Mohon tunggu...
Arif Rahman Hakim
Arif Rahman Hakim Mohon Tunggu... -

Wong cilik yang hobi menulis, membaca, dan main pingpong

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Jalan-jalan ke Malaysia

4 September 2012   10:35 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:56 554
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku belum pernah ke Malaysia dan sudah lama memendam keinginan jalan-jalan ke negeri jiran tersebut. Keinginanku menginjakkan kaki di Malaysia akhirnya terwujud tanggal 25 – 26Agustus 2012.Seorang sahabatku, Jamal Abdillah Bages, yang tinggal di Kota Batam, Kepulauan Riau, bersedia menemaniku ke Malaysia, dengan catatan aku berangkat dari Batam. Aku setuju. Jamal telah lama menjadi pemandu wisata dan pernah beberapa tahun bekerja di Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, Myanmar, dan Brunei Darussalam.

Sabtu (25/8) pukul 06.15 WIB aku berangkat dari Bandara Soekarno-Hatta dengan pesawat Lion menuju ke Bandara Hang Nadim, Batam. Sekitar pukul 07.30sampai Bandara Hang Nadim. Aku lantas ke Pelabuhan Batam Centre dan bertemu dengan Jamal. Pukul 09.00 WIB kami naik kapal ferry NV Indomaster 3 jurusan ke Pelabuhan Stulang Laut, Johor Bahru. Sepanjang perjalanan Jamal bercerita tentang pengalamannya sebagai pemandu wisata freelance yang ditekuninya sejak 15 tahun silam.

Aku (kiri) dan Jamal Abdillah Bages di atas kapal NV Indomaster 3.

(Foto: dok. pribadi)

Sekitar dua jam kapal telah sampai di Pelabuhan Stulang Laut, Johor Bahru, Johor, Malaysia. Siang itu tak banyak wisatawan dari Indonesia yang ke Johor Bahru. Aku sempat deg-degan ketika memasuki ruang imigrasi di Pelabuhan Stulang Laut, karena khawatir mendapat banyak pertanyaan. Untunglah, apa yang kukhawatirkan tak menjadi kenyataan. Aku cuma ditanya ke mana tujuanku, dan aku jawab mau jalan-jalan ke Kuala Lumpur.

Dari Pelabuhan Stulang Laut kami naik taksi menuju ke Terminal Larkin, Johor Bahru. Di Terminal Larkin kami makan siang. Jamal menawariku menyantap menu India, tapi aku menolak. Aku lebih suka memilih masakan Melayu. Setelah sekitar setengah jam beristirahat di Terminal Larkin, kami lalu naik bus Durian Burung yang bertingkat satu. “Dari Larkin ke Kuala Lumpur sekitar lima jam, dan akan istirahat di dua tempat,” kata Jamal.

13467545951497724719
13467545951497724719
Di Terminal Larkin, Johor Bahru. (Foto: dok. pribadi)

Bus Durian Burung perlahan meninggalkan Terminal Larkin, kemudian menuju ke jalan tol. Di sepanjang perjalanan di kanan kiri jalan tol terlihat pemandangan perkebunan kelapa sawit. Perjalanan terasa tak menjemukan karena Jamal pintar berceloteh. Lagi-lagi dia menceritakan pengalamannya selama menjadi pemandu wisata yang dibumbui dengan humor menyegarkan. Aku tak sempat meladeni obrolannya karena tertidur. Kecapekan.

Entah berapa lama aku tertidur ketika Jamal membangunkanku. “Kita istirahat sebentar di Simpang Renggam, Johor,” katanya. Aku bersama para penumpang lainnya turun. Sebagian besar penumpang ke toilet, lalu ke mini market dan warung makan. Jamal menawariku makan nasi. “Nggak usah, Bang Jamal. Aku masih kenyang. Kita minum kopi saja,” kataku. Kami memesan kopilalu mengambil tempat duduk di taman, persis di depan bus Durian Burung parkir. Di tempat itu juga terparkir belasan bus jurusan berbeda-beda. Saat itu pukul 16.00 waktu setempat.

1346754655685955470
1346754655685955470
Di Simpang Renggam, Johor. (Foto: dok. pribadi)

Sekitar setengah jam di tempat peristirahat tersebut terdengar pengumuman dari pengeras suara yang meminta semua penumpang Bus Durian Burung jurusan Kuala Lampur naik ke bus. Aku dan para penumpang pun naik ke bus. Sopir mencek satu-persatu penumpang, dan setelah dipastikan semuanya telah berada dalam bus, ia lalu menjalankan bus, dan lagi-lagi melewati jalan tol.

Matahari telah tenggelam, dan bergantilah malam. Tiba-tiba di daerah Senawang, Negeri Sembilan, bus berhenti. Sopir turun. Pikirku, mungkin dia mau buang air kecil di tepi jalan. Sekitar lima belas menit dia naik ke bus dan meminta semua penumpang turun karena bus mogok, terjadi kebocoran bensin. Semua penumpang, termasuk aku, turun dari bus dan melihat tempat bensin bocor. Dengan bahasa Melayu yang kumengerti sopir minta maaf atas musibah ini, dan dia akan mengusahakan mencarikan bus lain untuk mengangkut kami. Mendengar penjelasan itu, sebagian besar penumpang menjadi panik. Saat itu pukul delapan malam. Kepanikan kami bertambah karena beberapa bus yang dicegat sopir bus Durian Burung tak mau berhenti.

13467546972030912580
13467546972030912580
Bus mogok di jalan tol di daerah Senawang,

Negeri Sembilan. (Foto: dok. pribadi)

“Waduh, baru kali ini aku piknik busnya mogok,” kata Jamal sambil tertawa. Aku cuma nyengir.

Tepat pukul sembilan malam sebuah bus berhenti dan sang sopir yang orang India dengan ramah mempersilakan kami naik ke bus. Kami tak perlu membayar. Haaaa......aku bernafas lagi. Dan berdoa semoga bus yang kedua ini tak mogok.

Bus melaju dengan kencang, dan sejam kemudian kami tiba di Terminal Pudu Sentral, Kuala Lumpur. Aku dan Jamal kelaparan, dan kami mencari makan di lantai dua terminal. Beruntung ada dua warung yang masih buka. Kami memesan nasi goreng, dan dengan lahap menyantapnya. Jamal bertanya tentang rencanaku malam itu. Aku menjawab, kita keliling Kuala Lumpur dengan berjalan kaki, nggak perlu naik taksi atau bus. Jamal kaget. “Nanti kamu kecapekan,” katanya. “Bersamamu aku nggak kenal capek,” jawabku bercanda.

13467547511200094052
13467547511200094052
Di Pasar Jalan Petailing di kawasan China Town,

Kuala Lumpur. (Foto: dok. pribadi)

Setelah cacing-cacing di dalam perut tak bernyanyi, aku dan Jamal meninggalkan Terminal Pudu Sentral, dan dengan berjalan kaki kami menuju ke Pasar Jalan Petailing yang berada di kawasan China Town. Kawasan itu ramai sekali, banyak turis mancanegara yang berbelanja. Tapi, China Town di Kuala Lampur ini masih kalah ramai dengan China Town di Singapura yang pernah kukunjungi beberapa tahun silam. Di Pasar Jalan Petailing aku hanya membeli gantungan kunci untuk oleh-oleh.

13467548111162822897
13467548111162822897
Di menara kembar Petronas, Kuala Lumpur.

(Foto: dok. pribadi)

Kami cuma setengah jam mengelilingi Pasar Jalan Petailing, lalu berjalan kaki menuju ke menara kembar Petronas. Aku tak tahu berapa kilometer jarak dari Pasar Jalan Petailing kemenara kembar Petronas. Yang jelas pakaian kami basah oleh keringat, dan berkali-kali kami beristirahat di halte bus dan juga mampir ke Malaysia Tourism Centre. Sekitar pukul sebelas malam kami sampai di lokasi menara kembar Petronas yang menjadi kebanggaan rakyat Malaysia. Banyak sekali turis dari berbagai negara yang berada di menara kembar tersebut dan bebas berfoto ria. Aku dan Jamal menghabiskan waktu sejam di tempat itu, lalu melanjutkan perjalanan berkeliling Kuala Lumpur dengan berjalan kaki!

Jamal mengajakku ke lokasi wisata kuliner di KampungBaru yang tak jauh dari menara kembar Petronas. “Tiga tahun lalu aku pernah tinggal di Kampung Baru ketika bekerja di sebuah restoran. Aku setahun bekerja di restoran di Kampung Baru, lalu pindah kerja di Thailand, juga kerja di restoran, sambil menjadi guide freelance,” kata Jamal. Aku diajaknya melewati bekas tempat kosnya yang dekat dengan wisata kuliner.

134675486191968799
134675486191968799
Di KampungBaru, Kuala Lumpur. (Foto: dok. pribadi)

Warung-warung di Kampung Baru buka 24 jam dan menawarkan aneka makanan dan minuman khas Malaysia. Aku dan Jamal hanya memesan kopi dan orange juice. Kami tak berminat makan karena masih kenyang. Warung-warung dipenuhi anak-anak muda yang ngomong dalam Bahasa Melayu, Bahasa Inggris, dan Bahasa India.

“Nanti kita ke perkampungan Indonesia, juga masih di Kampung Baru, nggak jauh dari sini,” kata Jamal. “Kita begadang di sana sampai subuh, lalu ke Johor Baru,” sambungnya.

Di perkampungan Indonesia kami nongkrong di restoran Padang. Pukul dua dini hari aku menyantap soto, lalu tidur bergantian di restoran itu. Menjelang subuh kami meninggalkan restoran, lalu naik taksi menuju keTerminal Bersepadu Selatan di Kuala Lumpur, terminal baru yang beroperasi sebulan lalu. Kami naik bus jurusan Terminal Larkin. Di bus aku dan Jamal tidak lagi ngobrol ngalir ngidul. Kami kecapekan dan tidur. Perjalanan dari Kuala Lumpur ke Terminal Larkin hanya tiga jam karena jalanan sepi. Dari Terminal Larkin kami naik taksi menuju ke Pelabuhan Stulang Laut. Pukul12.00 waktu setempat kami naik kapal ferry meninggalkan Malaysia menuju ke Batam. Setelah istirahat beberapa jam diBatam, aku terbang ke Jakarta dengan Garuda.

Sungguh, liburan yang menyenangkan dan berkesan di Malaysia. (*)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun