Mohon tunggu...
Chunk ND
Chunk ND Mohon Tunggu... mahasiswa -

mahasiswa tingkat akhir tak ada kata terlambat untuk belajar, termasuk menulis sebagai coretan untuk keabadian. sebab dengan menulis maka ingatan akan terawat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Tidakkah Kau Inginkanku?

26 April 2017   22:11 Diperbarui: 27 April 2017   07:00 629
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
tidakkah kau inginkanku?

Kesekian kalinya aku menatapmu, aku semakin jatuh, jatuh begitu dalam. Aku merasakannya, mencintaimu, hatiku benar-benar ingin memilikimu. Aku tak hentinya kagum kepada senyum, kaulah sang pemilik senyum itu, senyum yang kuagungkan begitu tinggi dalam kalbu sanubariku.

Hari ini, aku memang masih belum mampu membuktikannya dengan tindakanku, aku masih terlalu pengecut untuk itu. Aku hanya mampu menatapmu, hanya itu saja.

Telah ku yakinkan hatiku, kubulatkan tekadku, kupastikan dalam setiap langkah kakiku, aku memang telah jatuh cinta kepadamu. Namun harus kuapakan rasaku, aku tak mampu melontarkannya dihadapanmu, meski berkali-kali kucoba memberanikan diriku menatap matamu begitu dalam.

Aku mencobanya secara perlahan, sebab aku tak mau rasaku tak sampai, namun aku juga tak bisa melakukannya dengan frontal. Perlahan kukirimkan sinyal kepadamu, lewat pesanku, tingkahku, caraku memperlakukanmu. Kubuat sealami mungkin hingga kau benar-benar memahaminya, hingga hatimu yang masih begitu jauh dariku mampu kusentuh.

Egois, memang aku telah mulai egois, egois terhadap hatiku. Kucoba cara apapun agar hatiku tak terganggu oleh rasa-rasa yang masih terus berlalu lalang membawanya kepada ketidakpastian. Aku ingin hatiku hanya padamu, aku tak ingin ada hati lagi yang menariknya. Aku berusaha memproteksinya dengan hanya merasakan sejuk senyum dari bibirmu.

Perlahan aku sadar kaupun mulai mengerti akan tingkahku, tingkah yang seharusnya sejak awal kau sadari bahwa disini ada hati yang sedang berusaha mencari penyatuannya. Sinyalmu mulai terpancar, namun masih samar. Aku belum melihatnya begitu pasti.

Aku hanya terus menerka dan menebak, kau mungkin masih takut, masih ragu akan perlakuanku padamu, aku memang belum lama ditinggal oleh rasa yang sekian lama terendap dihatiku, perpisahan yang begitu tiba-tiba. Aku juga begitu tau kau dekat dengannya, hal yang wajar juga bila kau merasa sebuah kesalahan bila dekat denganku diluar batas seorang teman biasa.

Namun apakah yang salah bila aku merasakannya lagi, jatuh cinta. Apakah salah bila rasaku tumbuh untukmu? Sebab aku juga tak mampu membendung mawar itu untuk tumbuh begitu subur didalam sana. Aku juga tak kuasa untuk membiarkannya untuk terlantar, mati dan hilang. Sebab akupun tak mampu tersiksa karenanya.

Sudah terlanjur tumbuh, aku menikmatinya, keindahannya aku benar-benar merasakannya. Aku begitu memanjakannya, aku tak ingin rasa ini berlalu begitu saja, aku ingin kita merawatnya bersama. Aku mohon berhentilah untuk terus berpura-pura tau segalanya tentangku, berpura-pura tau tentang aku yang kau anggap masih memiliki perasaan terhadap dia yang pernah ada dalam hatiku. Aku ingin memberitahumu, hanya kau yang ada dalam hatiku hari ini, dan aku sangat ingin kedepan dan kedepannya terus bersamamu.

Atau memang mungkin kau tidaklah sedikitpun memilikinya, rasa yang teruntuk hanya kepadaku, atau telah ada hati lain yang tertaut bersamamu, dank au ingin menjaganya. Memperjuangkannya.

Chunk Nd

Makassar, 26 April 2017

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun