Mohon tunggu...
Muhammad Aliem
Muhammad Aliem Mohon Tunggu... Administrasi - ASN di Badan Pusat Statistik.

Alumni Pascasarjana Universitas Hasanuddin, Program Magister Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Saya masih dalam tahap belajar menulis. Semoga bisa berbagi lewat tulisan. Laman facebook : Muhammad Aliem. Email: m. aliem@bps.go.id

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Beralaskan Tikar, Bercahayakan Lampu Strong king

20 Juni 2017   05:43 Diperbarui: 20 Juni 2017   05:44 467
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Malam ini saya menginap di rumah kakek. Kebiasaan ini hanya saya lakukan saat musim liburan tiba. Waktu yang tepat untuk menghilangkan kepenatan setelah ujian catur wulan. Sehabis shalat maghrib, saya berkumpul dengan teman-teman untuk belajar mengaji. Guru mengaji saya adalah saudara kandung nenek yang rumahnya tepat di sebelah kiri rumahnya.
.
.
Rumah panggung terbuat dari kayu berdiri kokoh di kampung itu. Suara lantunan dari santri menghidupkan malam. Saya duduk di dekat tangga. Mata saya mengamati teman-teman yang sedang membuka Al-Quran, melatih mulutnya menyebut huruf-huruf hijaiyah. Lampu tak begitu terang, belum ada lampu LED hemat energi. Untuk itu, sebuah lampu "strong king" setia menemani dengan terlebih dahulu dipompa di sisi bawahnya. Biasanya kami berlomba menyalakan lampu "strong king" ini. Dorong, lalu tarik panelnya. Dua gerakan ini diulang sampai lampu menyala terang.
.
.
Ajaibnya, nenek guru mengaji tak perlu duduk di depan santrinya. Walaupun beliau sedang memasak, beliau tetap bisa mengajar dan memperbaiki bacaan yang salah. Setelah semua santri selesai belajar mengaji, kami mengatur posisi tidur secara teratur di lantai yang terbuat dari kayu. Suara canda tawa selalu menemani malam yang semakin larut.
.
.
Ada kelakuan jahil yang sering dilakukan. Kalau ada teman yang tertidur duluan, Santri lainnya yang belum tertidur akan mengambil sebutir garam lalu mengikatnya di benang. Garam yang telah diikat itu disentuhkan ke bibir teman yang telah tertidur. Gerakan bibir mangap-mangap, lidahnya sesekali menjulur meraih garam yang ditarik-ulur. Tawa cekikikan meramaikan suasana yang mulai hening, mengusir rasa kantuk, membangunkan asa yang hilang ditelan malam.
.
.
Jika ketahuan, nenek pasti memberikan wejangan panjang kali lebar. Makanya, kejahilan itu tak berlangsung lama. Saat malam bertambah larut, bunyi jangkrik ikut meramaikan malam di bawah sinar rembulan. Sesekali bunyi kodok menyeruak dari genangan air di bawah kolong rumah. Sarung pun ditarik-menghangatkan tubuh yang mulai kedinginan. Gelap malam setia menemani. Cahaya lampu strong king redup, sengaja dipadamkan untuk menghemat bahan bakar. Lima anak tidur beralaskan tikar yang sudah sobek termakan usia. Anak-anak penuh impian tuk menaklukkan dunia dan ingin sukses di akhirat. Sungguh, dunia hanya sementara - Akhirat selamanya. Barakallah. (*)
.
Butta Gowa, 19062017
#basareng

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun