Mohon tunggu...
Didik Syarifulkani S
Didik Syarifulkani S Mohon Tunggu... wiraswasta -

Peteluan Indah, Lombok Barat

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Bahasa Indonesia yang Pertama, Selanjutnya Bahasa Ibu Akan Dikuasai Dengan Sendirinya

28 Agustus 2012   13:06 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:13 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Bahasa Indonesia Yang Pertama,

Selanjunya Bahasa Ibu Akan Dikuasai Dengan Sendirinya

Dahulu, ketika Aku dan saudara-saudaraku masih kecil, Kami diajarkan oleh Ibu Kami Bahasa ibu ( bahasa daerah ) Sasak ( bahasa suku Sasak di Lombok ) dialek Sakra ( karena orang tua kami lahir dan besar di Desa Sakra, Lombok Timur ) sebagai bahasa sehari-hari, karena Ibu Kami tidak bisa berbahasa Indonesia dengan fasih dan tidak begitu faham Bahasa Indonesia. Oleh karena itu, Kami hanya mengerti Bahasa Sasak dan merasa sangat asing jika ada orang yang berbahasa Indonesia. Sehingga ketika teman-teman Bapak di kantornya dating berkunjung ke rumah Kami, Kami malu jika disapa dan diajak berbicara oleh mereka karena kami tidak begitu faham dengan apa yang mereka bicarakan kepada kami. Demikian juga ketika Kami menonton televise, Kami tidak begitu mengerti akan informasi yang disampaikan pembawa berita ataupun pembicaraan para pemain film jika kami menonton berita dan film. Ketika ada acara ulang tahun di kantor bapak Kami, Kami pun merasa malu untuk ikut bermain bersama ataupun berbincang-bincang dengan anak-anak teman bapak karena rata-rata mereka berkomunikasi menggunakan Bahasa Indonesia.

Suatu ketika, Kakakku yang baru masuk Sekolah Dasar disuruh untuk membawa sebuah sapu dari rumah oleh pak gurunya. Dengan semagat tinggi dia pulang ke rumah dan mengabarkan kalau dia disuruh olh pak gurunya untuk membawa sebuah sapu’ ( dalam bahasa Sasak, sapu’ adalah ikat kepala tradisional suku Sasak ). Ibu yang bingung tidak tahu harus mencari kemana karena sapu’ hanya dimiliki oleh anak-anak muda yang sering ikut nyongkolan ( arak-arakan pengantin adat suku Sasak ) menjadi marah kepada kakakku, dan kakakku pun menangis berguling-guling di tanah karena tidak dituruti kemauannya oleh ibu dan karena dia takut dimarahi pak urunya jika tidak membawa sapu’ ke sekolah besok. Paginya, kakak datanglebih pagi ke sekolah dan melihat dari jauh teman-temannya membawa sampat ( sapu lidi ). Saat itu juga dia merasa malu dn menyadari bahwa sapu yang dimaksud pakguru bukanlah sapu’ tapi sapu lidi ( dalam bahasa Sasak disebut sampat ). Dia pun segera pulang dan meminta sampat kepada ibu untuk kemudian dibawanya kembali ke sekolah.

Begitu pula ketika aku mulai masuk Sekolah Dasar, aku tidak begitu faham dengan apa-apa yang disampaikan ibu guru ketika menggunakan Bahasa Indonesia, akan tetapi begitu beliau menerjemahkan apayang beliau ucapkan tadi ke dalam Bahasa Indonesia maka Akupun sedikit mengerti dengan Bahasa Indonesia. Meski Aku termasuk anak yang kata bu guru ku lumayan pintar karena di kelas Aku selalu mendapat Ranking satu, Aku merasa sangat terbelakang dan minder karena tidak menguasai Bahasa Indonesia dan malu untuk Berbahasa Indoneia karena tidak terbiasa menggunakannya sehari-hari baik di rumah, di sekolah, maupun saat bermain bersama teman-temanku. Pernah juga suatu ketika Aku diutus oleh sekolah untuk mengikuti lomba bidang studi IPS di Kabupaten, Aku sangat malu sekali karena tidak begitu faham denga maksud pembaca soal sehingg akupun kalah karena tidak bias menjawab pertanyaan yang diberikan kepadaku.

Oleh karena pengalaman pahit itulah, maka terpatri dalam hatiku bahwa jika Aku punya anak nanti, maka Bahasa Indonesia akan kuajarkan yang pertama dan utama sebagai bahasa sehari-hari di rumah dan dimana saja, karena jika sudah menguasai Bahasa Indonesia maka anak=anak akan mudah dan dengan sendirinya dapat menguasai Bahasa Ibu dari lingkungan bermainnya yaitu dari teman-temannya nanti. Dan Aku pun selalu aktif untuk menyarankan kepada teman-teman dan tetanggku untuk mengajarkan Bahasa Indonesia sejak dini kepada anak-anak mereka agar anak-anak mereka lebih mudah menerima informasi dan lebih percaya diri dalam bergaul.

Dan hipotesis Ku memang terbukti benar, ketika kakakku memiliki anak, dia mengajarkan anaknya Bahasa Indonesia sebagai bahasa sehari-hari. Setelah anaknya menguasai Bahasa Indonesia, maka diapun menyelingi dengan Bahasa Ibu ( Bahasa daerah ) karena anaknya betanya-tanya apa maksud bahasa daerah yang digunakan teman-teman bermainnya. Sehingga dengan mudahnya anaknya menguasai bahasa ibu dengan sendirinya karena pengaruh lingkungannya. Anaknya pun selalu aktif bergaul bersama teman-temannya meski dia tidak faham bahasa daerah yang digunakan teman-temannya. Dia tetap merasa percaya diri dengan Bahasa Indonesia yang telah diuasainya untuk berkomunikasi, tidak seperti teman-temannya ang kurang percaya diri karena tidak menguasai Bahasa Indonesia.

Dan Alhamdulillah, ketika Aku dikaruniai anak-anak oleh Allah, sesuai janjiku Akupun mengajarkan Bahasa Indonesia kepadanya ebagai bahasa sehari-hari agar mereka tidak mengalami pengalaman pahit yang Aku alami dahulu. Dan Alhamdulillah, mereka menjadi anak-anak yang aktif dan percaya diri bergaul dengan siapa saja karena mereka menguasai Bahasa Inonesia. Merekapun mudah menerima informasi yang disampaikan di televisi yang mereka tonton, dari radio yang mereka dengar, maupun dari buku-buku bacaan yang dibacakan kepada mereka. Dan mereka mudah menguasai bahasa ibu dialek mana saja tempat mereka bermain. Kini, anak-anakku suda masuk sekolah di Sekolah Dasar dan Taman Kanak-kanak, dan Alhamdulillah mereka tidak memiliki kendala apapun dalam berkomunikasi dengan teman-teman dan para gurunya. Mereka lebih mudah berkomunikasi dan bergaul dibandingkan teman-temannya di sekolah mereka yang tidak diajarkan Bahasa Indonesia sejak dini oleh orang tua mereka. Mereka juga lebih cepat menangkap informasi yang disampaikan oleh para gurunya di kelasnya. Berkomunikasi dengan bahasa ibu pun mereka sudah bisa karena di lingkungan bermainnya maupun di rumah mereka biasa mendengar Kami berbahasa daerah. Dengan demikian, mereka dengan sendirinya mudah menggunakan dua bahasasekaligus yakni bahasa sekaligus yakni bahasa nasional kita Bahasa Indonesia dan bahasa ibu Kami Bahasa Sasak.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun