Mohon tunggu...
Baskoro Endrawan
Baskoro Endrawan Mohon Tunggu... Freelancer - Keterangan apa ?

Like to push the door even when it clearly says to "pull" You could call it an ignorance, a foolish act or curiosity to see on different angle :)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Anak Kecil Naik Motor; Fenomena Kebodohan Orang Tua

11 Juni 2013   12:53 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:12 2607
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13709296201933148302

Sebetulnya yang ditulis ini bukanlah hal baru. Sudah terlalu sering saya membaca tulisan yang serupa. Memberikan sudut pandang yang relatif hampir sama, mengenai mirisnya semakin banyaknya anak anak kecil yang sering terlihat sliweran mengendarai kendaraan roda dua atau sepeda motor.  Namun karena masih saja terlihat di jalan raya, tak ada salahnya untuk berulang kali berusaha mengingatkan kepada para orang tua yang maaf saja, bodoh, karena masih saja atau malah dengan bangganya membiarkan anak usia dini untuk mengendarai sepeda motor di jalan raya. Apa sih yang salah dalam pemikiran para orang tua ini? Terdorong rasa sayang? Rasa bangga merasa anaknya 'pintar dan berani' karena sudah bisa naik motor? Atau karena didorong rasa bersalah yang besar karena orang tua yang terlalu sibuk mencari nafkah, sehingga hal seperti ini cenderung didiamkan? Apapun alasan yang mendasarinya, hal itu tetap salah.  Dan saya mengecam keras para orang tua yang masih  malas berpikir dan tidak bisa punya kesadaran sama sekali akan hal ini ! Ini adalah contoh masyarakat yang sakit.  Tidak usah bermimpi berandai andai menjadi bangsa yang besar dulu , apabila hal seperti ini saja kenyataannya masih banyak terjadi. Sudah saatnya ambil tindakan tegas, dan sebagai bagian dari masyarakat ikut mencegahnya.   Sebelumnya di komplek perumahan saya tinggal, fenomena kebodohan orang tua seperti ini sering terjadi.  Membiarkan anak anaknya sliweran didalam komplek perumahan dengan bermotor ria. Satu sore, saya nyatakan cukup sudah.

Catatan : Foto ini baru saja saya ambil, Selasa, 11 Juni 2013 sekitar pukul 11:00 WIB di perumahan Srondol Bumi Indah , Semarang.  Apa yang ada di benak anda saat melihat hal seperti ini?

*Foto Dokumen Pribadi Dua sepeda motor anak kecil yang kebetulan sering kali kebut kebutan di dalam komplek melintas di depan rumah saya stop.  Tidak cukup memarahi, karena kita bukan orang tua anak tersebut yang bakal sanggup memberikan penjelasan lebih panjang terhadap sang anak. Dan tindakan memarahi sang anak disana tidak akan menyelesaikan persoalan, karena persoalan awal adalah di pemahaman orang tuanya. Saya ambil kunci motor mereka, dan memasukkan motor ( waktu itu ada dua motor, 4 anak kecil)mereka ke garasi rumah. Memberikan pengertian , dan bilang ke mereka agar minta orang tuanya untuk mengambil motor mereka di rumah.  Bukan sok jago atau nyari ribut sebetulnya. Hanya kalau tidak memulai tindakan, lantas apa bedanya yang membiarkan sekedar melihat dengan orang tua mereka sendiri? Lepas maghrib, orang tua mereka pun datang. Salah satu dari mereka, tentara , mencak mencak dan mengancam. Saat dia sudah didalam pekarangan rumah, saya gembok pagar dan berkata kepadanya bahwa saya siap berdiskusi dengannya  dengan kopi dan suguhan , dan/atau apabila diperlukan sampai ribut  apabila itu bisa menyadarkan bahwa dia sudah membahayakan nyawa anaknya sendiri.  Pilihannya terserah dia. Beruntung, benar benar beruntung karena sang Bapak yang tadinya mencak mencak pun sedikit 'kendor' setelah mendengar pernyataan tentang membahayakan nyawa anaknya.   Lebih lanjut ngobrol yang tadinya 'kaku' pun mencair. Kita sama sama seorang bapak, yang tentu punya naluri untuk melindungi keluarga, sehingga tak sulit untuk berbicara dari hati ke hati. Hal lain yang dilakukan adalah berbicara lewat forum RT , RW dan Masjid.  Tentu, banyak yang sejatinya sepemikiran. Berbicara mengenai hal ini secara terus menerus karena pengertian harus dilakukan berulang kali. Harus ditularkan. Melalui satuan pengamanan komplek pun memberikan aturan penjagaan bahwa anak kecil yang mengendarai motor dilarang masuk kedalam komplek kami.  Bukan untuk sebuah merasa sebagai perumahan yang eksklusif, hanya sekedar menyampaikan sedikit pesan keluar yang mudah mudahan sanggup berantai. Apalagi yang bisa dilakukan? Memberikan kecintaan bersepeda kepada anak anak.  Kembali kenalkan sebuah dunia yang memang 'pas' bagi mereka.  Dan sekarang, di pekarangan masjid , jalan jalan sekitar komplek perumahan kembali ramai saat sore hari dengan baik anak kecil maupun orang tua yang kembali bersepeda. Mungkin itu hanya sedikit tindakan preventif yang bisa kita lakukan bersama, saat dealer sepeda motor berlomba lomba memberikan kemudahan untuk memiliki sepeda motor sehingga bisa juga menjadi sebuah pemicu eksternal, ataupun para polantas yang semakin gemuk karena ogah ogahan beranjak dari duduk di pos untuk menjalankan tugasnya. Apakah berhasil 100 % ? Belum juga. Nyatanya, siang ini, saya masih melihat dua anak kecil dengan usia yang masih sangat kecil sedang berboncengan dengan sepeda motornya ! Mari kita mulai dengan sebuah tindakan. Cukup sudah berdiam diri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun