Mohon tunggu...
Bambang Trim
Bambang Trim Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Penulis Pro Indonesia

Pendiri Institut Penulis Pro Indonesia | Perintis sertifikasi penulis dan editor di Indonesia | Penyuka kopi dan seorang editor kopi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Menantang Guru Menulis Buku

7 Juni 2018   07:10 Diperbarui: 7 Juni 2018   13:40 3054
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada seleksi tahap awal ditargetkan ada 100 orang guru yang naskahnya terpilih untuk diikutkan dalam sanggar kerja (workshop) penulisan buku pengayaan yang akan dipandu oleh para instruktur penulisan berpengalaman. Dari 100 orang yang mengikuti workshop. akan ditetapkan 50 orang sebagai nomine pemenang lomba, lalu puncaknya akan ditetapkan masing-masing 3 orang juara dari kategori nonfiksi dan kategori fiksi. Fiksi di sini khusus novel.

Saya berikan tip ringkas untuk dapat menang dalam lomba penulisan buku seperti ini.

Pertama, pilihlah topik-topik yang unik sekaligus menarik dengan dihubungkan pada kebutuhan, tren, atau kemutakhiran saat ini. Kata kuncinya adalah "masalah". Penulis harus menemukan masalah pada setiap topik yang diangkat. Jadi, bedakan antara masalah dan fenomena. Contohnya, para remaja keranjingan gawai itu baru sebatas fenomena. Namun, para remaja keranjingan gawai hingga menyebabkan prestasinya menurun atau memunculkan kasus-kasus perundungan (bullying), ini baru ada masalahnya.

Untuk fiksi, topik juga unik dan menarik. Penulis dapat menyajikan cerita kehidupan sehari-hari yang dihadapi remaja atau juga cerita model fantasi yang melambungkan imajinasi. Ingat, yang dihadapi sekarang adalah pembaca dari generasi milenial. Mereka memiliki ketertarikan terhadap cerita yang berbeda dibandingkan generasi-generasi sebelumnya. Melakukan riset terhadap novel-novel remaja masa kini di toko-toko buku sangat dianjurkan.

Dalam fiksi, perhatikan kekuatan unsur instrinsik, yaitu tokoh dan penokohan, latar/setting (baik waktu maupun tempat), dan alur/plot (jalan cerita). Kesemua unsur itu harus diramu dengan baik, terutama alur agar tidak terkesan datar dan minim konflik. Menjadi penilaian lebih pada novel jika penulis dapat menyajikan alur dengan twist (kejutan-kejutan yang tidak terduga oleh pembaca).

Kedua, kembangkanlah topik menjadi subtopik-subtopik. Subtopik ini di dalam buku nonfiksi akan menjadi bab. Subtopik disajikan secara sistematis yaitu sesuai dengan urutan (mudah ke sulit; umum ke khusus). Jika penulis hendak menuliskan suatu pengetahuan, ia  menggunakan kaidah hierarkis dalam pengembangan bab-bab buku. Hierarkis itu berarti ada level-level pengetahuan yang harus dipahami dan dikuasai pembaca.

Jika penulis hendak menuliskan suatu keterampilan, ia menggunakan kaidah proses. Kaidah proses ini bukan seperti tingkatan, melainkan tahapan dari awal hingga akhir. Misalnya, untuk keterampilan menulis ada lima tahapan standar yang digunakan di dunia, yaitu pramenulis-menulis draf-merevisi-menyunting-menerbitkan. 

Ada lagi kaidah klaster (kelompok) yang dapat digunakan penulis jika ia ingin menulis buku terdiri atas pengetahuan-pengetahuan butiran. Setiap bab membahas satu kelompok pengetahuan tanpa harus berpaut atau berhubungan dengan bab lainnya. Contohnya, penulis ingin menulis buku pengetahuan bertajuk 7 Karakter Genial Generasi Milenial maka setiap karakter dibahas sebagai satu bab yang bukan merupakan urutan atau tahapan.

Terakhir, ketahuilah aspek apa saja yang dinilai. Dalam penilaian naskah buku kali ini, aspek atau komponen penilaian mencakup materi, penyajian dan bahasa, serta keliterasian.  Ringkasnya begini. Materi itu pasti terkait dengan gagasan utama dan isi naskah (soal kebenaran, soal legalitas/tidak terindikasi plagiat, soal norma). 

Penyajian terkait dengan cara atau gaya menuliskan sehingga mudah dipahami, menarik untuk terus dibaca, dan menggunakan bahasa yang tepat sesuai dengan konteksnya. Lalu, keliterasian terkait dengan keseluruhan komponen yang merangsang daya literasi dasar dan literasi lainnya (literasi teknologi, literasi perpustakaan, literasi media, dan literasi visual). Literasi jika didefinisikan secara sederhana adalah kemampuan untuk mencari, memilih, memilah, dan menggunakan informasi melalui berbagai praktik literasi dasar, yaitu membaca, menyimak, berbicara, menulis, menghitung, berhitung, mengamati, dan menggambar.

Demikian tip ringkas dari saya untuk menjawab tantangan menulis buku bagi para guru. Ini tantangan yang baik karena setidaknya akan menggambarkan kualitas para guru. Guru menulis buku, apalagi buku bermutu, itu sudah tanda-tanda kemajuan Indonesia.[]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun