Mohon tunggu...
a_selaludihati
a_selaludihati Mohon Tunggu... Guru - Andy Hermawan

Terlahir dengan nama Andy Hermawan, saat ini berprofesi sebagai edupreneur dan pendongeng.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

History of Serabi Kocor Mbah Padmo (Bagian pertama)

14 Juli 2019   00:00 Diperbarui: 14 Juli 2019   00:37 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warung Serabi Kocor Mbah Padmo Terletak Di Jalan Gowongan Kidul No. 54, Yogyakarta  (dokumentasi pribadi)

Saya masih ingat saat itu..

Simbah sering membacakan cerita hantu berbahasa jawa 'Jagading Lelembut' (dunia hantu) dari majalah Djaka Lodhang. Waktu itu, entah kenapa, saya tidak takut dan bahkan gemar sekali mendengarkan cerita-cerita hantu. Simbah juga yang mengajarkan saya menulis dan membaca aksara jawa.

Saat saya duduk di bangku SD, ketika keluarga kami sudah tidak serumah dengan simbah lagi, sepulang sekolah saya sering memilih untuk pulang kerumah simbah dan simbah selalu membelikan saya mie kopyok untuk makan siang.

-
Simbah semasa hidupnya adalah janda beranak lima. Karena uang pensiun dari almarhum simbah kakung sangat pas-pasan, simbah harus serabutan berjualan sekenanya untuk menghidupi kelima anak-anaknya. Itulah kenapa simbah menjadi dikenal oleh tetangga sekitar sebagai pembuat jajanan. Dengan kata lain simbah sebenarnya menyimpan banyak resep yang lain, seperti carang gesing, apem, dan makanan-makanan lain yang saya sendiri lupa apa saja.

Serabi Polos (dokumentasi pribadi)
Serabi Polos (dokumentasi pribadi)

Tentang serabi, kata simbah, pada sekitan tahun 1972 - 1973 simbah mencoba-coba resep serabi untuk menambah jenis jajanan yang ia buat waktu itu. Resep yang ia buat nampaknya sukses, karena ketika saya kecil, sekitar tahun 1985 - 1986, setiap pagi rumah simbah selalu ramai oleh penjual 'tenongan' (penjaja keliling) yang mengambil serabi untuk dijual kembali.

Di tahun 90an akhir, mendekati tahun 2000, mungkin karena kekuatan fisik yang sudah jauh menurun, simbah tidak lagi berjualan. Hal tersebut mungkin juga karena simbah berfikir bahwa ia sudah tidak memiliki tanggungan karena semua anak-anaknya sudah mandiri. Herannya, tidak ada satupun anaknya yang mewarisi simbah dalam hal membuat jajanan. Disamping juga waktu itu, profesi sebagai pedagang bukanlah profesi yang diminati, sehingga tidak ada satupun anaknya yang mengikuti jejaknya.

Sebelum meninggalnya di tahun 2006, simbah masih sering membuatkan kami serabi, carang gesing dan jajanan lain untuk lebih sebagai obat kangen di hari-hari raya.
-
Dari sekian banyak memori, ingatan yang paling membekas di benak saya adalah saat suatu ketika kami sekeluarga, berikut simbah, hendak menghadiri pernikahan seorang sepupu di Tulungagung. Karena tidak kebagian tiket kereta, kami memutuskan untuk naik bis. Sebenarnya saya sudah keberatan semenjak awal, karena saya gampang mabuk darat. Namun karena suara terbanyak, maka berangkatlah kami. Benar saja, saat melintasi daerah sekitar Boyolali, saya mulai mual. Karena tidak tahan, saya meminta pulang. Karena seluruh keluarga yang lain merasa ingin menghadiri, akhirnya simbahlah yang rela pulang ke Jogja bersama saya.

Dalam perjalanan, sambil lemas dipangkuannya, saya berkali-kali minta maaf kepada simbah karena membatalkan hajatannya. Simbah berkali-kali membalas. "ra papa le, ra papa, sing penting kowe waras" (tidak papa nak, tidak papa yang penting kamu sehat) sambil mengelus-elus kepala saya dipangkuannya.

-Saat mengatarkan simbah ke peristirahatan terakhirnya, setelah mengumandangkan adzan, saya sempat membisikan kepada simbah.. "ra papa mbah, ra papa, putumu wis gedhe saiki. Aku arep nyabrang segoro, ben ngerti ndonya" (tidak papa mbah, tidak papa, cucumu sudah besar sekarang. Aku akan menyebrangi lautan agar tahu tentang dunia).

Dan saya merelakannya pergi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun