Mohon tunggu...
Bangun Sayekti
Bangun Sayekti Mohon Tunggu... Apoteker - Sarjana, Apoteker

Pendidikan terakhir, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta: Sarjana lulus November 1975, Apoteker lulus Maret 1977. Profesi Apoteker, dengan nama Apotek Sido Waras, sampai sekarang. Pensiunan Pegawai Negeri Sipil tahun 2003, dengan jabatan terakhir Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Lampung Timur. Dosen Jurusan Farmasi, Fakultas MIPA Universitas Tulang Bawang Bandar Lampung, Januari 2005 sampai dengan Desember 2015.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menggapai Derajad Takwa Lanjutan 3

11 Agustus 2017   19:08 Diperbarui: 11 Agustus 2017   19:11 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Menggapai  Derajat Takwa Lanjutan 3.

Untuk menggapai derajad takwa, tidak cukup dengan seruan mari kita tingkatkan takwa kita, mari kita tingkatkan takwa kita, tetapi wajib dilakukan dengan tindakan dan atau perbuatan nyata. Dan akan lebih mudah bagi anak/cucu untuk memahaminya, bila petunjuk dan perintah itu diaktualisasikan dengan contoh perbuatan atau contoh tindakan nyata. Sebagaimana kisah nyata seorang kakek yang memberikan harta tak berwujud berupa buah pikirannya, dalam mendidik anak/cucu agar menjadi insan yang berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur. 

Si kakek lahir sekitar 69 tahun yang silam di Lampung Sumatera, dan beliau berkesempatan menimba ilmu di Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta, namun dikala aktifnya beliau mengawali dinasnya di Balai Industri Semarang Jawa Tengah, lalu pindah ke Kantor Wilayah Departemen Perindustrian Propinsi Lampung. Dimasa purna tugasnya, si kakek ini banyak mencurahkan pikirannya untuk menulis dengan topik bahasan tentang hakekatagama bagi manusia. Terangkum dalam serial Kehidupan Manusia Menurut Islam,sebagai sumbang sih si kakek dalam mempersiapkan akhlak mulia dan budi luhur anak/cucu sebagai penerus bangsa. Disamping itu beliau diminta untuk memberikan ilmu farmasi yang dimiliki, disatu Universitas Suasta jurusan Farmasi di Bandar Lampung, dengan pertimbangan si kakek; Lebih baik sedikit ilmu yang dimiliki diberikan kepada mahasiswa sebagai generasi penerus, dari pada hilang percuma dibawa mati.

Berikut antara lain, buah pikiran si kakek. Sebagai orang tua, sudah sewajibnya menjadi suri tauladan bagi anak/cucu dan keturunannya. Orang tua wajib memberi bekal dasar bagi anak/ cucu, melalui agama yang dianut, apapun agamanya. Karena pada hakekatnya agama adalah untuk membangun manusia, menjadi insan yang berakhlak mulia dan berbudi luhur. Insan dengan kualifikasi inilah yang kelak dapat diandalkan untuk mengelola Negara, menjadi Negara yang gemah ripah loh jinawi, sejahtera masyarakatnya, adil - makmur materiil dan spiritual, kuat, berwibawa dan mandiri atas kemampuan sendiri. Serta dapat diandalkan untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa demi keutuhan Negara, yang berdasarkan Pancasila, Undang - Undang Dasar 1945 dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), direkat dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika,siapapun yang menjadi pemimpinnya. 

Sepasang suami istri atas izin Allah Swt. Tuhan Yang Maha Kuasa, dikodratkan mempunyai anak. Dan tentunya adalah menjadi kewajiban orang tua untuk mendidiknya, agar kelak menjadi insan yang berakhlak mulia dan berbudi luhur. Bukan malah sebaliknya diingkari, yang berakibat si anak menjadi beban masyarakat. Karena pada dasarnya, anak merupakan amanat Tuhan yang dipercayakan kepada orang tua, sekaligus sebagai bahan ujian bagi orang tuanya. Sebagaimana difirmankan dalam surat Al Anfaal ayat 27: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui. Ayat 28: Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar. 

Sebagai orang tua janganlah mudah menyalahkan pihak lain, menyalahkan zamannya, menyalahkan kemajuan teknologinya, menyalahkan narkobanya, hingga menyalahkan aparat -- aparat dan pemerintahnya. Karena sesungguhnyan baik dan buruknya akhlak dan budi pekerti anak, utamanya terletak pada bekal dasar dari orang tua yang melahirkannya. Sebagai orang tua jangan hanya senang buat anak saja, sedangkan pembekalan dasarnya diserahkan kepada pembantu, duit dan HP. Bila hal ini yang dilakukan, jangan menyalahkan pihak lain bila sang anak akhirnya hanya menjadi sampah masyarakat.

Mari kita tengok dan tela'ah cara -- cara orang tua dahulu, dalam memberi bekal dasar bagi anak/cucu menurut agama yang dianutnya. Sekiranya cara yang digunakan membawa kebaikan bagi anak/cucu silahkan diikuti, tetapi bila sekiranya tidak membawa kebaikan bagi anak/cucu ya tidak perlu diikuti. Si kakek adalah seorang penganut Islam sudah barang tentu buah pikiran yang diberikan, didasarkan atas Al Qur'an, sedangkan kepada saudara-saudara yang non muslim silahkan menggunakan kitab suci yang diyakininya masing -- masing.

Misal. Bismillahirrahmanirrohim ini dalam bahasa Arab, dalam bahasa Indonesia berarti dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Pengasih dan penyayang adalah sifat Tuhan, demikian juga manusia mempunyai sifat itu. Untuk menyegarkan ingatan kita kembali, dapat dibaca ulang artikel dengan judul SIAPA AKU 1 sampai dengan 7, dan atau artikel lainnya di kompasiana dengan account ( akun ) bangsayekti. Untuk menumbuh kembangkan sifat pengasih dan penyayang kepada anak/cucu, si kakek memberikan buah pikirannya sebagai berikut.

Sejak awal masuk sekolah, anak/cucu dibiasakan dibekali makanan dan minuman dari rumah oleh orang tuanya. Saat membekali anak/cucu, orang tua berpesan agar pada saat memakan bekal nanti, jangan lupa menawari dan atau memberikan sebagian bekal kepada  temannya yang tidak membawa bekal. Sebaliknya bila anak/cucu diberi sesuatu oleh teman atau siapapun, dipesankan jangan lupa mengucapkan terima kasih kepada yang memberi. Bila suatu saat berjumpa temannya yang membawa barang tampak kesulitan, kepada anak/cucu juga dipesan agar membantu temannya itu walau tidak diminta.  Saat meninggalkan rumah, orang tua memegang tangan sang anak/cucu layaknya orang bersalaman, sambil mengucap salam, assalamualaikum wr.wb, demikian pula saat pulangnya diperdengarkan kembali salam tersebut. Pembiasaan hal tersebut kepada anak/cucu sejak dini, hakekatnya adalah aktualisasi bismillahirrahmanirrohim atau sifat pengasih dan penyayang dalam tingkah laku, perbuatan dan tutur kata sehari - hari.

Bila hal -- hal sederhana tadi sudah dibiasakan sejak dini, insya-Allah saat dewasanya anak/cucu akan dapat melakukan kebiasaan tadi secara spontan, walaupun tidak disuruh atau diminta pihak lain. Kecuali itu, karena anak/cucu sejak dini sudah dibiasakan tidak membeli sesuatu dari luar, tentunya dapat menghindarkan anak/cucu dari bahan -- bahan berbahaya yang biasa ditambahkan dalam makanan dan atau narkoba yang dapat menghancurkan masa depannya. Tidak membeli barang dari luar-pun dapat dibangun dalam diri anak/cucu,  bila saat orang tua memberi uang tidak lupa dipesankan agar uang tidak untuk jajan, tetapi ditabung untuk membeli sepeda dan atau keperluan pendidikan misalnya.

Surat Al Baqarah ayat 153 : Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. Lalu, bagaimana cara membangun anak/cucu menjadi insan yang sabar dan shalat? Apakah dengan cara menghafalkan ayat tersebut dalam bahasa Arabnya, 100 kali dalam satu hari, misalnya. Ooo, tidak demikian untuk menumbuh-kembangkan sabar dan shalat kepada anak/cucu. Berikut buah pikiran si kakek. Langkah pertama, merespon firman Allah yang tersurat dalam surat Al Baqarah ayat 153 tersebut, dengan memposisikan diri kita, layaknya kita berkomunikasi langsung dengan Allah. Contoh, Allah berfirman Hai orang-orang yang beriman, kita merespon dengan ya saya orang beriman.Firman selanjutnya jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar, kita merespon dengan, siapsaya laksanakan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun