Mohon tunggu...
Naufal Alfarras
Naufal Alfarras Mohon Tunggu... Freelancer - leiden is lijden

Blogger. Jurnalis. Penulis. Pesilat. Upaya dalam menghadapi dinamika global di era digitalisasi serta membawa perubahan melalui tulisan. Jika kau bukan anak raja, juga bukan anak ulama besar, maka menulislah. "Dinamika Global dalam Menghadapi Era Digitalisasi" Ig: @naufallfarras

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kloning, Johnson-Trump Serupa tapi Tak Sama

28 Juli 2019   10:27 Diperbarui: 28 Juli 2019   10:29 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Donald Trump dan Boris Johnson (Sumber: nypost.com)

Trump menyambut positif atas kehadiran Perdana Menteri Inggris yang baru tersebut. Relasi antara AS dan Inggris dipastikan Trump akan berjalan istimewa kedepannya. "Britain Trump" pun menjadi viral.

Trump dan Johnson diketahui telah memiliki hubungan dekat sejak Johnson masih menjabat sebagai menteri dibawah kepemimpinan Theresa May.

Dengan begitu, tidak menutup kemungkinan Trump akan membantu memuluskan langkah Johnson dalam membawa Inggris keluar dari Uni Eropa.

Johnson berjanji akan membawa Inggris keluar dari Uni Eropa dengan tepat waktu pada 31 Oktober mendatang. Dirinya hanya mempunyai waktu kurang dari seratus hari dalam mempersiapkan proses tersebut.

Oposisi yang mendominasi parlemen menjadi tantangan yang mesti dihadapi Johnson dalam mengambil setiap keputusan. Menyadari hal ini, Johnson benar-benar membutuhkan rekan yang pro terhadap dirinya.

Perombakan kabinet langsung dilakukan dengan mengakat sejumlah politikus pro Brexit sebagai rekan kerja Johnson. Beberapa menteri yang diangkat merupakan bagian dari tim kampanye pro Brexit yang dibentuk oleh Johnson 2016 silam.


Hasil jajak pendapat menunjukkan bahwa sebanyak 52 persen warga Inggris menginginkan Inggris hengkang dari Uni Eropa atau kelompok pro Brexit. Sedangkan 48 persen menyatakan menolak langkah ini.

Sejak 2016, Inggris juga tidak menunjukkan tanda-tanda bakal hengkang. Justru permasalahan dalam negeri semakin memanas dan berujung pada krisis politik. Kelompok oposisi terus menyuarakan pendapatnya dalam menolak Brexit.

Theresa May menyatakan mundur sebagai perdana menteri mengikuti jejak pemimpin sebelumnya yaitu David Cameron akibat tidak mampu menuntaskan Brexit. Posisi May kemudian digantikan oleh Boris Johnson.

Muncul argumen bahwa dengan terpilihnya Johnson, maka akan membuka pintu awal kehancuran Inggris. Johnson merupakan pihak yang paling gencar mengutarakan agar Inggris tidak memiliki hubungan apapun pasca Brexit.

Hal ini sangat bertentangan dengan pemikiran May dimana Inggris harus tetap memiliki hubungan dengan Uni Eropa terutama di sektor Ekonomi. Perbedaan pendapat menyebabkan Johnson mundur sebagai menteri luar negeri May pada 2018.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun