Mohon tunggu...
Bayu Kanigoro
Bayu Kanigoro Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Relevansi Adiksi Internet dengan Kondisi Saat Ini

1 Januari 2019   22:39 Diperbarui: 1 Januari 2019   23:03 597
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Asosiasi Psikiater Amerika menolak memasukkan "Kecanduan Internet" sebagai gangguan formal dalam DSM yang baru diterbitkan, tetapi dicatat sebagai gangguan pada lampiran yang layak mendapatkan penelitian lebih lanjut, dan membuat perubahan substantif ke nosologi kecanduan yang mungkin memungkinkan dimasukkannya kecanduan teknologi dalam waktu dekat.

Konsep kecanduan internet dapat ditelusuri untuk penelitian oleh Shotton (1991) untuk melihat ketergantungan kepada komputer.  Shotton membela "pecandu kode-mesin" ini sebagai individu cerdas, salah paham yang keasyikan dengan komputer bersifat adaptif untuk pengejaran pekerjaan   produktif. 

Istilah "kecanduan internet" belum dicetuskan hingga 1995 ketika, dalam posting newsgroup online satire oleh Ivan Goldberg, seorang psikiater, yang bercanda dengan menyarankan agar sebagian orang dapat memperoleh manfaat dari grup dukungan (support group) online untuk "Gangguan Kecanduan Internet"

Konsep kecanduan internet sebagai gejala klinis yang sesungguhnya tidak diakui secara akademis hingga tahun 1996 ketika Young mempresentasikan penelitian empiris pada subjek pada pertemuan tahunan Asosiasi Psikologi Amerika. Kecanduan internet umumnya dianggapsebagai penggunaan Internet atau teknologi digital lainnya yang berlebihan dan tidak digunakan untuk bekerja yang "disertai dengan perubahan suasana hati, keasyikan dengan internet dan media digital, ketidakmampuan untuk mengontrol jumlah waktu yang dihabiskan untuk berinteraksi dengan teknologi digital, kebutuhan untuk lebih banyak waktu atau permainan baru untuk mencapai mood yang diinginkan, gejala penarikan ketika tidak terlibat, dan kelanjutan dari perilaku meskipun telah muncul konflik keluarga, kehidupan sosial yang berkurang dan pekerjaan yang merugikan atau akademik Sebagai konsekuensinya".

Kritik terhadap metoda tes adiksi internet Kimberly Young adalah sebagai berikut:

  1. Istilah adiksi hanya berlaku untuk penyalahgunaan bahan atau obat obatan (Rachlin 1990, Walker 1989)
  2. Internet memberikan keuntungan/kemudahan langsung bagi penggunanya (Levy 1996). Dalam tulisan Levy di majalah Newsweek, psikiater Ivan Goldberg membantah adanya adiksi internet seperti halnya adiksi terhadap bahan maupun obat-obatan. Psikolog Storm A. King mengatakan internet tidak adiktif seperti halnya kegiatan-kegiatan produktif manusia lainnya, termasuk bernafas.
  3. Beberapa peneliti meramalkan sejak awal 1990-an bahwa komunitas internet tidak terelakkan. Masyarakat akan bergerak ke arah dunia maya (Rheingold, 1993, Turkle 1995). Masyarakat akan mempertanyakan kembali apa makna identitas dalam era internet. Cara berpikir mengenai kehidupan akan berubah sama sekali ketika sudah melibatkan internet.
  4. Riset mengenai adiksi internet, menurut Profesor Allen Frances, masih sangat lemah dan kurang informatif. Korea Selatan, negara yang paling terkoneksi di dunia, mengusahakan agar masyarakatnya tidak berlebihan menggunakan internet, namun tidak menggolongkan adiksi internet sebagai gangguan mental. Menggolongkan adiksi internet sebagai gangguan mental dapat mengarah ke diagnosis yang salah.
  5. Masih ada perdebatan apakah adiksi internet merupakan gangguan mental tersendiri atau bagian dari gangguan yang lain (Weinstein 2014).

Metoda yang digunakan dalam menguji Instrumen Adiksi Internet adalah Uji Realibilitas, Uji Validitas, dan Survey dan Pengumpulan data. Untuk mendapatkan tingkat konsistensi dari kuisioner yang akan digunakan, maka dilakukan uji validitas dan reliabilitas dengan menggunakan metoda perhitungan Alpha Cronbach's yang dikembangkan oleh Cronbach (1951). Pengujian tingkat reliabiliatas dilakukan kedalam 2 tahap, yakni: 1. Pengujian tahap  awal, dan 2. Pengujian Akhir. 

Pengujian tahap awal dilakukan terhadap hasil awal kuisioner dengan jumlah responden sebanyak 20 orang. Sedangkan tahap Pengujian Akhir dilakukan terhadap seluruh hasil penyebaran kuisioner sebanyak 301 responden. Uji Validitas untuk menguji Instrumen Kecanduan Internet menggunakan metoda Pearson Correlation Coefficient dengan menggunakan SPSS untuk mengukur kekuatan hubungan linear atara data yang dipasangkan. 

Uji ini diperlukan untuk mengetahui apakah setiap responden yang membaca pertanyaan pada instrumen tersebut mempunyai penafsiran yang sama dengan dengan responden lain. Bila setiap responden mempunyai penafsiran yang sama dengan responden lain maka instrumen penelitian tersebut dapat dikatakan valid. Namun apabila penafsirannya tidak sama, maka instrumen penelitian tersebut tidak valid. Pengumpulan data dilakukan oleh 30 orang surveyor yang menyebarkan kuisioner minimal kepada 10 orang. 

Total jumlah responden adalah 301. Setiap responden memberikan informasi tentang umur, jenis kelamin, dan pekerjaan. Tidak terdapat koordinasi diantara petugas tentang target demografis responden yang ingin dicapai. Responden mengisi kuesioner secara langsung di kertas ataupun online. Hasil jawaban quesioner dikumpulkan dan dipergunakan untuk menganalisis metoda young untuk penentuan adiksi internet.  

Metoda yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis hasil kuisioner adiksi internet IAT yang dikemukakan oleh Dr Young dengan jumlah responden sebanyak 300 orang. Berdasarkan keterbatasan informasi dari responden, analisis yang dilakukan mengacu pada distribusi hasil score IAT berdasarkan kelompok usia responden.

Hasil yang ingin didapatkan dari analisis data adalah untuk mengetahui jawaban-jawaban dari aspek diatas. Hipotesis penelitian ini adalah internet sudah menjadi kebutuhan dan gaya hidup dari kelompok-kelompok masyarakat. Hal-hal yang menjadi dasar dalam menganalisis item-item pertanyaan kuesioner diatas:

  1. Pemakaian internet semakin tinggi pada kelompok remaja dan pemuda. Semakin banyak kegiatan rutin sehari-hari yang dilakukan lewat internet. Kegiatan sosial, jual-beli, games, olahraga, keagamaan, dan lain-lain banyak yang dilakukan lewat internet. Kelompok anak muda cenderung cepat untuk menggunakan applikasi-applikasi yang tersedia di internet.
  2. Pemakaian internet juga tinggi pada kelompok masyarakat akademisi dan sekolah. Informasi dan data yang dibutuhkan dalam pekerjaan dan penyelesaian tugas-tugas akademik banyak tersedia di internet.
  3. Pemakaian internet untuk kelompok masyarakat umum yang bukan akademisi dan dunia pendidikan cenderung akan rendah karena mereka tidak berkepentingan untuk mengakses internet secara intensif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun