4. tidak ada batas waktu untuk setiap pertandingan. Lamanya waktu pertandingan bergantung pada para petarung itu sendiri,seberapa kuat dia menyerang dan mempertahankan diri dari pukulan lawan.Pemain baru akan dinyatakan kalah ketika ia terjatuh atau mengeluarkan darah.Â
5. Setelah pertandingan selesai dari setiap pasangan tinju,mereka wajib melakukan perdamaian dengan saling berpelukan disaksikan oleh para wasit (tetua adat).
4. Perdamaiapun dilanjutkan dengan makan Bersama di rumah yang sudah dipersiapkan oleh panitia penyelenggara seremonial tinju tersebuat.
Ada wasit
Meskipun sudu ini merupakan pertarungan bebas, diarena pertandingan tetap ada 3 wasit yang disebut seka. Satu orang untuk memandu jalannya pertandingan,duanya sebagai sike,yaitu orang yang bertugas untuk mengendalikan para petarung dengan memegang ujung bagian belakang kau kasa (sarung yang dipakai dibagian dada oleh para petarung).
Ketika pertandingan sudah mulai membabibuta,maka sike tinggal menarik ujung kain petarung dan petarung akan menjauhkan dirinya dari lawan. Sike harus mampu mengendalikan situasi karena jaraknya yang terlalu dekat antara petarung.Â
Untuk para petarung yang akan memasuki arena pertandingan mereka akan mengenakan boku yaitu ikat kepala, kau kasa yaitu kain yang diikat pada dada, hoba yaitu kain, keru yaitu ikat pinggang yang berfungsi untuk menahan kain agar tidak jatuh selama pertandingan,dan terakhir adalah yang terpenting yaitu tai kolo (sarung tinju).Â
Tai kolo ini terbuat dari ijuk yang diayam kemudian dililit membentuk oval dan didalam lilitan tersebut ada biji enau. Tai kolo dililitkan pada salah satu tangan tangan petarung.Â
Sudu atau tinju adat yang diselenggarakan di Woe Are,suku Pogo Atu Zepe ini,sifatnya universal yang artinya terbuka untuk berbagai golongan ataupun suku lainnya,kecuali kaum wanita dan anak-anak. Kaum wanita dan anak-anak hanya diperbolehkan untuk bernyanyi dan mendukung para petarung saat pertandingan berlangsung.
Satu hal yang mengesankan juga adalah setiap warga yang datang menyaksikan acara sudu tersebut,disambut hangat oleh masyarakat kampung penyelenggara bahkan akan dijamu makan dengan senang hati.Â
Demikian acara tunji adat yang terjadi di Woe Are suku Pogo Atu Kabupaten Ngada NTT. Jika kita ingin menyaksikan tinju adat ini,kita bias datang pada bulan januari di desa Sangadeto Zepe.Â