Mohon tunggu...
Allan Maullana
Allan Maullana Mohon Tunggu... Teknisi -

Bukan siapa-siapa. Bukan apa-apa. Hanya remah-remah peradaban.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Belajar Dari Nabi Ibrahim, Belajar Taqwa Kepada Allah

2 September 2017   00:24 Diperbarui: 2 September 2017   09:44 1949
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Ilustrasi: Google)

Nabi Ibrahim AS adalah salah satu nabi Allah yang taqwa dan cinta kepada-Nya. Pada suatu hari Nabi Ibrahim menyembelih kurban fisabilillah berupa 1.000 ekor domba, 300 ekor sapi dan 100 ekor unta. Kemudian beliau berkata: "Setiap apapun yang membuatku dekat dengan Allah, maka tidak ada sesuatu yang berharga bagiku. Demi Allah, jikalau aku memiliki seorang anak niscaya aku akan menyembelihnya ke jalan Allah. Jika itu bisa membuatku dekat dengan Allah."

Ketika Nabi Ibrahim berada di Baitul Maqdis, Nabi Ibrahim memohon kepada Allah agar dikarunia seorang anak, lalu Allah pun mengabulkan permohonan beliau. Kemudian Nabi Ibrahim dan istrinya Siti Hajar dikarunia seorang anak laki-laki yang sholeh. Bernama Ismail. Hari silih berganti, waktu pun berlalu hingga Nabi Ibrahim pun lupa akan perkataan yang telah diucapkan. Ketika Nabi Ismail mencapai usia remajanya (ada yang mengatakan 7tahun, 9tahun dan ada juga yang mengatakan 13 tahun) bertepatan malam 8 Zulhijjah Nabi Ibrahim AS tertidur dan bermimpi bahwa Nabi Ibrahim harus menyembelih puterannya yaitu Nabi Ismail AS. Mimpi seorang nabi merupakan salah satu cara dari turunnya wahyu Allah. Maka perintah dari Allah kepada Nabi Ibrahim untuk menyembelih Nabi Ismail dalam mimpi itu pun harus dilaksanakan oleh Nabi Ibrahim.

Nabi Ibrahim duduk termenung memikirkan ujian berat yang beliau hadapi. Di satu sisi Nabi Ibrahim seorang ayah yang amat mencintai puteranya yang sholeh dan taqwa. Di sisi lain Nabi Ibrahim merupakan nabi Allah, pesuruh Allah yang menjadi teladan bagi para pengikutnya untuk taat kepada Allah SWT. Kemudian Nabi Ibrahim melaksanakan perintah Allah. Menempatkan cinta dan kasih kepada Allah di atas cintanya kepada isteri, anak, serta harta benda lainnya.

Nabi Ibrahim mengajak Nabi Ismail untuk berdiskusi, bermuswarah. Beliau memberi tahu kepada nabi Ismail akan perintah Allah yang beliau terima dari mimpinya itu. Tanpa keraguan, tanpa pikir panjang dengan penuh ketaqwaan dan berbakti kepada orangtua Nabi Ismail berkata pada ayahnya:

"Wahai ayahku, Laksanakanlah apa yang telah diperintahkan Allah kepada engkau. Namun aku minta dalam pelaksanaannya ikatlah aku kuat-kuat supaya aku tidak banyak bergerak dan menyusahkan ayah. Kedua,  ayah tanggalkan pakaianku agar tidak terkena darah yang akan menyebabkan berkurangnya pahalaku dan terharunya ibuku bila melihatnya. Ketiga, Tajamkanlah pedangmu dan percepatlah proses penyembelihannya agar rasa sakitku teringankan. Dan yang keempat, sampaikanlah salam pada ibuku dan berikanlah pakaianku ini sebagai kenang-kenangan untuk menjadi penghibur baginya dari putera tunggalnya ini."

Kemudian nabi Ibrahim memeluk nabi Ismail, dicium pipinya sambil berkata:

"Bahagialah aku memiliki putera yang taat kepadalah Allah serta berbakti kepada orangtua dengan ikhlas sepenuh hati menyerahkan dirinya untuk melaksanakan perintah Allah."

Tibalah waktu penyembelihan. Diikatnya Nabi Ismail, dibaringkannya dia. Nampak Nabi Ibrahim meneteskan air mata sambil memegang pedang tajam di tangannya. Hari itu merupakan pertarungan dihati Nabi Ibrahim yang di satu sisi merasakan rasa yang amat cinta kepada anaknya dan di sisi lain sebagai Nabi Ibrahim adalah seorang nabi Allah yang juga amat mencintai Allah. 

Pandangan Nabi Ibrahim ke wajah Nabi Ismail pun beralih ke pedang tajam yang sudah dipegannya. Saat nabi Ibrahim menempelkan pedang itu ke leher Nabi Ismail dan seketika pedang itu menjadi tumpul. Kemudian Allah memerintahkan Malaikat Jibril untuk menghentikan penyembelihan itu. Diperintahkan juga Mailaikat Jibril oleh Allah untuk menggantikan Nabi Ismail dengan seekor Qibas (Domba Besar) yang sudah ada di samping Nabi Ibrahim.

***

Dari kisah ini kita dapat belajar betapa cintanya Nabi Ibrahim kepada Allah yang Maha pencipta langit dan bumi beserta isi alam semesta. Kita belajar dari Nabi Ismail yang begitu taqwa kepada Allah SWT dan berbakti kepada orangtua. Seandainya saja penyemebelihan Nabi Ismail terjadi, maka setiap tahun sudah banyak orang tua yang mengorbankan anaknya demi kecintaannya kepada Allah. Namun semua itu tidak terjadi karena Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail telah lulus dari ujian yang Allah berikan itu. Allah ingin melihat apakah hambanya benar-benar mendekatkan diri kepada-Nya disaat susah ataupun senang. Bahwa setiap dalam ujian seberat apapun Allah akan memberi jalan keluarnya, hanya saja butuh kesabaran dan waktu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun