Mohon tunggu...
Ria Utami
Ria Utami Mohon Tunggu... Editor - Blogger

Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.” ― Pramoedya Ananta Toer

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Terselip Pesan Cinta Budaya di Setiap Produk Darjoisme

6 Desember 2018   21:36 Diperbarui: 7 Desember 2018   23:53 1387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Connecting Happiness. Foto: Dok JNE.co.id

Perjumpaan pertama dengan Achmad Irfandi sempat mengagetkan. Wah, ternyata si pembuat udeng pacul gowang masih muda. Usianya 25 tahun. Tapi, semangatnya untuk mengembangkan kearifan lokal Sidoarjo patut diacungi jempol.

Pertemuan itu terjadi pada November lalu di Desa Pagerngumbuk, Wonoayu, Sidoarjo. Halaman rumah Irfan, sapaan Achmad Irfandi, cukup luas. Di situ terdapat bale-bale kayu. Tampak setumpuk udeng pacul gowang tertata rapi di atasnya. 

Sembari saya melihat-lihat hasil produksi udeng, Irfan bercerita awal mula ketertarikannya untuk menggeluti kain ikat kepala khas daerah Sidoarjo itu. ’’Jujur saja saya iri dengan daerah lain seperti Banyuwangi yang gencar melakukan propaganda positif dalam hal budaya. Bahkan, kebanyakan yang melakukannya adalah anak muda. Saya ingin Sidoarjo seperti Banyuwangi. Punya produk lokal. Minimal, clothing yang mengangkat unsur kebudayaan,” ujar Irfan.

Setelah melakukan riset dan bertanya langsung kepada para budayawan Sidoarjo, Irfan mengenal udeng pacul gowang sebagai produk kearifan lokal yang harus dilestarikan. Irfan pun belajar ke Rokip, seorang perajin udeng di Desa Sawocangkring, Wonoayu, Sidoarjo. ’’Namun, beliau sudah tua. Dan tak lama kemudian, beliau meninggal. Saya pun mencari lagi perajin lain dan bertemu dengan Pak Rokim,” kata Irfan.

Menurut Irfan, masih sedikit orang yang mau belajar membuat udeng. ’’Karena itu, saya berniat mengembangkannya dibantu ibu saya yang seorang penjahit. Setelah berjalan beberapa bulan, saya menularkan ilmu itu ke teman-teman pemuda sekitar dan ibu-ibu rumah tangga,” cerita Irfan.

Siang itu, Irfan juga mengajak saya melihat pengerjaan udeng dan syal. Untuk tempat workshop-nya, Irfan meminjam rumah peninggalan keluarga ibunya. Jaraknya sekitar 2 kilometer dari rumah Irfan. Di situ terlihat dua orang ibu, Ratna dan Endang, sedang melipat dan memotong kain batik yang akan dijahit menjadi udeng.

’’Saya ingin agar ibu-ibu juga mendapatkan tambahan pemasukan dan keterampilan. Ketimbang ngerumpi lebih baik berkarya. Sekarang, mereka malah lebih jago ketimbang saya,” ujar pria yang sedang menempuh S-2 Bahasa Indonesia di Universitas Negeri Surabaya itu. 

Banyak Dipakai oleh Pejabat, Diborong saat Pameran  

Upaya Irfan mengenalkan udeng pacul gowang berawal dari keikutsertaannya di Jambore Pemuda tingkat Jawa Timur pada Oktober 2017. ’’Saya diminta untuk mengenalkan budaya setempat. Saya pun teringat pada udeng pacul gowang dan tertarik belajar ke Pak Rokip dan Pak Rokim,’’ ujar Irfan. Hasilnya, produk udeng pacul gowang yang dibikinnya ludes dibeli pengunjung jambore yang dihelat di Trenggalek tersebut.

Dia memamerkan udeng pacul gowang di event tersebut dengan label Darjoisme. ’’Darjo ini sebutan pendek dari Sidoarjo. Jadi, Darjoisme bisa diartikan sebagai kecintaan pada produk Sidoarjo. Dapat juga disebut Sidoarjo is me. Sidoarjo adalah saya,” papar Irfan lugas.

Di jambore, udeng pacul gowang mendapat perhatian para pejabat yang datang. Emil Dardak yang saat itu menjabat sebagai Bupati Trenggalek dengan bangga mengenakan udeng tersebut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun