Mohon tunggu...
Asrini Hani
Asrini Hani Mohon Tunggu...

MENULISLAH ketika ingin menulis, untuk kebahagiaan ataupun kebermanfaatan

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Logika vs Perasaan

4 Februari 2014   21:21 Diperbarui: 4 April 2017   16:36 10024
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13915228492123936433

Sebenarnya kalau mau jujur-jujuran agak berat kalau harus menuliskan tentang hal yang berbau-bau perasaan. Karena konon, kata perasaan ini (yang lebih didominasi oleh kaum hawa) berbanding lurus dengan yang namanya daya kesensitifitas. Dan kalau sudah bersinggungan dengan area ini bisa panjang kali lebar ceritanya. Dan ini juga yang mengingatkan saya pada lagunya Ari Laso jaman baheula, ‘….sentuhlah dia tepat dihatinya…’ adakah korelasinya,hehe (Untuk Ibu Hawa, maksud saya kaum hawa mohon ijin untuk mengupasnya disini ya :).

Dan melalui tulisan ini pula saya tidak akan membahas masalah gender, feminisme, bla bla bla, dst. Saya hanya ingin membahas mengenai logika dan perasaan. Dan timbulah satu pertanyaan ‘Ketika Logika di perasa-perasaankan atau perasaan di logika-logika kan, bagaimana jadinya ya?’

Dua hal inilah yang sering kita temui, alami dan rasakan dalam kesehariankehidupan kita.Baik itu dalam hal memecahkan masalah, berkomunikasi atau bersosialisasi dan sampai hal yang paling urgent sekalipun yaitu dalam hal pengambilan keputusan. Dan yang terakhir ini yang sering kita dibuat kelabakan. Dan dalam hal ini masing-masing orang berbeda dalam penerapannya.

Logika diidentikkan dengan priadan perasaan diidentikkan dengan wanita.Pria lebih condong pada logika, dan dalam memecahkan masalah ataupun mengambil keputusan berdasarkan logika. Selain itu logika dipandang lebih simple, praktis dan tentunya sangat rasional. Hal ini berkebalikan dengan perempuan, yang mengedepankan perasaan mereka daripada logika. Walaupun tidak semuanya benar. Ini juga tergantung dimana mereka tinggal.

Bisa jadi orang yang dibesarkan di lingkungan (dalam hal ini dimulai lingkungan keluarga) yang dominan pria lebih banyak menggunakan logika mereka. Sebaliknya orang yang dibesarkan di lingkungan yang cenderung didominasi wanita lebih banyak menggunakan perasaan. Dan lagi-lagi ini juga bisa berubah, seiringperjalanan hidup di pergaulan luar yang akan selalu bersinggungan dengan makhluk sosial di luar keluarganya.Mungkin lebih tepatnya dalam perbandingan persennya. Misalnya pria logika 75% logika dan 25 % perasaan. Kebalikannya wanita 75% perasaan dan 25 % logika. Dan yang pasti pria itu lebih dominan logika dan wanita lebih mengagungkan perasaan mereka.

Kenapa hal ini bisa terjadi? hal ini bisa diakibatkan oleh budaya, kebiasaan atau pola asuh yang mempengaruhi kepribadian seseorang. Selain itu juga kalau secara ilmiahnya bahwa penggunaan logika dan perasaan ini ditentukan dalam proporsi penggunaan otak pada manusia. Pada otak manusia ada dua area, yaitu grey matter dan white matter. Grey matter adalah pusat informasi, sedangkan white matter adalah pusat pemrosesan informasi. Pria lebih menggunakan grey matter dalam proses berpikir, sedangkan wanita lebih menggunakan white matter dalam cara berpikirnya. Dan kalau dianalogikan dengan komputer, grey matter adalah prosessor inti komputer atau komputer itu sendiri. Sedangkan White matter adalah jaringan kabel yang menghubungkan setiap perangkat di dalam komputer.

Atau misalnya ketika menghadapi masalah, pria dan wanita begitu mencolok perbedaanya. Ketika menghadapi masalah wanita biasanya hanya ingin didengarkan saja, istilahnya curhat-curhatankalau jaman sekarang. Dan biasanya dalam menghadapi masalah tidak langsung mencari solusi, tapi dirasa-rasain dulu, mikirnya belakangan. Apalagi masalahnya seperti benang ruwet, bisa jadi stress ujung-ujungnya. Padahal kalau kita berusaha tenang, setiap masalah pasti juga ada solusi. Tidak tau kenapa, mungkin sudah bawaan dari lahir dan seperti faktor yang diatas tadi.

Sedangkan pada pria ketika menghadapi masalah akan menyepi untuk mencari solusi. Dan biasanya bukan bentuk stress, hanya terprovokasi saja. Dan sekiranya sudah menemukan apa yang dimaksud akan kembali sedia kala.

Itu tadi hanya pengamatan saya terhadap saudara-saudara dan teman-teman saya. Bisa jadi benar, bisa jadi salah namanya juga opini. Dan yang terpenting bukan pada menggunakan logika saja atau perasaan saja, melainkan keduanya saling melengkapi.

Salam semuanya :) sumber gambar: http://saywhattoday.wordpress.com/tag/heart

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun