Mohon tunggu...
Andi Mulyan
Andi Mulyan Mohon Tunggu... Dosen - CANGADI-SOPEENG SULAWESI SLATAN, ALUMNI S1 UNHAS DAN S2 SOSIOLOGI UNM MAKASSAR

Dosen UNU NTB-PRODI SOSIOLOGI Nomor WA: 085333176177

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Limbah Laut yang Berdampak Ekonomi

28 Desember 2019   10:27 Diperbarui: 28 Desember 2019   10:47 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pulau Kaung merupakan salah satu desa pulau yang teletak di Kecamatan Buer Kabupaten Sumbawa. Desa pulau ini dikenal sebagai desa yang sumber mata pencaharian penduduknya berasal dari rahim laut.

Wajar saja bila kita berkunjung di wilayah ini, kita dapat menyaksikan kelompok nelayan yang sedang beraktifitas di pinggir laut, dan atau sedang membenahi peralatan penagkapan ikan, atau pun  para-ibu-ibu nelayan sedang menjemur hasil tangkapan ikan yang dibawa oleh para nelayan.

Akan tetapi, desa pulau ini bukan hanya dikenal sebagai desa nelayan, melainkan sebagian penduduk yang ada di wilayah ini memiliki kreatifitas dalam mengolah limbah laut menjadi karya seni yang bernilai ekonomi.

Limbah laut yang dimaksud di sini adalah bukan sisa buangan atau material sisa yang dianggap tidak memiliki nilai yang dihasilkan dari suatu proses produksi, baik industri maupun domestik (rumah tangga). Namun limbah laut di sini adalah limbah organik yang dihasilkan dari proses alam.

Menurut Hieronymus Budi Santoso, pengertian limbah adalah bahan yang dibuang/ terbuang dari hasil aktivitas manusia atau berbagai proses alam, dan tidak memiliki nilai ekonomi, bahkan dapat merugikan manusia.

Limbah organik dari laut yang menjadi bahan olahan para pengrajin seni di Pulau Kaung adalah berupa kulit kerang yang diperoleh dari dalam laut, dan atau yang terdampar di pesisisr pantai, berbagai jenis tumbuhan laut yang telah mengalami proses alam sehingga terbuang dan hanyut di dalam laut, bahkan terdampar di pesisir pantai.

Tumbuhan cemara laut, tumbuhan akar bahar (urat batu), dan tumbuhan akar lurus yang terlepas dari pohonnya menjadi bahan bagi pengrajin seni di Pulau Kaung untuk diolah menjadi karya seni, seperti hiasan dinding, hiasan di atas meja atau di atas lemari, atau pun di sudut-sudut ruangan, serta  berbagai macam bentuk aksesoris. 

Bahkan sisa-sisa bagian tubuh dari binatang laut seperti  kulit penyu,tulang ikan hiu, ekor ikan pari yang ditemukan hanyut di dalam laut atau terdampar di bagian pesisir pantai dapat dimanfaatkan sebagai karya seni dan bernilai ekonomi oleh pengrajin seni yang ada di Pulau Kaung.

Berkunjung ke Pulau Kaung dengan tujuan utama untuk menjelajahi pusat pengrajin seni adalah sesuatu yang menyenangkan. Kita dapat menyaksikan aneka ragam bentuk seni kerajinan dari limbah laut yang sungguh luar biasa cantiknya.

Namun rata-rata pengrajin seni yang ada di pulau ini lebih cenderung mendaur limbah yang berupa akar bahar (urat batu) menjadi aksesoris,  seperti gelang, cincin, dan mainan kalung.

Syahria (53 th) adalah salah seorang pengrajin seni dari pulau ini dengan memanfaatkan limbah akar bahar (urat batu) dari laut untuk dijadikan gelang dan hiasan di atas meja atau dinding. Namun menurut Syahria bahwa selama menjalani profesinya sebagai pengrajin seni bentuk, ia pun lebih banyak mendapatkan pesanan atau menjual hasil karya seninya berupa gelang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun