Mohon tunggu...
Bisma Prananta
Bisma Prananta Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ketika Komunikasi Risiko Salah?

8 September 2017   12:30 Diperbarui: 8 September 2017   22:08 631
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

"It is hard to remember an environmental controversy that has received as much media attention as the proposed sinking of the Brent Spar oil storage platform jointly owned by Shell and Exxon on the North Atlantic sea bed (Lofstedt dan Ortwin, 1997: 131)."

Komunikasi risiko yang dilakukan oleh suatu instansi ataupun perusahaan bisa berjalan salah. Contoh yang paling terkenal dan paling sering dibahas adalah Exxon dan Shell. Kasusnya sama, dimana minyak yang dibawa oleh kapal tangker mereka tumpah ke laut dan mencemari jutaan biota yang ada didalam laut. Pada kasus Exxon atensi media sangat besar pada kasus ini, namun reaksi dari pihak exxon cenderung mempertahankan diri. Exxon tidak mau dianggap bersalah karena salah satu kapal tangkernya mencemari lautan. Exxon justru mempermasalahkan Hazelwood (kapten kapal) yang diduga mabuk ketika sedang menakodai.

"Nearly four month after the spill, there is no proof that hazelwood was drunk after his ship ran aground." (Farazmand, 2001: 252).

Akhirnya tidak ada bukti bahwa hazelwood sebagai kapten, mabuk ketika menahkodai kapal. Ini hanya cara Exxon untuk menghidari tanggung jawab terhadap minyak yang tumpah di Prince William Port. Menarik untuk melihat bahwa Exxon tidak melakukan komunikasi risiko untuk menanggulangi masalah. Ketika Exxon tidak melakukan komunikasi risiko, pastinya akan ada dampak kepada Exxon sendiri. Akhirnya akan muncul banyak serangan ke Exxon karena kecerobohannya dalam menangani tumpahnya minyak di Prince William Port.

"Six consumer and environmental groups called today for a national boycott of all products made by the Exxon Corporation, saying the giant oil and chemical company is a ''polluter without equal.''. Ralph Nader, a consumer advocate who founded one of the groups, accused Exxon of failing to be prepared for an oil spill and not rapidly responding to the grounding of the tanker Exxon Valdez in Prince William Sound on March 24 (Shabecoff, 1989)."

Akhirnya muncul protes dari para stakeholder untuk memboikot semua produk dari Exxon, karena dianggap sebagai pihak yang mencemari lingkungan. Hal ini akan berbeda jika komunikasi dilakukan kepada stakeholder, sehingga stakeholder bisa mendapatkan informasi yang mereka butuhkan. Maka dari itu komunikasi risiko sangat perlu untuk dilakukan.

Shell menjadi kasus yang selanjutnya. Shell membuang brent spar ke laut. Brent spar sendiri adalah adalah tempat penampungan minyak. Pembungan brent spar ke laut membuat pencemaran, sehingga memunculkan banyak protes dari organisasi-organisasi yang bergerak di bidang lingkungan seperti Greenpeace dan beberapa negara tetangga lainnya.

"In 1976, Shell constructed the Brent Spar, a floating oil storage tank, 147 metres tall, with thick steel walls, holding up to 300,000 barrels of crude oil. The Shell team had damaged the tank during installation, and doubts remained regarding its structural integrity. Four years later, Shell constructed a pipeline from the deep sea field to the mainland, making the spar redundant. In 1991, with no use for the Brent Spar, Shell applied to the UK government to dump the installation into the North Sea (Weyler, 2016)."

Berdasarkan penjelasan diatas dapat dilihat bahwa masalahnya karena shell membuat brent spar rusak, minyak yang ada didalamnya mencemari biota-biota laut yang ada di sekitarnya. Walaupun komunikasi risiko sudah dilaksanakan oleh Shell, protes dari publik dan pihak-pihak lainnya tetap keras. Akhirnya komunikasi risiko yang dilaksanakan oleh shell dapat dikatakan gagal. Pertanyaannya bagaimana ini bisa terjadi? Berikut adalah penjelasannya menurut Lofstedt dan Ortwin, 1997: 133-134.

1. The Promotor of the Crisis

Promotor dari suatu isu sangat berpengaruh terhadap sukses atau gagalnya sebuah komunikasi risiko. Greenpeace adalah salah satu organisasi yang berkutat dalam bidang lingkungan. Pengalaman greenpeace sangat penjang dalam menghadapi isu yang berhubungan dengan lingkungan. Greenpeace juga memperkuat protesnya dengan foto yang menarik. Salah satu fotonya adalah para pemrotes yang disemprot ketika sedang protes di sebuah kapal kecil. Tanpa harus diapa-apakan, pandangan masyarakat terhadap shell sudah jelek.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun