Mohon tunggu...
Andry Harmony
Andry Harmony Mohon Tunggu... -

Seorang yang mencoba bermusik dan menggali kedalaman dari suatu dasar pemikiran.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bangsa Supporter

2 Desember 2016   16:42 Diperbarui: 2 Desember 2016   18:18 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

        Peristiwa ini terjadi ketika sedang rame-ramenya final sepakbola jaman perserikatan, kedua kesebelasan yang tentunya mewakili daerah masing-masing kental dengan nuansa kesukuan.  Kedua pihak supporter memenuhi Senayan hingga luber ke pinggir lapangan bahkan yang mau masuk pun masih sangat banyak di luar. Hal ini membuat pengamat sepakbola dari FIFA yang memantau sepakbola Indonesia terlibat pembicaraan cukup serius. Wa De Mang dari Korea Selatan dan Jean Pierru (dibaca Jang Pireu) dari Perancis. 

       "Mang" kata Jean Pierru, luar biasa sekali sepakbola di sini, apakah akan menjadi ancaman bagi persepakbolaan kita dalam waktu dekat ? Ah, Jang jangan khawatir, hal begini sudah biasa. Kita sudah mengamati sejak lama, penduduk negara ini lebih dari seratus juta tapi untuk membuat 22 orang yg handal main bola susah minta ampun, kata Wa De Mang. Kenapa begitu Mang ?  tanya Jean. Begini Jang, untuk membuat team sepakbola itu modalnya kerja keras bukan cuma teriak2 dan buka baju lalu bikin yel-yel.

 Perlu tanggung jawab yg direalisasikan melalui hasil yg kongkrit. Hasil itu didapat dari keringat, darah dan air mata. Jadi karena hal itu didapat dengan tidak mudah tentunya sulit dicapai jadi lebih enak jadi supporter, tak usah latihan lari 2x45 menit, tahu peraturan-peraturan, latihan nendang bola ribuan kali, sakit kena bincurang. Tahu bincurang Jang ? Kemarin saya ketemu sama pemain yg tulang kering dihajar pemain lawan, lalu mengaduh-aduh sambil teriak bincurang aing , bincurang aing. 

Jadi supporter itu mudah tinggal beli baju sama, jargon-jargon yang sama, terus tinggal teriak Wasit Gob*** kalau keputusan-keputusannya tidak memenangkan tim kesayangan. Trus gimana Mang, kalau wasitnya yg dianggap benar tapi ternyata dalamnya bobrok seperti wasit JU ini , saya dengar bocoran katanya dia banyak bermain proyek di belakang. Tenang Jang, yang busuk pasti ketahuan dan dapat ganjaran. "Eh, benar saja beberapa tahun kemudian terbongkar semua"

         Kembali lagi masalah supporter, kata Wa De Mang, kalau bangsa ini tidak berubah dan terus bermental supporter, yang gembira setengah mati ketika timnya membuat goal, padahal kontribusinya hanya maki-maki lawan dan teriak-teriak, merasa gol lawan offside padahal ada hakim garis, merasa paling pahlawan padahal cuma duduk di tribun dan pulang sambil bikin rusuh ketika hasil tak sesuai harapan, maka jangan takut Jang, Belanda masih jauh. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun