Mohon tunggu...
Aris Heru Utomo
Aris Heru Utomo Mohon Tunggu... Diplomat - Penulis, Pemerhati Hubungan Internasional, kuliner, travel dan film serta olahraga

Penulis beberapa buku antara lain Bola Bundar Bulat Bisnis dan Politik dari Piala Dunia di Qatar, Cerita Pancasila dari Pinggiran Istana, Antologi Kutunggu Jandamu. Menulis lewat blog sejak 2006 dan akan terus menulis untuk mencoba mengikat makna, melawan lupa, dan berbagi inspirasi lewat tulisan. Pendiri dan Ketua Komunitas Blogger Bekasi serta deklarator dan pendiri Komunitas Blogger ASEAN. Blog personal: http://arisheruutomo.com. Twitter: @arisheruutomo

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Semangat KAA dan Relevansi Dasasila Bandung Saat Ini

18 April 2024   15:16 Diperbarui: 18 April 2024   15:18 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
KAA 1955. sumber gambar: Kompas.com

Hari ini 69 tahun lalu, tepat 18 April 1955, Indonesia menjadi tuan rumah Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung diikuti 29 negara merdeka di Asia dan Afrika.

KAA yang diselenggarakan hanya 10 tahun setelah Proklamasi Kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945 ini, bukan hanya menjadi hari bersejarah bagi bangsa Indonesia di kancah internasional tapi juga hari bersejarah dunia.

KAA bukan saja sukses menghadirkan 29 pemimpin negara merdeka di Asia dan Afrika tetapi juga menjadi simbol perlawanan terhadap kolonialisme dan imperialisme bagi bangsa-bangsa Asia dan Afrika dengan dikeluarkannya  kesepakatan berupa Komunike Akhir KAA yang di dalamnya memuat Dasasila Bandung.

Di dalam Dasasila Bandung terdapat komunike untuk menghormati hak-hak dasar manusia dan tujuan-tujuan serta asas-asas yang termuat di dalam piagam PBB, menghormati kedaulatan dan integritas teritorial semua bangsa.

Lahirnya prinsip-prinsip dalam Dasasila Bandung tersebut tidak terlepas dari nilai-nilai Pancasila yang tercakup dalam Pembukaan UUD NRI 1945.

Kini, 69 tahun setelah KAA, kita menyaksikan bahwa tatanan pemerintahan global dan isu-isu keamanan telah berubah dan Perang Dingin pun telah berakhir.

Masyarakat dunia saat ini tidak saja dihadapkan pada isu HAM dan keamanan konvensional, berupa konflik militer, seperti yang terjadi dalam perang Rusia-Ukraina, Palestina-Israel dan Israel-Iran, tetapi juga dihadapkan pada isu keamanan non-konvensional yang jauh lebih luas, seperti isu-isu penyakit menular, lingkungan hidup, ketahanan pangan, narkotika, dan terorisme.

Semua ini memerlukan respon cepat dan kolaborasi seluruh masyarakat sesuai dengan Dasasila Bandung yang didalamnya terdapat nilai-nilai Pancasila, yang mengutamakan gotong-royong dan musyawarah mufakat untuk jalan keluar dari permasalahan bangsa.

Oleh karena itu, masyarakat Indonesia sendiri tidak cukup menjadikan Dasasila Bandung sebagai memori perlawanan menghadapi penjajahan,  namun juga untuk mengingatkan dunia terhadap bahaya penjajahan dan sejarah kolonialisme.

Relevansi Dasasila Bandung memang normatif, namun implementasinya untuk saat ini masih terbilang tinggi, termasuk masalah hak asasi manusia.

Terkait dengan penghormatan atas kedaulatan wilayah bangsa, Dasasila Bandung ini mash sangat relevan mengingat mash ada negara seperti Palestina yang sebagian besar wilayahnya diduduki Israel. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun