Mohon tunggu...
andriana rumintang
andriana rumintang Mohon Tunggu... Administrasi - menyukai rangkaian kata yang menari dalam kisah dan bertutur dalam cerita. Penikmat alunan musik dan pecinta karya rajutan

never stop learning

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Lupa Pancasila Sampai Modus Devide Et Impera

27 Mei 2016   14:22 Diperbarui: 27 Mei 2016   14:33 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: learniseasy.com

Beberapa waktu lalu, bangsa Indonesia dikejutkan oleh ulah seorang anak bangsa yang berprofesi sebagai artis yang mejawab lambang sila ke-5 adalah bebek nungging di acara live di statsiun televisi swasta.  Jawabannya tersebut sontak mengejutkan masyarakat Indonesia dan juga menghasilkan kecaman bagi si artis. Dengan meminta maaf dan alasan kurang berpendidikan, si artis mendapatkan maaf dari bangsa Indonesia bahkan dijadikan duta pancasila.

Fenomena ini juga banyak terjadi di kalangan siswa. Ketika dilakukan survey kepada siswa SD, SMP dan SMA untuk menyebutkan sila-sila dalam Pancasila,banyak siswa yang belum hafal keseluruhan bahkan bisa terbalik menyebutkan sila beserta isinya. Sila-sila yang dengan susah payah dirumuskan dan menjadi lima dasar mendirikan negara Indonesia, namun terlupakan. Namun hal itu adalah kenyataan di masyarakat kita. Bahkan juga tidak hapal lagu-lagu kebangsaan, sumpah pemuda pun tidak tahu. Miris rasanya.

Fenomena di atas kembali membukakan mata masyarakat tentang kurangnya pemahaman masyarakt sendiri akan pancasila. Namun timbul pertanyaan : apakah dengan menghafal Pancasila, UUD 1945, menghafal lagu kebangsaan maka otomatis bangsa kita dikatakan pintar dan dapat membangun negara ini dengan maju? Apakah hal tersebut menjamin tidak akan ada kemacetan, terorisme, dan lain sebagainya? Apakah kurs rupiah semakin baik, tidak ada pengangguran? Dan pertanyaan lainnya.       

Jika seluruh siswa ataupun seluruh rakyat dapat menghafal Pancasila, menghafal lagu-lagu kebangsaan tentunya tidak menjamin bahwa tidak akan ada pengangguran, tidak ada terorisme, dsb. Namun jika anak bangsa tidak mengetahui dan tidak mengenal identitas diri bangsanya, tidak mengenal  sejarah bangsanya artinya hidup tanpa jati diri bangsa. Maka atas dasar apa negara ini bisa tumbuh  dan berkembang? Acuan seperti apa yang ada dan digunakan oleh bangsa kita sekarang dan tentunya generasi berikutnya?

Pak Jokowi mengatakan bahwa bangsa Indonesia perlu melakukan revolusi mental. Revolusi mental lewat pendidikan. Pendidikan merupakan faktor mendasar yang penting yang perlu bagi bangsa Indonesia. Pendidikan yang berkarakter.bukan hanya membuat menjadi pintar dan mengerti perkembangan ilmu dan teknologi namun juga pendidikan yang membuat kita mengerti jati diri bangsanya dan identitas diri dimana budi pekerti dan moral yang merupakan ciri khas bangsa Indonesia.

Bapak Mentri Pendidikan Anies Baswedan mengemukakan bahwa pendidikan bukanlah hanya tanggung jawab pemerintah. Namun juga pendidikan merupakan tanggung jawab keluarga, dan tanggung jawab semua lapisan masyarakat atau yang disebut dengan gerakan semesta. Jika semesta mengusahakan, maka pendidikan akan lebih baik. Kembali mengutip perkataan bapak Anies Baswedan “ terlibat mendiidk anak untuk mencintai bangsa Negara Indonesia.”

Gerakan semesta yang merupakan gerakan kepedulian seluruh anak bangsa tentunya lebih dapat meningkatkan kemajuan dan pengawasan pendidikan. Baik dari pemerintah, keluarga, media massa, pelaku sosial media, pelaku bisnis, petugas hukum,  seluruh rakyat Indonesia.

1. Pemerintah dalam hal ini kemdikbud sebagai fasilitator danplatform dalam setiap kegiatan pendiidkan harus tetap berkomitmen untuk memajukan pendidikan dan juga memaksimalkan tugasnya. Pendidkan yang berlandaskan Pancasila. Landasan pendidikan pancasila  yaitu landasan filosofis, landasan kultural (landasan yang digali dari nilai luhur bangsa yang sudah ada sejak nenek moyang dulu seperti nilai kemanusiaan, kegotong-royongan, toleransi, nilai persatuan dan kesatuan), landasan historis (landasan sejarah), landasan Yuridis ( UUD 1945 pasal 31 ayat 1, UU NO 20 Tahun 2003 tentang system pendidikan nasional,

2. Keluarga sebagai komunitas terkecil yang berfungsi mendidik dan menumbuh kembang karakter anak. Ketika setiap keluarga memiliki kesadaran akan pentingnya perannya, tentunya memberikan perhatian yang lebih kepada anak. Seorang ayah dan ibu mendidik anak dengan kasih sayang, mengenalkan anak kepada Tuhan dan juga mengajarkan norma dan aturan sesuai dengan nilai –nilai luhur bangsa.

3. Media Masa (televisi, koran, majalah) tak jarang sering menampilkan info-info yang tidak medidik. Membahas dan menampilkan konsumerisme, hedonisme, materialisme dan gosip. Sinetron-sinetron yang bertemakan kekerasan, kebencian, perebutan harta. Bahkan reality show yang mengumbar aib orang dan  menimbulkan pertengkaran. Acara-acara yang kurang mendidik dan hanya mementingkan rating tersebut, jika dikonsumsi oleh anak-anak yang belum bisa memfilter, tentunya dapat meracuni pikiran mereka. Jangankan anak-anak, orang dewasa saja dapat juga terpengaruh dengan acara tersebut.

 Harapan saya sebagai anak bangsa, hendaknya melalui gerakan semesta ini, para pelaku     bisnis media masa juga ikut ambil bagian untuk meyiarkan siaran-siaran yang mendidik dan membangun yang sarat pengetahuan. Dan juga pemerintah melalui KPI dapat lebih            bertaring   untuk meyaring setiap siaran yang kontenya tidak mendidik atau             memberikan syarat agar pertelevisian menyediakan atau meyiarkan siaran yang             berhubungan dengan pendidikan dengan jumlah persentase dari jumlah tayang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun