Mohon tunggu...
Giorgio Babo Moggi
Giorgio Babo Moggi Mohon Tunggu... Lainnya - Pembelajar yang tak berhenti untuk menulis

Dream is My Life's Keyword.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Ngada dan Genetika Sepak Bola NTT

11 Agustus 2017   16:37 Diperbarui: 11 Agustus 2017   17:00 3269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suporter PSN Ngada pada Turnamen ETMC 2017 (Foto: www,bolantt.wordpress.com)

Sejalan dengan sepak bola modern, perilaku pemain dan penonton semakin tertib. Menyaksikan duel Perse versus PSN di final ETMC 2017, kita seperti sedang berada di salah satu stadion di Inggris Raya. Di Stadion Marilonga, jarak penonton dengan garis lapangan beberapa centimeter saja. Di Inggris aman-aman saja, tidak dengan di Marilonga. Mungkin suporter klub-klub di Inggris sudah kembali dari sejarah panjang. Kekerasan, rasis dan perilaku serta sikap kontra sportivitas olahraga pernah terjadi di sana. Kini mereka sudah sadar.

Pertanyaan, apakah kita harus melewati sejarah masa lalu sepak bola Inggris di era modern ini? Tentu tidak! Teknologi telekomunikasi dan informasi memungkinkan kita menyaksikan sepak bola pada berbagai level di dunia. Kesempatan itu menjadi momentum pembelajaran sepak bola  modern. Kita dapat belajar banyak dari sana. Sayangnya, itu tidak terjadi di sini. Kerusuhan masih mewarnai turnamen sepak bola.

Saatnya, orang Ngada segera sadar dan patut berbangga. Sepak bola tanpa NTT Ngada hambar. Ibarat World Cuptanpa Brazil, Argentina, Jerman atau Belanda, sepak bola dunia tak bernyawa. Berlebihan memang, tapi itulah fakta.

Pemain PSN dan para suporter Ngada lebih cool down,sportif dan tidak terprovokasi. Bermain sepak bola secara profesional tanpa terusik drama-drama provokasi. Bermainlah keras, tapi tidak boleh kasar. Buktikan kecepatan, kelincahan dan kemampuan terbang hanya miliki PSN Ngada.

Pula orang Ngada harus berbangga karena sepak bola Ngada telah 'memasok' pemain ke berbagai klub lokal. Coba chek saja berapa pemain tim dari kabupaten lain yang berdarah Ngada. Usut punya usut pasti ada satu atau dua orang di sana. Contoh yang paling nyata adalah Karolus Bhuru yang berlaga di Perse Ende dan atau Hery Gara, striker PSKK Kota Kupang, yang meraih sepatu emas pada ETMC 2017.

Sebenarnya, PSN Ngada tidak pernah kalah. Mereka selalu menang. Kekalahan di lapangan hanya angka (skor), tetapi kemenangan sesungguhnya sepak bola Ngada telah mewarisi dan meregenerasi pemain sepak bola dari masa ke masa. Menghasilkan pemain-pemain bertalenta yang menyebar di berbagai klub yang berlaga di ETMC maupun Piala Gubernur. Suatu kebanggaan dan Ngada harus berbesar hati. Artinya, iklim dan sistem kompetisi sepak bola di Ngada sukses karena mengangkat bibit-bibit pesepak bola.

Usul saya satu saja. Benahi mental pemain. Karena mental ini menjadi sisi lemah PSN Ngada dan sering dimanfaatkan lawan dengan berbagai cara. Karena sepak bola bukan lagi soal estetika tapi tujuannya kemenangan (gol) -- bagaimana pun caranya orang akan melakukannya.  Karenanya itu PSN Ngada harus waspada. Manajer dan jajaran PSN Ngada tidak saja meningkatkan kemampuan skill motorik pemain pula manajemen emosional pemain dalam menghadapi situasi dan merespon sesuatu baik di dalam maupun luar lapangan. Coba saja malam final ETMC 2017, PSN Ngada tampil tenang dan tidak terprovokasi, kemenangan sudah ada di tangan. Karena melihat agresitivitas PSN pada malam itu hanya menunggu waktu. Gol pasti akan tercipta.

Saya Persena Seka Talo. Saya Fans PSN Ngada Oba Bha'i. Bravo PSN Ngada! Salam olahraga!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun