Saya teringat, kasus seorang hakim yang mengomentari dan bercanda soal seorang wanita korban pelecehan dan pemerkosaan, dengan kalimat, "Makanya jangan ikut goyang dong!"
Pelecehan memang kadang sulit dipahami, khususnya bagi pelaku. Atau, bahkan kadang bagi kaum adam yang merasa pelecehan itu cuma "pegang pegang yang nggak berdampak". Tapi percayalah, bagi beberapa yang menjadi korban. Ini bukanlah sesuatu yang menyenangkan bahkan bisa menjadi traumatis.
Saya pernah bertemu dengan peserta program Kecerdasan Emosi (EQ) kami, yang berkisah bagaimana hubungan dengan suaminya bermasalah, gara-gara dulu ia sering menjadi korban pelecehan seksual oleh Omnya.
Begitu juga ada seorang wanita lain yang setiap kali sulit berpacaran dan merasa seks itu jijik karna pernah nyaris diperkosa oleh seorang yang harusnya menjadi "pembina spiritual"nya. Semua berawal dari pelecehan seksual. Lama-lama, ia pun mau diperkosa. Untungnya saat itu, teriakannya terdengar dan ia tertolong. Tapi pengalaman traumatis itu membuatnya sulit membangun hubungan harmonis.
Pelaku Itu Ditegasi, Bukan Dipahami
Biasanya pelaku-pelaku itu punya berbagai alasan yang melatarbelakanginya. Mulai dari kepingin tahu, iseng, terpengaruh, ketidakharmonisan keluarga ataupun kelainan seksual. Tapi, apapun alasannya, tetap tidak bisa dibenarkan. Kalau sekedar memahami pelaku, bagaimana dengan korbannya?
Baru-baru ini pun, saya bertemu dengan seorang wanita yang mengalami gangguan jantung dan insomnia berat gara-gara pernah dipeluk seorang laki-laki tak dikenal. Pengalaman ini menjadi pengalaman traumatis berat untuknya. Sampai-sampai setahun ia harus konsultasi dan berobat ke dokter jantung di luar negeri. Kalau sudah demikian, bagaimana kita mempertanggungjawabkan untuk para korbannya?
Pelecehan, Mengapa Bukan Untuk Ditertawakan?
Pertama-tama, awalnya seringkali pelecehan, berikutnya bisa menjadi pemerkosaan. Banyak pelaku pelecehan yang merasa mendapat angin, yang lantas berani bertindak makin berani hingga memperkosa. Jika sudah demikian, dampak dan bahayanya menjadi serius. Jadi, semua berawal dari hal yang sederhana.
Kedua, banyak pelaku pelecehan yang merasa dirinya bisa bebas karna bukti yang minim. Akibatnya, dimanapun mereka berada, mereka kan terus mencari korban sampai akhirnya usaha mereka betul-betul ketahuan. Percayalah, biasanya pada saat ketahuan, sudah ada minimal 5-7 orang yang sudah menjadi korban mereka.