Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Minim Dukungan, Ekspedisi 100 Hari di Gunung Merbabu Tetap Berjalan

20 Juli 2017   17:20 Diperbarui: 21 Juli 2017   19:57 2704
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tim ekspedisi di base camp Thekelan (foto: dok pri)

Kendati miskin publikasi, tim ekspedisi 100 hari di puncak gunung Merbabu yang terdiri atas Raka Metta Wantoro , Bayu Ramadhon dan Dani Adi Kusuma, Kamis (20/7) siang secara resmi meninggalkan Base Camp Thekelan (BCT), Batur, Getasan, Kabupaten Semarang untuk memulai tugas mulianya.

Dengan dikawal empat pendaki asal Kota Salatiga, tim ekspedisi pk 11.30 di BCT sempat mendokumentasikan berbagai persiapannya. Hingga waktu yang sudah ditetapkan, rombongan berjumalh tujuh orang dilepas oleh puluhan personil Komunitas Peduli Putra Syarif (Komppas) selaku penanggung jawab base camp. 

"Untuk tim pendamping, mereka hanya melakukan pengawalan beberapa hari saja," kata Raka Metta Wantoro selaku koordinator ekspedisi.

Setelah menggelar doa bersama, para pendaki yang memang telah kenyang pengalaman itu segera meninggalkan BCT sembari memanggul beban masing-masing sekitar 20 kilogram. Peralatan pendakian seperti tenda dome, alat masak, logistik, hingga keperluan pribadi lainnya dibawa menggunakan tas punggung besar (carrier). Kebetulan, cuaca siang tadi lumayan ramah sehingga jarak tempuh menuju puncak ditengarai relatif lancar.

Tiga personil tim didampingi empat pengawal (foto: dok pri)
Tiga personil tim didampingi empat pengawal (foto: dok pri)
Seperti diketahui, tiga orang pendaki asal Kota Salatiga, Kabupaten Semarang dan Kabupaten Gunung Kidul, DIY, telah menggelar kegiatan di puncak gunung Merbabu yang diberi label Ekspedisi dan Sosialisasi 100 Kentheng Songo Puncak Merbabu. Nantinya, di atas ketinggian 3.142 mereka akan melakukan restorasi dan konservasi selama 100 hari penuh.

"Aktivitas mereka meliputi restorasi (pengumpulan batu Kentheng Songo), upacara dua hari nasional, konservasi berbagai jenis tanaman, konservasi beragam binatang, konservasi jalur pendakian, perbaikan sanitasi air, pembenahan tanda penunjuk arah hingga sosialisasi terhadap para pendaki agar tak membuang sampah sembarangan, menebang pohon, teknik resque dan etika pendakian," kata Ketua Komppas, Bento yang mengaku akan selalu memantau perkembangan tiga personil tersebut.

Untuk menuju puncak gunung Merbabu, seorang pendaki yang melalui BCT membutuhkan waktu 8- 12 jam perjalanan. Bila stamina bagus dan cuaca cerah, maka biasanya pendakian makan waktu 8 jam. Namun, semisal terjadi hujan, bisa dipastikan molor hingga 12 jam bahkan kadang lebih. Repotnya lagi, beberapa jalur bahaya harus dilalui untuk mempersingkat jarak tempuh.

Ritual doa ala pendaki pun digelar (foto: dok pri)
Ritual doa ala pendaki pun digelar (foto: dok pri)
Minim Dukungan Logistik

Sekedar diketahui, untuk menuju puncak gunung Merbabu, seorang pendaki yang memanfaatkan pintu masuk BCT harus memulai menuju  pos Pending. Hingga tiba di cerukan batu besar yang diberi nama  Watu Gubug. Setelah melewati pos pemancar, maka stamina benar-benar bakal teruji. Selanjutnya, sebelum tiba di puncak, maka pendaki wajib menyeberangi jembatan setan hingga akhirnya sampai di Kentheng Songo.

Hingga berada di puncak, meski mata disuguhi pemandangan alam yang teramat sangat mempesona, namun, di saat cuaca yang tak menentu ini, oksigen bakal sangat tipis. Begitu pun suhu udara di malam hari, terkadang bisa mencapai 14 derajat celcius. " Tentunya hal- hal seperti itu sudah diantisipasi oleh kalangan pendaki kawakan," ungkap salah satu pendaki di BCT.

Dari tiga personil tim Ekspedisi dan Sosialisasi 100 Kentheng Songo Puncak Merbabu sendiri, semuanya sudah kenyang melakukan berbagai pendakian di berbagai gunung. Bahkan, Raka Metta Wantoro selaku koordinator layak disebut sebagai orang gunung. Sebab, sejak tahun 2.000-an, dirinya dalam sepekan bisa naik ke puncak Merbabu bisa 3-4 kali. Artinya, nyaris semua sudut gunung sarat misteri tersebut benar-benar dikuasainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun