Mohon tunggu...
Anjar Anastasia
Anjar Anastasia Mohon Tunggu... Penulis - ... karena menulis adalah berbagi hidup ...

saya perempuan dan senang menulis, menulis apa saja maka lebih senang disebut "penulis" daripada "novelis" berharap tulisan saya tetap boleh dinikmati masyarakat pembaca sepanjang masa FB/Youtube : Anjar Anastasia IG /Twitter : berajasenja

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kaesang Punya Jins

3 Juni 2019   16:34 Diperbarui: 3 Juni 2019   16:39 967
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1Tulisan saya yang sudah tayang di kompasiana, Merunduknya si "Tukan Pisang", Kaesang ternyata menarik beberapa netizen untuk berkomentar. Tulisan yang diteruskan ke medsos twitter pihak kompasiana tersebut kemudian dikomentari oleh seseorang seperti di bawah ini: 

1

Dari twitter | dokpri
Dari twitter | dokpri

Menarik.

Kesederhanaan yang ditangkap olehnya hanya sebatas celana jins yang dipakai Kaesang saja. Tidak salah. Namun menggelitik. Celana jins yang bisa dikenakan segala lapisan dan golongan ternyata berkesan tidak sesederhana seperti yang saya maksudkan.

Soal jenis pakaian satu ini, ternyata panjang juga urusannya. Ada beberapa tanggapan netizen soal celana jins yang dipakai. Kebanyakan menyayangkan Kaesang tidak memilih pakaian baju koko atau mungkin baju lain selain yang dikenakan itu. Padahal Kaesang sendiri sudah menjelaskan dan memiliki alasan kuat kenapa hal itu terjadi. Secara pribadi, saya masih tetap melihat apa yang dikenakan anak muda satu itu sebagai pakaian yang sopan dan sederhana. Tidak berlebihan. Ketulusan dan niat baiknya untuk turut mendoakan yang sedang berkedukaan, itu lebih penting dari sekadar yang dikenakan.

Pernah sekali waktu, seorang ayah dari teman karib saat masih kuliah, meninggal mendadak. Saya yang kuliah di Jatinangor mendengar beritanya sempat bingung harus bagaimana. Antara kampus dan rumah duka jauh dan waktu yang mepet sebab jenazah akan dibawa ke kampung halaman. Maka begitu bisa segera sampai di Bandung, tanpa berpikir apa-apa lagi, saya menuju rumah duka. Masih berpakaian ala mahasiswa, dengan kaos biasa dan tas ransel.

Begitu sampai di rumah duka, sedang ada doa pelepapsan sebelum jenazah dibawa pergi.  Meski hanya sempat dapat ujungnya, saya bersama teman yang lain sempat turut mengirim doa. Belum lama berdoa, pundak saya seperti disematkan jaket oleh seseorang.

"Kaosmu warnanya mencolok, Njar... Nggak enak buat kondisi berduka gini," bisik senior terdengar di telinga saya.

Benar juga. Kaos saya yang berwarna merah terang, tanpa sengaja sangat mencolok di rumah duka yang kebanyakan bernuansa warna gelap atau putih saja, termasuk para pelayat. Maka saya terima jaket si senior sampai doa selesai.

Sejak saat itu, saya selalu mengingat tentang aturan tak tertulis dari cara berpakaian dalam kondisi satu itu. Sebaiknya, jika dalam kondisi kedukaan memang tidak mengenakan pakaian yang mencolok mata, namun tetap rapih dan tidak mengesankan seenaknya.

Jins adalah Simbol Pemberontakan terhadap Kemapanan

Gara-gara netizen yang mempermasalahkan pakaian yang dikenakan si bakul pisang, terutama celana jinsnya, saya jadi penasaran dengan jenis celana yang banyak dikenakan oleh beragam kalangan ini.

Celana yang dalam Bahasa Indonesia ditulis dengan nama "jins" ini, ternyata oleh  orang Perancis disebut dengan nama  "bleu de Gnes", yang berarti biru Genoa. Dibuat pertama kali di Genoa, Italia pada tahun 1560an dan digunakan untuk keperluan angkatan laut.

Namun, orang yang pertama kali menjadikan celana ini popular bernama Levi Strauss, orang Amerika. Dalam perjalanan usahanya, bersama seorang rekan bernama Jacob Davis, keduanya  kemudian  membuat kancing dari bahan metal untuk memperkuat kantung celana tersebut. Dari kerja sama yang berkembang baik inilah kemudian membawa mereka mendirikan sebuah perusahaan celana jins yang sekarang kita kenal dengan Levi's.

Ciri khas dari celana jins ini adalah adanya sebuah saku kecil di bagian atas celana. Ternyata saku kecil yang imut tersebut bukan untuk fashion semata, tetapi juga untuk saku tempat menyimpan butiran kecil emas yang didapat oleh para penambang emas yang kala itu memang menjadi pelanggan tetap mereka. Oleh karena para pekerja tambang inilah kemudian menjadi simbol tersendiri atas kemunculan celana jins. Simbol tentang ketidakmampuan dan ketidakmapanan pada kondisi mereka kala itu.

Di masa kini, celana jins bukan saja dikenakan oleh kalangan kelas bawah, tetapi dari segala kalangan dan lapisan. Bahkan bahan jins yaitu, denim tidak hanya dibuat dalam bentuk celana saja, melainkan juga jaket serta kemeja. Tidak aneh kalau jins sering kali menjadi salah satu bahan para perancang pakaian untuk memamerkan kreativitasnya.

 

Dari straintscompany.com 
Dari straintscompany.com 

Selain yang biasa-biasa saja, seperti kebanyakan kita lihat, jins juga seringkali dimodifikasi dengan beberapa hal. Salah satu yang masih terkenal hingga hari ini adalah dengan sengaja merobeknya di beberapa bagian. Paling favorit adalah di bagian dengkul sehingga berkesan patah. Ada juga yang sengaja membiarkan sisa benangnya berhamburan keluar terutama di bagian ujung bawah celana. Jangan salah juga, kalau dengan model yang begini, harganya bisa lebih mahal dari yang biasa saja.

Nah... Coba bayangkan kalau celana jins yang dimodifikasi semacam itu dipakai oleh Kaesang kemarin saat melayat? Wuiiih.... Bakal lebih ramai jagar internet raya. Tak berkesudahan... (anj 19)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun