Mohon tunggu...
Arif Saefudin
Arif Saefudin Mohon Tunggu... Guru - Owner/Blogger di www.arifsae.com

Guru CLC Terusan 2 di Sekolah Indonesia Kota Kinabalu, Sabah, Malaysia || Owner/Blogger di www.arifsae.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

DARI BUDAYA “AMONG TANI” KE “DAGANG LAYAR”: KAPAL PINISI MAHAKARYA ANAK BANGSA

13 November 2013   10:18 Diperbarui: 2 Juli 2015   09:53 940
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Usahakanlah agar kita menjadi bangsa pelaut kembali

Ya, bangsa pelaut dalam arti seluas-luasnya

Bukan sekedar menjadi jongos-jongos di kapal,bukan!

Tetapi bangsa pelaut dalam arti kata cakrawala samudera

Bangsa laut yang mempunyai armada niaga

Bangsa pelaut yang mempunyai armada militer

Bangsa pelaut yang,

kesibukannya di laut menandingi irama gelombang lautan itu sendiri

(Ir. Soekarno)

 

Masih teringat jelas bagaimana guru IPS saat SD dulu menjelaskan tentang Suku Bugis. Benar sekali, salah satu suku asli Indonesia ini sangat dikenal sebagai pelaut yang tangguh. Kita semua pasti pernah mendengar kata-kata bahwa “nenek moyangku seorang pelaut”, hal ini sangat cocok disematkan pada Suku Bugis. Tak hanya piawai menjadi pelaut yang menjelajahi perairan Indonesia bahkan sampai melanglang buana hingga Semenanjung Malaka, Singapura, Filipina, dan Australia, tetapi Suku Bugis jiga dikenal sebagai Bajak Laut yang ditakuti oleh banyak lawan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun