Mohon tunggu...
Abdullah Sammy
Abdullah Sammy Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti Strategi Manajemen dan Sejarah Politik UI

Peneliti Strategi Manajemen dan Sejarawan dari Universitas Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Hari-hari Jelang Eksekusi

19 Januari 2015   05:31 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:51 713
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1421594672774565196

Eksekusi mati kembali dilakukan di Indonesia. Kali ini negara memaksa mengakhiri nyawa enam manusia yang divonis sebagai gembong narkoba. Pro kontra sontak bermunculan.

Jujur, awalnya saya berada di pihak yang pro hukuman mati. Terlebih kepada pelaku kejahatan sadis maupun bandar narkoba. Tapi, setelah mengetahui hari hari tervonis mati menanti eksekusi ada rasa kemanusiaan yang tak bisa diabaikan.

Berikut saya mau share artikel yang saya tulis di Nusakambangan, pascahukuman mati kembali dilakukan pemerintah Indonesia pada 2013, setelah sebelumnya distop selama 5 tahun.....
******

Ibrahim bin Ujang (48 tahun) duduk menatap empat orang yang mengacungkan senjata kepadanya. Dia sadar detik-detik kematian segera menghampirinya pada Jumat, 18 Mei 2013, dini hari itu.

Sepanjang 16 tahun lamanya, hidup Ibrahim hanya dihabiskan untuk menanti kematian. Dia menunggu kematian dari balik sel Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Batu Nusakambangan.

Ibrahim merupakan narapidana (napi) kasus pembunuhan berencana. Ibrahim tak duduk sendiri. Ada Jurit bin Abdullah (46 tahun) yang menemaninya menunggu giliran dieksekusi mati.

Ibrahim dan Jurit adalah napi yang divonis mati karena memutilasi pria bernama Soleh di Palembang pada 1997. Perbuatan keji itu mereka lakukan karena alasan sepele, dendam.

Pada Jumat malam itu, eksekusi mati juga akan dihadapi Suryadi Swabuana (47 tahun). Suryadi menunggu giliran ditembak mati karena perbuatannya pada 1991. Selama 22 tahun, Suryadi telah menunggu kematian.

Hukuman mati itu jadi ganjaran setelah Suryadi membunuh satu keluarga di Kompleks Pusri Palembang. Pembunuhan keji itu dilakukan Suryadi saat ia masih muda, 25 tahun.

Aksi kejam itu dilakukan dengan alasan harta. Kini, pada hari tuanya, Suryadi harus membayar perbuatan itu dengan nyawanya.

Ibrahim, Jurit, dan Suryadi harus duduk di kursi yang diletakkan di tengah Hutan Nirbaya di Pulau Nusakambangan. Mereka duduk di kursi yang hanya berjarak delapan meter dari tim eksekutor mati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun