka tetap saja saling berkonflik. Sementara Indonesia sudah mendapatkan anugerah keberagaman ini dari Allah SWT. Ya sudah, mari kita jaga dan tidak perlu lagi dipersoalkan. Faktanya, budaya nusantara yang diadopsi dalam sila Pancasila, terbukti mampu menjadi perekat keberagaman ini. Semoga ini bisa jadi renungan kita bersama. Salam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun