Sejarah AI
Berikut sejarah singkat dari perkembangan AI yang dirangkum oleh tekno.tempo.co:Â
- 1950-an
- Alan Turing, penemu mesin Turing dan tes Turing, menjadi pelopor bagi perkembangan AI. Ia memperkenalkan tes Turing dalam jurnal yang berjudul Computering Machinery And Intelligence. Konferensi Darmouth yang dilaksanakan pada 1956 pun berhasil menggagas ide mengenai AI. IBM, sebuah perusahaan computer di Amerika Serikat, menjadi yang pertama untuk melakukan riset tentang AI.
- 1970-an
- Periode ini, atau lebih tepanya pada 1974 sampai 1980, menjadi fase awal bagi berkembangnya AI.
- 1990-an
- AI besutan IBM yang disebut dengan Deep Blue Computer, berhasil mengalahkan grand master catur asal Rusia, Garry Kasparov.
- 2000-an
- Mobil swakemudi berbasis AI berhasil memenangi DARPA Grand Challenge. Mobil buatan tim peneliti dari Universitas Stanford, Amerika Serikat tersebut mampu menempuh sejauh 211 kilometer di gurun pasir.
- 2010-an
- AI yang dibuat oleh IBM berhasil mengalahkan mantan juara Brad Rutter dan Ken Jennings dalam acara kuis Jeopardy! pada pertengahan tahun 2011. Kecerdasan buatan tersebut diberi nama Watson. Kemampuan Watson yang mumpuni tersebut juga mampu menarik perhatian NASA, yang kemudian mereka manfaatkan untung penelitian bidang kedirgantaraan.
- 2017
- Diciptakannya robot seks bernama Harmony, yang memilikki perasaan emosional sama seperti manusia. Robot ini mampu untuk merasakkan kecemburuan bahkan mendeteksi penggunanya saat hendak orgasme.
Hingga kini, AI telah diterapkan ke dalam berbagai bidang. Kecanggihannya bahkan mampu merambat hingga dunia jurnalistik. Perusahaan-perusahaan media pun kian gencar mengembangkan teknologi ini dalam membantu proses produksi berita.
Pada dasarnya, praktik produksi berita dalam jurnalistik dilakukan oleh manusia. Mulai dari liputan hingga penulisan naskah berita, tidak pernah lepas dari campur tangan para jurnalis.
Jurnalisme robot
Jurnalisme robot terdiri dari robot yang mampu menulis berita berdasarkan algoritma yang diprogram jurnalis Clewall dan Latar, dalam jurnal Sri Oktika Amran dan Irwan. Penerapan jurnalisme robot tersebut dapat dilihat melalui kemampuan robot dalam mengidentifikasi kecenderungan (tren) atau pola dan mempublikasikan artikel dalam format tertentu.
Para jurnalis robot yang berbasis teknologi AI tersebut bahkan mampu menjadi anggota aktif dalam proses produksi berita. Â Melalui proses tersebut, jurnalis robot bertugas untuk menginterpretasi kumpulan-kumpulan data yang kemudian disebut dengan big data.
Kemampuan mumpuni yang dimilikki oleh robot-robot itu menunjukkan bahwa mereka tidak perlu campur tangan dari jurnalis karena mereka pun dapat mengerjakannya sendirian.
Dalam penerapannya, beberapa perusahaan media di dunia telah menjajal kesempatan ini. Bahkan, mereka terus menggunakannya sebagai salah satu fondasi utama dalam memroduksi berita hingga sekarang.