Mohon tunggu...
Sary Hadimuda
Sary Hadimuda Mohon Tunggu... Guru - Hanya seorang hamba Allah yang sedang memantaskan diri menjadi pendidik

Sedang belajar membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

2019 Ganti Saringan Air

8 Januari 2019   20:40 Diperbarui: 8 Januari 2019   20:49 1168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saringan yang sudah jadi. | Dokumentasi pribadi

Sudah beberapa pekan hujan tidak turun di kota Sorong. Kalaupun datang, hanya mengintip lalu pergi. Sekedar membuat aroma tanah menguap ke udara sepersekian detik saja.

Air PAM (Perusahaan Air Minum) sebagai sumber air tidak mengalir juga seperti biasa. Mungkin karena kemarau. Satu-satunya harapan lain dengan menggunakan air sumur bor. Sebab kalau beli air tangki mobil merogoh saku sebesar Rp 250.000,- untuk 5000L dan Rp 120.000,- untuk 1000L.

Lantas menggunakan air sumur bor bukan berarti masalah selesai. Entah jenis tanah apa yang ada di sini. Air yang keluar dari sumur bor awalnya jernih. Namun lama-kelamaan berubah jadi keruh dan berbau besi. Siap-siap baju putih berubah jadi kekuningan bila tak disaring terlebih dahulu.

Saringan dari jaman dulu sampai sekarang tetap sama. Terdiri dari busa, pasir pantai, batu kerikil, sabut kelapa, arang, dan batu besar yang disusun dalam drum besi atau plastik. Tidak cukup sampai di situ. Keran di kamar mandipun dibungkus kain. Demi menginginkan air yang sesuai.

sabut kelapa dan busa yang sudah menguning| dokumentasi pribadi
sabut kelapa dan busa yang sudah menguning| dokumentasi pribadi
Bila air mengalir lambat, pertanda saringan harus dibersihkan. Material pun dikeluarkan lalu dicuci atau disikat. Pasir diperlakukan seperti hendak menanak nasi. Mesti perlahan agar sebutirpun tak tumpah saat dicuci.

Drum biru dulunya saringan jaman old. Tangki kuning penampungan air PAM| dokumentasi pribadi
Drum biru dulunya saringan jaman old. Tangki kuning penampungan air PAM| dokumentasi pribadi
Ini sudah jaman milenial. Apapun harus cepat, tepat, dan hemat dompet. Saringan pun diganti. Filter atau saringan seperti depot air isi ulang akhirnya jadi pilihan. Kurang lebih dengan empat ratus ribu sudah dapat 3 tabung, 2 filter nano dan 1 filter karbon aktif. Tabungnya berukuran tinggi 28cm dan diameternya 8cm.

filter | dokumentasi pribadi
filter | dokumentasi pribadi
Pemasangan saringan seperti ini sangat mudah (kata bojo).Tidak membutuhkan ruang sebesar drum. Tidak perlu mengangkat material batu atau pasir. Cukup memahami bagaimana memasang pipa air. Jika sewaktu-waktu sudah tidak layak,  filternya cukup diganti dengan harga Rp 12.000/pcs. Lebih hemat daripada harus mencari pasir, batu dan material lain.  Belum lagi ongkos bensin atau tenaga untuk mencucinya.

Sistemnya, air yang keluar dari mesin pompa, masuk ke dalam tabung pertama melewati bagian luar filter nano berukuran 5 micron. Lalu menerobos ke dalamnya. Artinya telah tersaring satu kali. Selanjutnya air yang keluar dari lubang tersebut  mengalir lagi menuju tabung ke-2 dan tersaring di filter yang berukuran 3 micron. Terakhir baru tersaring lagi di filter karbon aktif.

Praktis. Air yang dihasilkan pun lebih baik daripada saringan jaman old. Karena karbon aktif menghilangkan bau karat lebih maksimal. Maksud dari filter 5 dan 3 micron sendiri adalah ukuran lubang kecil dari filter. Fungsinya menyaring air yang mungkin orang fisika lebih paham.

---------

Sudah banyak yang memakai saringan seperti ini di luar sana sepertinya. Tapi yang ingin saya sampaikan bahwa 2019 tidak melulu soal ganti presiden. Terlalu banyak kebencian yang disebar. Padahal belum tentu benar. Masing-masing kubu mencari kesalahan rival. Sampai-sampai "pikiran" yang jadi tumbal. Bukan berarti tak ingin ikut pesta demokrasi. Melainkan hati sedikit lelah dengan berita (artikel atau meme) yang seolah menunjukkan kita tak punya kasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun