Mohon tunggu...
budi prakoso
budi prakoso Mohon Tunggu... Wiraswasta - mari jaga kesehatan

seorang yang gemar berolahraga

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Saya, Kamu, Kami dan Kita adalah Indonesia

24 Agustus 2017   07:28 Diperbarui: 24 Agustus 2017   07:45 644
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indonesia Satu - http://nasional.kompas.com

Indonesia mempunyai banyak bahasa lokal tapi bahasa nasionalnya tetap bahasa Indonesia. Indonesia mempunyai banyak suku, tapi warga negaranya tetap Indonesia. Indonesia beragam tapi Indonesia tetap satu. Karena itu pula negeri dibangun dengan konsep negara kesatuan republik Indonesia (NKRI), bukan negara federal. Meski negeri ini mengakui otonomi tiap-tiap daerah, namun daerah-daerah tersebut tetap Indonesia. Saya, kamu, kami dan kita semua adalah Indonesia. Boleh kita berbeda dalam segala hal , tapi kita tetap Indonesia.

Pesan diatas perlu kita munculkan, untuk tetap menjaga semangat nasionalisme dalam diri kita sebagai warga negara. Seperti kita tahu, sudah 72 tahun Indonesia merdeka. Diusianya yang semakin matang, gangguan demi gangguan terus bermunculan. Salah satunya adalah paham radikalisme yang berujung pada meningkatnya praktek intoleransi di tengah masyarakat. Dan praktek intoleransi ini jika terus dibiarkan, maka berpotensi menjadi tindakan terorisme. Lihat dunia maya saat ini. Banyak sekali provokasi radikalisme. Bentuknya pun tidak hanya secara tulis, tapi juga dalam bentuk audio visual.

Dampak dari semua ini adalah, tidak sedikit diantara kita saling berseberangan. Pemilihan kepala daerah seringkali dimanfaatkan untuk memprovokasi masyarakat, dengan dihembuskan sentimen SARA. Mari kita belajar dari pilkada Jakarta. Jangan sampai pilkada yang akan terjadi pada tahun depan, dikhawatirkan dijadikan momentum untuk saling memecah belah. Orang berbeda menjadi hal yang menakutkan, karena selalu disikapi dengan tindak kekerasan.

Mari kita cegah bentuk provokasi semacam itu. Apalagi kelompok radikal terus mancari simpati masyarakat. Tidak dipungkiri, bibit radikalisme, intoleransi dan terorisme ada tengah masyarakat kita. Keberadaan kelompok ini terus berkamuflase di tenga masyarakat. Ancaman dari kelompok radikal ini harus disikapi secara bijak. Karena ini berkaitan dengan keyakinan, maka ideologi harus dihadapi dengan ideologi. Kita punya Pancasila, yang terbukti mampu dan tepat menjadi ideologi bangsa. Pancasila terbukti mampu menjadi pemersatu bagi keberagaman di Indonesia. Pancasila juga merupakan intisari dari berbagai budaya yang ada.

Jika Pancasila mengajarkan memanusiakan manusia dan menjaga persatuan kesatuan, sudah semestinya kita tidak mempersoalkan perbedaan. Saya, kamu, kita, kami adalah sama. Mari saling mengenal agar kita saling mengerti. Dalam Al Quran dijelaskan, bahwa Tuhan menciptakan manusia itu saling berbeda. Karena adanya perbedaan itulah, manusia dianjurkan untuk saling mengenal satu dengan yang lainnya.

"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." (QS Al Hujurat : 13)

Mari saling menguatkan. Jangan mudah diprovokasi, karena kita semua mempunyai hak dan kewajiban yang sama. Jangan lagi persoalkan warna kulit yang berbeda, apalagi mempersoalkan agama yang berbeda. Memeluk agama dan beribadah sesuai keyakinan, merupakan hak setiap warga negara, yang dijamin oleh undang-undang. Mari saling berangkulan tanpa harus mempersoalkan perbedaan. Kita adalah sama. Meski berbeda suku, agama dan bahasa lokal, tapi mempunyai bahasa nasional yang sama yaitu Indonesia. Kita juga tinggal di bumi yang sama. Tinggalkan paham kekerasan yang nyata bukan budaya kita. Budaya kita adalah saling menghormati, saling tolong menolong dan saling menghargai.

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun