Pada Meil lalu, perusahaan rintisan berbasis internasional di San Fransisco, Amerika Serikat, yakni Global Startup Ecosystem Report (GSER) telah membuat sebuah laporan riset.
Laporan riset tersebut menjelaskan bahwa wilayah Jakarta sebagai Ibukota Negara Indonesia berada di posisi ke-33 sebagai kota dengan ekosistem startup potensial.
Perusahaan rintisan atau startup Indonesia masih belum banyak yang dapat bersaing di pasar global lantaran akses terbatas. Sangat disayangkan justru lebih banyak startup asing yang masuk dalam pasar domestik.
Ekosistem startup Indonesia mayoritas berada di tahap challenging atau sebatas penantang kuat. Padahal, Indonesia semestinya sudah berada di tahap attraction dimana startup tersebut mampu merangkul semua ekosistem.
Misalnya seperti mampu mengajak para pemangku kekuasaan agar mau melakukan investasi terhadap perusahaan rintisan yang sedang dikembangkan.
Mungkin Indonesia bisa sedikit berbangga terhadap perkembangan Gojek dan Traveloka. Gojek tengah melakukan ekspansi ke Singapura, Filipina, Thailand, dan Vietnam. Sementara Traveloka juga telah tersedia disana serta di Malaysia.
Pemerintah Indonesia mesti fokus terhadap keterkaitan global dalam mendorong startup domestik menuju pasar global. Salah satu sektor unggulan milik Indonesia yakni melalui industri fintech.
Mengingat jumlah penduduk yang lebih dari 250 juta jiwa, penggunaan fintech secara massal akan mendorong perekonomian Indonesia. Akan tetapi, pertumbuhan startup dalam negeri sering menemui hambatan.
Investasi yang belum maksimal dimana salah satu penyebabnya adalah akses ke pasar global terbatas. Disini, peran pemerintah dibutuhkan dalam mengupayakan perusahaan rintisan dalam negeri agar dapat menarik minat investor asing.
Masyarakat Industri Kreatif Teknologi Informasi dan Komunikasi Indonesia (MIKTI) juga menyarankan kepada pemerintah agar terus mengembangkan kurikulum khusus yang mampu menciptakan para talenta digital.
Para talenta digital kelak diharapkan mampu melakukan beragam inovasi dalam mengembangkan perusahaan rintisan atau startup dalam negeri.
Untuk saat ini MIKTI mengungkapkan masih terdapat perbedaaan yang signifikan antara para lulusan perguruan tinggi dengan kebutuhan dalam bidang industri digital.
Oleh karena itu, MIKTI mendorong para talenta digital tersebut salah satunya melalui program pelatihan kepada mereka terkhusus lulusan di bidang teknologi yang diselenggarakan di beberapa kota besar
Selanjutnya, MIKTI akan memfasilitasi talenta digital berupa tempat bekerja dan mendatangkan sejumlah mentor sehingga mampu meningkatkan kemampuan mereka ini.
Langkah yang dilakukan baik pemerintah maupun instansi lainnya diharapkan mampu menarik minat para talenta digital agar terus belajar dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki.
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) memiliki target akan menciptakan sebanyak lima ribu perusahaan rintisan hingga lima tahun mendatang.
Pemerintah maupun masyarakat memiliki peran masing-masing dalam mengembangkan ekosistem startup Indonesia. Sinergi antar keduanya akan mampu menghadirkan lima ribu startup pada 2024 mendatang.
Bogor, 11 Agustus 2019