Namun, tidak demikian halnya dengan penanganan pencemaran air sungai dari sumber non-point sources. Untuk kasus yang terakhir ini penyebabnya lebih kompleks karena selain mencakup wilayah yang luas, pencemaran air terjadi akibat interaksi multi-faktor, antara lain, pemanfaatan lahan untuk pertanian, peternakan dan pertambangan, erosi tanah, dan longsor.Â
Oleh karena itu, upaya pengendalian pencemaran air sungai dari sumber pencemar non-point sources lebih tepat dilakukan dengan pendekatan pengelolaan DAS terpadu karena fokus pengelolaannya pada stabilitasi tata air dan tanah serta perbaikan kualitas air permukaan dan air tanah.
Sekecil apapun langkah yang kita lakukan untuk mengelola DAS secara lestari, berarti ikut menjaga alam. Mari bersama-sama menjaga kesehatan DAS kita untuk generasi mendatang.
"...When we heal the earth, we heal ourselves..."
Referensi
Asdak, C. 2009. Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Terpadu Berbasis Ekosistem. Makalah pada pertemuan Forum DAS Tingkat Nasional. Departemen Kehutanan. Jakarta, 10-11 Desember 2009.
Blomquist, W. and E. Schlager. 2005. Political Pitfalls of Integrated Watershed Management. Society and Natural Resources (18):101-117.
Calder, I.R. 2005. Blue Revolution: Integrated Land and Water Resource Management. Earthscan Publ. London, UK.
Cumming, G.S. (2016). The relevance and resilience of protected areas in the Anthropocene. Journal Anthropocene 13, 46--56.
Dixon J.A. (1992); Analysis and Management of Watersheds, in Partha Dasgupta and Karl- Goran Maler (ed) The Environment and Emerging Development Issues, Vol.2, ClarendonPress, Oxford.
Gregersen, H.M., P.F. Ffolliott, dan K.N. Brooks. 2007. Integrated Watershed Management: Connecting People to their Land and Water. CABI, Cambridge, MA, USA.