Mohon tunggu...
Andre Jayaprana
Andre Jayaprana Mohon Tunggu... Administrasi - write and share

seek first to understand

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Seekor Komodo dan Segerombolan Turis

4 Agustus 2015   17:58 Diperbarui: 4 Agustus 2015   17:58 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Musim kawin komodo, sepi komodo. Kontras dengan kisah-kisah pada film Jurassic Park atau Jurassic World yang terasa nuansa ketegangannya.

Agak aneh memang kalau sampai berimajinasi, begitu menginjakkan kaki ke dermaga Pulau Komodo, tiba-tiba sudah disambut puluhan komodo yang sedang kelaparan, siap menerkam, mencakar dan menggigit. Atau, tiba-tiba melihat segerombolan turis sedang berlari kencang ke arah dermaga untuk menyelamatkan diri dari kejaran ratusan komodo. Ah, aneh sekali jadinya. Tapi memang susah menolak munculnya imajinasi, apalagi jika memandang horizon dengan latar bukit-bukit, laut dan angkasa yang bagaikan di negeri dongeng ini.

Ketika kapal berlabuh di dermaga Pulau Komodo (wilayah Loh Liang, Loh = Teluk, Liang = Lubang) pagi itu, suasana begitu hening dan damainya. Hanya suara burung gagak yang sebentar-sebentar memekik dan tahu-tahu sudah mendekat ke meja makan tempat sarapan pagi di kapal. Burung gagak ini memang paling jeli kalau sudah melihat santapan enak di depan mata. Tidak lama kemudian deru mesin kapal lainnya mulai terdengar mendekati dermaga.

Itulah suasana pagi hari di dermaga Loh Liang. Pagi itu, kami dipandu oleh tiga orang ranger Taman Nasional Komodo yaitu: Pak Usman (leader), Pak Rafli dan Mbak Wati, untuk menelusuri sebagian kecil wilayah di Pulau Komodo itu.

Berbeda dengan hari sebelumnya di Pulau Rinca, kali ini rombongan kami menempuh rute medium-trekking. Salah satu harapan, tentu saja semakin banyak peluang bertemu komodo.

Namun sayang sungguh disayang, bahkan setelah berada di Sulphurea Hill yang konon menurut keterangan, sering dengan mudahnya dijumpai komodo berjemur di bawah terik mentari, pagi itu, tak tampak seekor komodo pun.

Nah, begitu menuruni area Sulphurea Hill inilah kami bertemu dengan kawanan turis lainnya, masing-masing dengan dipandu oleh ranger, rute mereka berlawanan dengan kami. Ternyata mereka telah terlebih dahulu melihat “seekor komodo” di seputar lokasi pertama saat briefing.

Itulah yang kemudian membangkitkan semangat Pak Usman mengajak kami agak bergegas menuju lokasi komodo itu terlihat seperti keterangan ranger dan turis yang kami jumpai. Tidak terlalu mengherankan kalau ternyata lokasinya di dekat dapur rumah kecil yang ada di seputar tempat briefing awal. Bisa saja si komodo yang satu ini mencari tempat enak. Entah karena usianya yang diperkirakan 30-40 tahun dan terlalu berbobot itu yang membuatnya malas terlalu jauh dari dapur ? Ah, muncul lagi imajinasi aneh itu. Atau ini jenis komodo yang sudah jinak ?

Wah, kok tampangnya seperti tertegun begitu ya melihat kami ?

Tak lama kemudian datang pula kawanan turis lainnya. Suasana semakin ramai di sekitar komodo itu. Dan oops…, wah ia mulai coba mengangkat tubuhnya.

Ranger yang mengawal mulai memberi peringatan untuk lebih berhati-hati. Nah, aku sendiri sempat sedikit cemas karena tahu sehari sebelumnya di Pulau Rinca dan melihat sendiri bagaimana cepatnya komodo berlari, walaupun tidak yakin dengan kecepatan lari si tua bangka yang bermalas-malasan di dekat dapur ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun