Mohon tunggu...
Naufal Alfarras
Naufal Alfarras Mohon Tunggu... Freelancer - leiden is lijden

Blogger. Jurnalis. Penulis. Pesilat. Upaya dalam menghadapi dinamika global di era digitalisasi serta membawa perubahan melalui tulisan. Jika kau bukan anak raja, juga bukan anak ulama besar, maka menulislah. "Dinamika Global dalam Menghadapi Era Digitalisasi" Ig: @naufallfarras

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Mengenal Sistem Kerja "996" di China yang Efektif

18 Juni 2019   14:16 Diperbarui: 21 Juni 2019   03:07 3061
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Rapat Tim Strategi Bisnis Pemasaran - rawpixel

Dalam mencapai tujuan diperlukan usaha dan kerja keras agar impian dapat terealisasi. Baik individu maupun kelompok memerlukan perencanaan yang matang dalam mencapai tujuan tertentu.

Negeri Tirai Bambu sejak dahulu dikenal sebagai negara dengan masyarakat tipikal pekerja keras. Bahkan ada ungkapan yang menyebutkan "tuntutlah ilmu sampai ke negeri China".

Usaha China dalam bersaing dengan dunia internasional terbukti dengan keterlibatannya hampir disemua bidang kehidupan baik politik, ekonomi, dan yang paling masif yaitu teknologi.

Warga China mengenal dengan sistem kerja 996, yaitu bekerja yang dimulai dari pukul 9 pagi hingga pukul 9 malam selama 6 hari dalam seminggu. Jack Ma pun mengakui bahwa dirinya juga menerapkan sistem tersebut.

Sistem kerja 996 tidak berawal di China, melainkan di Amerika Serikat tepatnya Silicon Valley saat teknologi internet mulai dikenal sejak tahun 1990-an.

Dikutip di Forbes, Rebecca Fannin sebagai pemodal ventura di Silicon Dragon Venture mengatakan sistem kerja 996 adalah upaya China dalam mengejar perekonomian negara barat.

Banyak pekerjaan yang mesti diselesaikan sebagai alasan. Terlebih lagi di Kota Beijing, Shanghai, dan Shenzhen menerapkan sistem kerja 10-10-7 dimana bekerja selama 12 jam selama setiap hari dalam seminggu.

Protes Terhadap Sistem Kerja 996 di China
Muncul kritikan atas sistem kerja 996 karena sangat membebani para pegawai. Hal ini bermula dari para programmer yang tidak sepakat dengan tuntutan kerja mereka. Protes disampaikan dalam komunitas Github dengan banner 996.

Sistem kerja 996 dideskripsikan dengan jika menaati jadwal kerja 996 akan membawa diri menuju ICU yang merujuk pada ruang gawat darurat di rumah sakit. Topik ini langsung menjadi populer dan kerap diperbincangkan.

Aspek keseimbangan hidup serta kesehatan mental dan fisik pegawai kerap menuai krtitik. Namun, hal tersebut salah satu faktor yang dianggap mampu meningkatkan industri teknologi China berkembang pesat.

Bekerja yang teramat keras akan berdampak negatif terutama bagi diri sendiri. Merusak kreativitas seseorang dan memperburuk kondisi kesehatan tubuh karena terlalu memaksakan diri.

Kaum muda menjadi pihak yang sering menolak penerapan sistem kerja 996. Hak-hak individu sangat dibatasi sehingga waktu untuk memprioritaskan diri sendiri menjadi berkurang.

Benjamin Qiu seorang pakar hukum di Loeb & Loeb LPP mengatakan hampir seluruh startup di China kurang memerhatikan keamanan sosial terutama dikalangan kaum muda. Kompensasi pegawai tidak sesuai dengan kerja lembur yang dilakukan.

Kerja Keras Sebagai Kunci Kesuksesan
Motivasi yang besar untuk mencapai kesuksesan membuat budaya kerja 996 terus berjalan. Robin Li pendiri Baidu, Pony Ma pendiri Tencent, serta Jack Ma pendiri Alibaba merupakan individu yang menerapkan sistem kerja 996.

Jack Ma pun sempat dikritik akibat menerapkan sistem kerja 996. Ma justru menyayangkan sikap individu yang tidak mau bekerja keras saat masih berusia muda.

Kemampuan fisik selagi muda harus dimanfaatkan dengan kerja keras. Jika usaha yang dilakukan biasa-biasa saja maka tidak akan mampu meraih sukses yang diinginkan.

Dalam tulisannya, Ma menuturkan mencari pekerjaan sama seperti mencari pasangan. Ketika menemukan cinta sejati, perjalanan hidup akan terasa bahagia. Tetapi, ketika bekerja untuk hal yang tidak disukai akan terasa sangat berat.

Tak hanya pengusaha, profesi lain seperti seniman, ilmuwan, atlet, dan pejabat bahkan bekerja melebihi sistem 996. Hal ini lantaran memiliki cinta yang luar biasa terhadap profesi yang sedang dijalani.

Ketekunan yang luar biasa juga membuat mereka bersedia melakukan upaya luar biasa dalam meraih kesuksesan luar biasa. Ketika melakukan yang disukai, hal itu akan terus dilakukan meski kelelahan dan kesulitan terus menghampiri.

Jack Ma menyampaikan bahwa perusahaan diharapkan mampu menumbuhkan rasa cinta karyawan terhadap pekerjaan yang dijalani serta rasa memiliki terhadap perusahaan.

Banyak perusahaan teknologi China memiliki pandangan kerja keras akan sebanding dengan kesuksesan meskipun belum tentu benar. Tidak heran negeri ini dikenal memiliki masyarakat yang ulet.

Lantas bagaimana jika sistem kerja 996 diterapkan di Indonesia? Kerja yang dilakukan selama 12 jam non-stop sudah pasti akan menuai protes keras terutama oleh karyawan perusahaan serta kaum buruh.

Poin pelajaran yang perlu dipetik bagi bangsa Indonesia adalah semangat kerja yang ditunjukkan oleh China. Diperlukan kerja keras, keras cerdas, dan kerja ikhlas agar hasil yang dicapai sesuai dan bahkan melampaui target sebelumnya.

Memang benar kerja keras tidak selamanya akan menuntun kepada kesuksesan. Diperlukan faktor-faktor lain seperti ibadah menurut kepercayaan masing-masing.

Akan tetapi, sulit membayangkan kesuksesan dapat diraih tanpa adanya kerja keras dan semangat pantang menyerah. Apabila memiliki target diatas rata-rata, maka usaha yang diperlukan juga tidak bisa yang biasa-biasa saja.

Terlebih lagi bagi kaum muda. Semestinya harus dipupuk semangat kerja dan bukan waktunya untuk bersantai. Karena semangat dan jiwa kreatif anak-anak muda bangsa diperlukan dalam memajukan Indonesia.

Bogor, 18 Juni 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun