Mohon tunggu...
M Alinapiah Simbolon
M Alinapiah Simbolon Mohon Tunggu... wiraswasta -

Ayah dari seorang anak bernama DOLIARGA HASANUL ABDILLAH SIMBOLON dan suami dari seorang isteri bernama NETTY ERLINDA. Juga pekerja sosial dan pengamat tingkat kampung, sekaligus sosok anak manusia, yang masih punya semangat...........\r\n

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jokowi Effect, Lebih Dahsyat dari Megawati Effect

25 Maret 2013   22:57 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:13 512
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13642269791664194741

[caption id="attachment_244176" align="aligncenter" width="620" caption="Foto : kompas.com"][/caption]

Sebanyak empat lembaga survei, diantaranya Aliansi Pemuda Bersatu (API), Pol Tracking Institute, Pusat Dara Bersatu (PDP) dan Public Research and Consulting, telah melakukan survei Calon Presiden (Capres), dan secara berturut-turut telah menominasikan Jokowi sebagai Calon Presiden (Capres) paling unggul. Lalu hanya satu lembaga survei yaitu Lingkaran Survei Indonesia (LSI) yang menempatkan Jokowi sebagai Calon Wakil Presiden (Cawapres) teratas (itupun karena LSI memang sengaja tak memposisikan Jokowi untuk disurvei sebagai Capres).

Hasil survei-suvei tersebut, sebagai bukti nyata bahwa figur Jokowi yang dikenal luas sebagai sosok pro rakyat telah menjadi parameter penilaian tentang sosok pemimpin yang ideal dan didambakan oleh rakyat banyak.  Tak hanya itu Jokowi Effect (pengaruh sosok Jokowi) juga telah berhasil berpeneltrasi serta sangat efektif merasuki pikiran dan sanubari rakyat, sehingga kebanyakan rakyat mengidolakan Jokowi dan mengidamkan Jokowi jadi pemimpin nasional..

Kembali nama Jokowi dienduskan dalam survei yang dilakukan Lembaga Survei Nasional (LSN). Meskipun survei yang dilakukan LSN bukan survei Capres, tapi khusus survei elektabilitas partai politik (survey yang sama telah dilakukan juga oleh LSN), namun hasil survei yang dirilis, Minggu 24 Maret 2013, namun nama Jokowi menjadi primadona, dan itu terkait keberhasilan PDIP berhasil menjadi yang teratas sebagai partai politik yang berelektabilitas tertinggi dengan raihan suara 20,5 persen, diikuti Partai Golkar (19,2 persen), Partai Gerindra (11,9 persen), Partai Hanura (6,2 persen), Partai Nasdem (5,3 persen), PKS (4,6 persen), Partai Demokrat (4,3 persen), PAN (4,1 persen), PKB (4,1 persen), PPP (3,4 persen), PBB (0,4 persen) dan PKPI (0,2 persen). Untuk survei LSN kali PDIP berhasil menyalip Partai Golkar , sebab dalam survei LSN sebelumnya, PDIP berada diurutan kedua dibawah Partai Golkar.

Direktur Eksekutif Lingkaran Survei Nasional (LSN) Umar S Bakry, saat mengumumkan hasil survey di Hotel Atlit Century Senayan Jakarta,  menguakkan  adanya peran Jokowi Effect atas unggulnya PDIP sebagai partai politik yang berlektabilitas tinggi. Menurut Umar S Bakry, disamping karena PDIP dipersepsikan publik sebagai partai yang konsisten memperjuangkan kepentingan rakyat kecil, faktor lain yang membuat elektabilitas PDIP naik adalah faktor sosok Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo alias Jokowi. Ditegaskannya bahwa hasil survey menunjukkan adanya”Jokowi Effect” untuk PDIP. Jadi tak bisa ditampik pengaruh sosok Jokowi yang merupakan kader PDIP, saat sekarang ini sangat besar pengaruhnya memberikan citra positif buat PDIP. Malah keberpihakan PDIP sebagai partai yang dipersepsikan konsisten memperjuangkan kepentingan rakyat kecil, juga tak terlepas dari   kiprah Jokowi yang dikenal benar-benar sebagai pemimpin yang pro rakyat.

Jokowi memang sebagai kader PDIP, dan diusung PDIP saat mencalonkan sebagai Gubernur DKI Jakarta (termasuk sebelumnya saat menjadi Walikota Solo). Tingginya kepercayaan rakyat terhadap Jokowi secara otomatis juga berpengaruh positif meningkatkan citra PDIP. Kondisi ini adalah fakta, maka elit PDIP, termasuk mother founding PDIP yaitu Megawati Sukarnoputri, selayaknya sadar bahwa di internal PDIP telah lahir sosok penting yang bernama Joko Widodo, dan sosoknya terbukti punya pengaruh kuat membesarkan nama PDIP serta punya magnet menggaet kepercayaan rakyat di republik ini. Elit PDIP dan Mega, juga harus menyadari, survei LSN menjadi bukti terkini, bahwa pengaruh sosok Jokowi (Jokowi Effect) berhasil membuat PDIP terdongkrak elektabilitasnya. Muara penilainnya, sosok Jokowi sangat berpeluang besar menjadi presiden, jika memang diusung sebagai Capres pada Pilpres 2014 mendatang.

Aneh rasanya, jika sejumlah survei jelas-jelas telah meposisikan Jokowi sebagai Capres terunggul. Fakta juga telah berbicara bahwa Jokowi adalah calon pemimpin yang banyak dukungan. Namun PDIP, Megawati dan para elitnya sedikitpun tak berkeinginan mengusung Jokowi menjadi Capres 2014. Malahan ketika adanya desakan agar PDIP mengusung Jokowi sebagai Capres, tak satupun elit PDIP, termasuk Megawati memberikan respon. Justru yang tercetus dari moncong petinggi PDIP penyataan bahwa Jokowi belum saatnya nyapres.

Saat sekarang ini wacana pengusungan Megawati sebagai Capres oleh PDIP terus berkembang, dan gelagatnya memang Megawatilah yang akan diusung PDIP. Lalu,jika pada saatnya nanti Megawati yang dipastikan diusung PDIP, jelas peluang Megawati untuk terpilih sebagai presiden, jauh dari harapan dan tak sebesar peluang Jokowi jika misalnya Jokowi yang diusung PDIP. Selain punya pengalaman dua kali kalah di Pilpres sebelumnya, Megawati juga tak punya pengaruh sedahsyat Jokowi.

Meskipun Megawati sebagai pendiri dan pimpinan PDIP, tapi saat sekarang ini pengaruh sosok Megawati tak sehebat dan tak sedahsyat pengaruh sosok Jokowi baik terhadap rakyat maupun untuk kebesaran PDIP.  Megawati Effect terbukti tak bisa menandingi Jokowi Effect, dan survei telah membuktikan. Apalagi rakyat sudah tahu kapasitas Megawati, karena rakyat sudah pernah dipimpin oleh presiden yang bernama Megawati Sukarnoputra, dan saat jadi presiden (menggantikan Gus dur), terbukti tak ada perubahaan yang terjadi di republik ini.

Memang acara pencapresan setelah acara Pemilu Legislatif, dan masih ada waktu buat Megawati dan para elit serta petinggi PDIP untuk berpikir ulang dan mengkaji ulang untuk tetap mencalonkan Megawati Sukarnoputri sebagai Capres pada Pilpres 2014 Kalau ingin PDIP besar seharusnya Megawati legowo dan tak memikirkan ambisi pribadinya. Dan para elit dan petinggi PDIP juga tak terus-terusan berada diketiak Megawati. Namun demikian jika toh Megawati juga yang  tetap diusung, maka PDIP harus bersiap menerima konsekswensi apapun yang terjadi. Sebab untuk menang jauh dari kemungkinan , dan kalah di pilpres sudah pasti, Mungkin konsekwensinya tak hanya sekedar itu saja. Kemungkinan PDIP anjlok popularitasnya bisa menjadi sebuah fakta. Dan kemungkinan Jokowi jadi Capres dari partai lain juga tak tertutup kemungkinannya.

Yang perlu dicamkan dan direnungkan oleh elit PDIP, terkhusus Megawati, bahwa untuk kondisi saat ini Jokowi Effet (pengaruh sosok Jokowi) terbukti sangat efektif membesarkan PDIP ketimbang mengandalkan figur Megawati. Yang pasti Jokowi Effect jauh lebih dahsyat dari Megawati Effect. Dan kalau Megawati tak merasa buta, maka seharusnya Megawati menyadari begitu besarnya harapan rakyat Indonesia terhadap Jokowi untuk memimpin negara ini. Megawati seharusnya malu ketika dia bersama Jokowi dalam sejumlah acara, terakhir di kampanye calon PDIP di Pilgub Sumut di Medan, sosok Jokowi lah yang paling dielukan warga, dan Megawati saat itu tampak terabaikan. Itupun kalau Megawati sadar dan bisa menyadari ! (***)

Penulis : M Alinapiah Simbolon

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun