Mohon tunggu...
Anisah Arief
Anisah Arief Mohon Tunggu... Guru - Hitam putih

Seseorang yg mengagumi senja

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Prosa Lirih Buat....

20 April 2017   17:47 Diperbarui: 13 Maret 2021   12:51 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kubuka laci meja tua yang mulai keropos dengan tangan letih, diary yang penuh dengan uneg-uneg ku itu kubuka dan aku mulai menulis.

Diary, 28 Mei 2008

Prosa Lirih Buat ....

Aku ingin menulis ...menulis tentang banyak hal kepadamu. Tetapi aku tidak tahu kepada siapa tulisanku akan kutujukan. Aku juga tidak tahu kemana tulisanku akan kukirimkan. Semua terasa jauh..sepi dan menjemukan.

Hari-hari seperti sebuah lingkaran, melaluinya tanpa ada perubahan. Pagi...siang...malam, dengan rutinitas sama berulang-ulang. Entah kapan, hanya menunggu saat titik henti itu tiba.

Aku ingin menulis ...menulis tentang banyak hal kepadamu. Tentang cinta, tentang kekasihku. Ah...bukan dia bukan kekasihku, dia temanku yang kutemui tanpa sengaja dari sebuah ajang chating di suatu malam ketika aku kesepian. Zaman internet semua terasa dekat, kita bisa bergaul dengan siapa saja, menjadi siapa saja dan kapan saja. Bermula dari kesamaan yang kebetulan, sama-sama kesepian, kita berdua merajut mimpi, harapan dan kenangan.

Tapi itu tidak berlangsung lama, ketika kutawarkan diri untuk jadi kekasihnya, setelah kukirimkan selembar foto diriku padanya. Dia menolakku. Ya wajarlah…kalau dia menolakku karena aku memang tidak cantik, tapi kata ibuku aku manis. He he he…

Aku marah…tapi pada siapa? Pada Tuhan ?oh…bagaimana aku bisa marah padaNYA, sudah terlalu banyak karunia yang kuterima dariNYA dan aku masih marah padaNYA? Tidak !!!!aku tidak seberani itu.

Jika wajahku tidak cantik, bukan salah ibuku mengandung atau bapakku…tidak ada yang salah, karena itulah hidup, terima saja apa yang kau terima hari ini karena itu adalah bagian kita, yang diberikan Alam oleh Allah SWT. Dalam hal ini aku tidak menyalahkan siapapun, aku sudah biasa ditolak jadi tidak terlalu menyakitkan lagi bagiku, meskipun masih juga sakit sih..

Mata yang terbiasa menentang cahaya matahari tidak akan gentar memandang cahaya lampu, jadi aku mencoba menikmati penolakan itu, dengan menghapus nomer HPnya dari daftar kontakku. Masanya sudah berlalu.

Kau tahu, kenapa orang merasa kesepian?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun