Mohon tunggu...
Ani Berta
Ani Berta Mohon Tunggu... Konsultan - Blogger

Blogger, Communication Practitioner, Content Writer, Accounting, Jazz and coffee lover, And also a mother who crazy in love to read and write.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Selamatkan Jakarta dari Kemungkinan Tenggelam dengan Menjaga Air Tanahnya

19 Oktober 2019   06:52 Diperbarui: 19 Oktober 2019   07:13 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menteri ESDM Ignasius Jonan (Dok Pri)

Berdiskusi soal permukaan air tanah di Jakarta di kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral  pada 15 Oktober 2019 dihadiri Bapak Ignasius Jonan (Menteri ESDM) dan Kepala Badan Geologi, Rudy Suhendar.  

Jakarta, tempat beradu nasib yang menjadi madu bagi para perantau dari berbagai daerah. Walau belum jelas masa depan dan peluang yang akan diraihnya namun Jakarta selalu menjadi magnet untuk ditaklukan.

Bertambahnya penduduk Jakarta, maraknya pembangunan fisik dan banyaknya aktivitas yang dilakukan membuat Jakarta semakin kompleks permasalahannya. Salah satunya soal air bersih. Kebutuhan air bersih di Jakarta belum sepenuhnya terakomodasi dari layanan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) DKI Jakarta.

Sementara kebutuhan air bersih di Jakarta, menurut sumber dari esdm.go,id  diperkirakan mencapai 846 Juta Meter Kubik Per tahun. PDAM hanya mampu memenuhi 62% saja dari total kebutuhan tersebut. Maka masyarakat Jakarta mengatasi kekurangannya dengan mengambil air tanah di sekitar tempat tinggalnya.

Pengambilan air tanah yang massif, membuat permukaan tanah turun dan per tahunnya tercatat mengalami penurunan tanah atau Landsubsidence dan menyebabkan intrusi air laut. Yaitu terkontaminasinya air tawar di permukaan tanah oleh air laut. Hal ini terjadi di Jakarta terutama di daerah Jakarta Utara.

Dampak yang mengkhawatirkan dan sudah dalam kondisi tanggap darurat, terjadinya penurunan drastic beberapa gedung di daerah Kota Tua dan miringnya Menara Syahbandar di kawasan Pelabuhan Sunda Kelapa. Ini menunjukkan bahwa penurunan tanah sudah sangat drastis. Menurut pantauan dari Balai Konservasi Air Tanah (BKAT) penurunan tanah di Jakarta Utara sudah mencapai 8-20 sentimeter per tahunnya.

Kepala BKAT menjelaskan proses kerja Sumur Pantau/dokpri
Kepala BKAT menjelaskan proses kerja Sumur Pantau/dokpri

Sumur Pantau yang terkoneksi secara digital/dokpri
Sumur Pantau yang terkoneksi secara digital/dokpri

Maka, Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral melalui BKAT bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi DKI untuk memantau penurunan tanah di Jakarta dengan menerapkan kebijakan ketat terhadap pengguna air tanah yang tak sesuai aturan. 

Pengawasan pun dilakukan untuk semua pihak, mulai dari warga, industri hingga perusahaan-perusahaan yang banyak menyedot air tanah dalam jumlah yang terus meningkat seiring kebutuhan.

Gedung-gedung pencakar langit pun sangat punya andil dalam pengambilan air tanah dengan jumlah besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun