Mohon tunggu...
Adjat R. Sudradjat
Adjat R. Sudradjat Mohon Tunggu... Penulis - Panggil saya Kang Adjat saja

Meskipun sudah tidak muda, tapi semangat untuk terus berkarya dan memberi manfaat masih menyala dalam diri seorang tua

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Semua Bermula dari "Dosa" Nenek Tercinta

22 Maret 2020   09:12 Diperbarui: 22 Maret 2020   09:25 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bila sekarang ini saya menggandrungi dunia literasi, terutama membaca dan menulis, bahkan jangan ditanya lagi kalau demi semua itu begitu banyak yang telah saya korbankan, semuanya bermula dari "dosa" seorang nenek buta huruf yang sama sekali tidak pernah makan bangku sekolahan - kecuali mengaji Al Quran sepanjang hayatnya, tapi tutur kata maupun sikapnya juga membuat diri saya jadi seperti sekarang ini adanya.

Bisa jadi saat itu usia saya sekitar 3 tahun. Pokoknya sejak memiliki daya ingat yang mulai tertanam kuat, dan sudah mulai bersosialisasi  dengan orang lain selain kedua orang tua di rumah. Dan orang yang terdekat, juga merupakan teman bermain yang paling akrab adalah adik bungsu ibu saya sendiri, yang usianya dua tahun lebih tua dari saya. Jadi kalau di lingkungan saya yang kesehariannya berbahasa Sunda, adik ibu saya itu dipanggil Bibi oleh saya.

Kedekatan saya dengan bibi karena memang rumah kami cukup dekat jaraknya bila dibandingkan dengan tetangga lain di sekitar kami. Rumah keluarga saya dengan rumah bibi hanya terhalang oleh sebidang halaman yang jaraknya hanya beberapa langkah saja. Letaknya pun berhadap-hadapan. Rumah keluarga saya menghadap utara, sementara rumah bibi menghadap ke selatan. 

Di rumah saya tinggal bersama ayah, ibu, dan seorang adik yang masih bayi. Sementara bibi tinggal bersama ayah dan ibunya juga yang saya panggil kakek dan nenek. Atawa dalam keseharian saya menyebutnya aki dan nene. Ditambah lagi oleh dua orang kakaknya yang sudah bersekolah di SD, dan mungkin usianya hanya berbeda empat dan lima tahun saja dengan saya. 

Karena kakak bibi saya itu seorang laki-laki dan seorang wanita, sehingga kepada kakaknya yang laki-laki saya memanggil mamang (paman). Semua keluarga bibi saya (aki, nene, mamang) memperlakukan saya sebagai keluarganya sendiri. Semuanya menyayangi saya. Karena memang masih satu keluarga kok. 

Karena kedekatan dengan keluarga bibi juga yang membuat saya bebas bermain di rumahnya. Bahkan hampir saban malam saya lebih suka tidur di rumah bibi, dan alasannya karena sebelum tidur kami (saya dan bibi) selalu saja didongengkan banyak cerita oleh nenek. Selain itu mamang (paman) yang sudah sekolah di SD, punya banyak koleksi buku komik wayang yang entah dari mana didapatnya.

Ada dua kisah cerita dongeng nenek yang melekat dalam ingatan sampai sekarang ini. Kisah seekor monyet dan kura-kura yang dalam bahasa Sunda dikenal dengan dongeng Sakadang Monyet jeung Kuya. 

Adapun kisahnya adalah seekor kera yang dikenal pandai naik dan melompat di pohon, tapi bodoh dan kura-kura yang berjalan lamban, tapi pintar dan banyak akalnya. Ketika itu, setiap mendengar kisah Monyet dan kura-kura, saya merasa terhibur  karena merasa lucu saja. Biarpun trengginas pandai naik dan melompat, ternyata masih bisa dibodohi oleh makhluk yang berjalan lamban. 

Sementara cerita dongeng yang kedua adalah Panji Wulung. Nah, cerita dongeng yang satu ini sudah beranjak lebih dalam lagi. Kisah tentang kejahatan dan kebaikan. Tepatnya kalau dalam bahasa setelah saya mengenal aksara, adalah kisah kebaikan, welas-asih, dan kejujuran melawan  konspirasi kejahatan yang dibarengi angkara.

Kemudian bila usai sudah mendongeng, nenek pun suka mengingatkan bahwa kejahatan akan dikalahkan oleh kebaikan. Jangan meniru sikap kera yang sombong tapi masih bisa dibodohi oleh kura-kura yang dianggap lamban tapi cerdik dan pintar.  Dan bla-bla-bla... sampai akhirnya saya tertidur pulas karenanya.

Sungguh kisah cerita dongeng yang saat itu diceritakan ulang oleh nenek, menancap kuat dalam ingatan. Terlebih lagi setelah itu saya gemar membuka buku-buku komik cerita pewayangan milik mamang (paman), saya semakin betah saja bermain di rumah bibi. Apa lagi karena selain hal itu, di rumah bibi pun selalu saja tersedia banyak aneka makanan. Terutama buah-buahan hasil panen dari kebun milik kakek.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun