Mohon tunggu...
Bang Dafi
Bang Dafi Mohon Tunggu... -

Kunjungi blog saya di bangdafi.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Meludah di Sumur yang Airnya Dia Minum

1 April 2014   13:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:14 903
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya pagi ini baru membaca buku Pak Jamil Azzaini, ada salah satu artikel menarik yang ingin saya share ke teman-teman semua. Judulnya “Jangan pernah meludah di sumur yang airnya kamu minum”.

Pernahkah sobat semua bertemu dengan orang yang bekerja di sebuah perusahaan atau instansi, mendapat gaji yang besar dan berbagai fasilitas, tetapi hobinya menjelek-jelekkan perusahaan atau instansi tempat dia bekerja? Menurut Pak Jamil orang tersebutlah yang disebut meludah di sumur yang airnya dia minum.

Orang-orang semacam ini biasanya senang mengeluh, tidak bertanggung jawab, dan oportunis. Mereka membicarakan sesuatu yang tidak mereka suka kepada sesama teman dan tidak bisa mengambil keputusan untuk memperbaikinya. Bahkan ketika ditanya oleh pimpinan perusahaan tentang ide dan perbaikan untuk perusahaan mereka akan diam seribu bahasa.

Orang-orang yang termasuk dalam kelompok ini salah satunya disebabkan karena mereka tidak memiliki passion dalam bekerja. Waktu yang seharusnya digunakan untuk mengasah passion-nya justru digunakan untuk hal yang sia-sia. Mereka bekerja asal bekerja, sekedar memenuhi job description, atau kalo bahasa saya sekedar “menggugurkan tanggung jawab”. Apabila ada sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginannya, mulutnya menjadi sibuk “bekerja”, sementara prestasi kerjanya biasa saja atau bahkan dibawah rata-rata. Ciri orang yang seperti ini yaitu sulit mengucapkan terima kasih.

Nah mengapa saya ingin share ke sobat semua tentang masalah ini, karena saya pernah memiliki karyawan yang sifatnya kurang lebih seperti itu. Ketika meeting mingguan beliau tidak pernah mengutarakan kekecewaan ataupun kritiknya, namun ternyata semua kebijakan saya sebagai pimpinan sering dikritik didepan karyawan yang lain, dan tanpa sepengetahuan saya tentunya. Sampai akhirnya saya sendiri mendengar dengan pembicaraan yang menjelek-jelekkan diri saya dan usaha yang berjalan. Tanpa banyak pertimbangan saya persilahkan untuk keluar dari tim saya. Hal yang saya lakukan semata-mata untuk menyelamatkan tim yang lain agar tidak menurun semangat kerjanya, walaupun berat langkah tersebut tetap saya ambil.

Saya ingin mengajak agar sobat semua yang sedang terjun di dunia wirausaha untuk peka terhadap hal ini. Dan jika ternyata ada orang-orang seperti pak Jamil utarakan diatas, maka bersiaplah untuk mengambil tindakan, karena bisa jadi orang tersebut menjadi provokator, yang berpotensi untuk membuat anggota tim lainnya menjadi menurun performa kerjanya.


Tetapi bukan berarti sobat semua menjadi anti kritik, saran dan kritik mutlak kita butuhkan agar usaha yang dijalankan terbangun performanya. Hanya saja, ketika menemukan karyawan yang menjadi tim anda hanya bisa menjelek-jelekkan sistem atau kebijakan perusahaan tanpa memberikan solusi untuk merubahnya, orang seperti inilah yang harus diberikan tindakan.

Jika sobat disini ada yang menjadi karyawan dan merasa kebijakan di tempat sobat bekerja memang kacau sehingga pantas dijelek-jelekkan dan membuat sobat tidak cocok bekerja ditempat itu. Maka berilah masukan konstruktif kepada pengambil keputusan ditempat sobat bekerja, buatlah perubahan. Bagaimana jika masukan yang disampaikan tidak digubris oleh pengambil keputusan? Maka keluarlah dari perusahaan itu. Nah seandainya tidak ingin keluar dari perusahaan itu,  maka diam akan jauh lebih baik dibanding harus menjelek-jelekkan tempat dimana sobat mencari nafkah dari tempat itu.

Hal yang saya tulis diatas semata-mata hanya untuk menjaga diri dari sifat suudzon, baik dari karyawan ke pimpinan, maupun dari pimpinan ke karyawan. Dan yang utama adalah menghindari perbuatan menjelek-jelekkan orang lain (ghibah), karena perbuatan tersebut termasuk 10 dosa besar penghambat rejeki.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun