Mohon tunggu...
Bangun Sayekti
Bangun Sayekti Mohon Tunggu... Apoteker - Sarjana, Apoteker

Pendidikan terakhir, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta: Sarjana lulus November 1975, Apoteker lulus Maret 1977. Profesi Apoteker, dengan nama Apotek Sido Waras, sampai sekarang. Pensiunan Pegawai Negeri Sipil tahun 2003, dengan jabatan terakhir Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Lampung Timur. Dosen Jurusan Farmasi, Fakultas MIPA Universitas Tulang Bawang Bandar Lampung, Januari 2005 sampai dengan Desember 2015.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menggapai Derajat Takwa Lanjutan 1

26 Juli 2017   17:01 Diperbarui: 26 Juli 2017   17:09 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dalam upaya menggapai derajat takwa, berikut adalah contoh lain harta yang dicintai tidak berwujud yaitu waktu. Waktu diatas dunia ini amat sangat singkat, jadi seyogyanya tidak disia -- siakan. Karena waktu yang telah terbuang percuma, sudah tidak dapat dimintakan gantinya lagi. Dalam surat  Al 'Ashr ayat 1. Demi masa, ayat 2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, ayat 3. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. 

Sudahkah kita melaksanakan perintah dan petunjuk Allah ini? Sudahkah kita saling nasehat menasehati dalam mentaati kebenaran, diantara kita? Tampaknya, dalam hal ini masih sangat jauh dari pengamalannya. Karena yang sering kita lihat, bukannya sesama manusia saling nasehat menasehati, untuk mentaati kebenaran. Tetapi justru sebaliknya, saling caci dan anarki dalam memaksakan kebenaran, antar kelompok yang satu dengan kelompok yang lainnya.

Hendaklah tidak mentang--mentang jumlah anggota kelompoknya banyak, lalu menindas kelompok lainnya. Toh dihadapan Allah kelak, kesemua perbuatan kita diatas dunia ini akan dipertanggung jawabkan oleh diri kita sendiri. Bukan oleh pemimpin bersama anggota kelompok perusak, atau kelompok penganiaya tersebut. Kalau hal -- hal buruk seperti kejadian -- kejadian yang sering dapat dilihat dilayar TV terus berlanjut, berarti iblis, setan dan sebangsanyalah yang keluar sebagai pemenangnya. Sedangkan manusia hanya sebagai budak hawa nafsunya, yang berkiprah dibawah kendali iblis, setan dan sebangsanya.  Ini adalah contoh pemanfaatan waktu yang cuma - cuma. Akankah hal seperti kondisi ini, diteruskan dan akan diwariskan kepada anak cucu sebagai generasi penerus? Mengingat waktu yang telah terbuang percuma, sudah tidak dapat dimintakan gantinya lagi.

Sekedar mengingatkan dan menyadarkan, agar kita dapat memanfaatkan waktu yang singkat diatas dunia ini, mari kita isi dengan perbuatan baik atau amal saleh. Sebagai contoh untuk memudahkan anak cucu memahami pewujud-nyataan amal saleh atau perbuatan baik, izinkan aku menceritakan kisah nyata seorang kakek yang meluangkan waktunya untuk membantu kesembuhan orang. Kakek ini lahir sekitar 69 tahun yang silam, di tanah Lampung Sumatera, dan beliau berkesempatan menimba ilmu di Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta.

Si kakek mempunyai sedikit pengetahuan dibidang farmasi,  dan di rumah si kakek juga senang meracik jamu atau obat tradisional yang disajikan dalam bentuk kapsul. Dalam pembuatan kapsul tentunya membutuhkan waktu yang tidak sebentar, karena diawali dari pemilihan bahan baku, pengeringan bahan baku menjadi simplisia, kemudian mengekstraksi dengan cara perebusan hingga diperoleh ekstrak encer. Ekstrak encer lalu diuapkan sehingga menjadi ekstrak kering, barulah dimasukkan kedalam kapsul dan jadilah jamu yang disajikan dalam bentuk kapsul.

Jamu dalam bentuk kapsul tadi, terdiri dari ekstrak kering beberapa simplisia, salah satunya daun sambung nyowo, oleh karena itu kapsul tersebut diberi nama Jamu Sambung Nyowo ( JSN ). Mudah -- mudahan JSN ini bermanfaat bagi masyarakat yang membutuhkan, dan berkhasiat sebagaimana namanya. JSN ini dijamin aman, karena sudah diuji coba oleh si kakek sendiri. Jadi kalau JSN ini berefek mematikan, tentunya tidak akan ada JSN kapsul yang beredar di masyarakat, karena yang akan membuat JSN sudah mati duluan. Jaminan Mutu.

Secara getok tular artinya informasi dari mulut ke mulut, akhirnya JSN dikenal oleh masyarakat. Entah dari mana beliau ini mendapat kabar, sekitar pukul 9.30 malam ( tepatnya tanggal 20 Januari 2004 ) datang suami istri ke rumah si kakek. Dengan nada sendu dan air mata berderai sang ibu menyampaikan maksud dan tujuannya datang ke rumah si kakek.

Beliau bersama suaminya bernama Nyoman, mengatakan kalau anaknya menderita sakit, atas diagnosa dokter anaknya menderita asma. Sejak itu sampai saat ini sesuai dengan obat yang diberikan dokter, anak saya sudah sekitar 3 tahun mengkonsumsi obat asma. Setelah sekian lama mengkonsumsi  obat -- obat tersebut, bukannya anak saya menjadi sehat, tetapi saat ini jangankan nasi, air putih saja sudah tidak dapat menelannya Pak, tutur sang ibu sambil bercucuran air mata.

Kami sudah sekian lama pergi ke dokter sana ke dokter sini, untuk mencarikan kesembuhan buat anak kami Meri, namun belum berhasil. Dan akhirnya atas saran dokter, Meri agar discanning. Dari hasil scanning terakhir, dokter menyatakan kalau Meri menderita tumor jinak terletak dibelakang jantung, dan yang besarnya sudah lebih besar dari pada jantungnya, tutur sang ibu.

Kemudian kami tanyakan, lalu agar anak saya sembuh bagaimana dok? Dokter menjawab, tidak ada jalan lain kecuali harus dioperasi, itupun tidak ada jaminan akan berhasil, kata sang ibu menirukan dokter yang menangani anaknya. Selanjutnya lalu bagaimana dok? Dokter hanya dapat memberikan obat untuk mengurangi rasa sakit, kata sang ibu menirukan dokter kembali. Kalau begitu anak kami tidak dapat sembuh dok? Lalu kemungkinannya anak kami bagaimana dok? imbuh sang ibu.  Dokter menjawab, bila kondisi Meri normal dapat bertahan 1,5 sampai 2 tahun, kata sang ibu menirukan dokter lagi. Rasanya kami hilang tenaga dan lemas begitu mendengar keterangan dokter tersebut, yang seolah -- olah anak kami sudah divonis.

Oleh karena itu kami kemari dengan tujuan menyerahkan hidup mati anak saya Meri kepada Bapak, tutur sang ibu. Lho kok Ibu berkata begitu, hendaklah kita selalu ingat bahwa jodoh, mati dan rizki manusia, ada ditangan Tuhan. Baik Bu, Pak, saya dapat memahami upaya gigih Ibu dan Bapak dalam mencarikan kesembuhan buat putranda Meri. Sayapun tidak dapat berbuat apa -- apa, kecuali hanya bermohon kepada Tuhan Yang Maha Kuasa untuk kesembuhan mbak Meri, tutur si kakek.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun