Mohon tunggu...
budi prakoso
budi prakoso Mohon Tunggu... Wiraswasta - mari jaga kesehatan

seorang yang gemar berolahraga

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Stop Kebencian di Balik Solidaritas Kemanusiaan

7 September 2017   08:05 Diperbarui: 7 September 2017   09:06 572
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Stop Kebencian - http://www.reopan.com

Sudah tidak bisa dicegah lagi. Ketika melihat ketidakadilan, sifat dasar manusia pasti ingin membantu. Ketika melihat tragedi kemanusiaan, sifat dasar manusia yang ingin menolong pasti akan keluar dengan sendiri. Begitu juga ketika dunia melihat tragedi kemanusiaan yang ada di Myanmar. Semua orang pasti ingin membantu para pengungsi etnis Rohingya. Mereka tidak akan rela, ketika melihat etnis Rohingya terus mendapatkan ketidakadilan. Semua itu terjadi karena memang pada dasarnya manusia itu ringan tangan, alias begitu mudah memberikan pertolongan.

Solidaritas kemanusiaan untuk Rohingya ini, akan lebih bermanfaat jika memang dilandasari ketulusan, bukan kemarahan. Bahwa ada fakta etnis Rohingya yang terus mendapatkan ketidakadilan, itu hal yang tidak bisa dibantah. Tapi kekerasan dibalas kekerasan tentu tidak akan menghasilkan solusi yang diharapkan. Kekerasan justru akan memunculkan konflik baru. Begitu juga dengan kebencian. sebaiknya tidak diikut sertakan dalam solidaritas kemanusiaan ini. Kebencian justru akan menghasilkan amarah.

Kemarin, sekelompok ormas menggelar unjuk rasa menuntut agar pemerintah Indonesia mengusir duta besar Myanmar dari Indonesia. Sikap seperti ini semestinya tidak terjadi. Jika tidak ada duta besar, bagaimana nantinya koordinasi pengiriman bantuan? Bukankah niat kita adalah membantu para pengungsi etnis Rohingya? Karena itulah, berpikirlah secara cerdas. Lakukan pendekatan secara persuasive, bukan dengan cara menekan yang berujung pada tindak kekerasan. Kalau para pihak sama-sama mengedepankan kekerasan, yang terkena dampaknya adalah bukan kita, tapi para etnis Rohingya yang saat ini sedang dalam pelarian.

Sekali lagi, mari kita jaga solidaritas kemanusiaan ini dengan baik. Jangan juga krisis kemanusiaan di Rohingya dijadikan alat untuk menebar kebencian. Pemerintah dianggap tidak peduli, pemerintah dianggap kurang cepat, dan lain sebagainya. Pertanyaan sederhana, kenapa pemerintah Indonesia yang dipersalahkan? Bukankah konflik itu terjadi di Myanmar? Dan ternyata, pemerintah Indonesia juga sudah aktif memberikan bantuan, jauh sebelum konflik ini menjadi perhatian akhir-akhir ini. Karena itulah, mari kita cerdas dalam belihat krisis kemanusiaan di Rohingya ini.

Ingat, kelompok radikal dan teroris selalu senang sekali memanfaatkan konflik untuk masuk. Kenapa Irak dan Suriah begitu mudah dikuasai ISIS, karena tidak dilepaskan dari konflik di kedua negara itu sendiri. Konflik yang berkepanjangan berpotensi membuat perpecahan. Di Indonesia sendiri juga sempat beberapa kali punya pengalaman semacam ini. Beruntung persatuan dan kesatuan di negeri ini begitu kuat. Ancaman perpecahan itu bisa ditekan meski tidak bisa sepenuhnya dihilangkan. Karena kelompok garis keras itu begitu nyata di negeri kita. Jika kita memahami hal ini, semestinya kita juga memberikan kewaspadaan buat negeri yang kaya akan sumber daya alam ini.

Memberi solidaritas kemanusiaan merupakan kenicayaan. Jika Rasulullah SAW mengajarkan bagaimana bersikap terhadap lawan-lawannya, terhadap orang yang suka membencinya, kenapa kita yang mayoritas muslim ini tidak mengikutinya? Kenapa nalurinya selalu perang saja? Ingat, negeri ini membutuhkan generasi penerus yang cerdas, yang bisa bermanfaat bagi kelangsungan Indonesia kedepan.

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun