Mohon tunggu...
Akhmad Mukhlis
Akhmad Mukhlis Mohon Tunggu... Dosen - Gandrung Sepak Bola, Belajar Psikologi

4ic meng-Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Senyum: Awet Muda atau Terlihat Tua?

19 Mei 2017   14:49 Diperbarui: 19 Mei 2017   17:02 3053
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar diambil dari https://static.pexels.com/photos/160739/smilies-bank-sit-rest-160739.jpeg

“Tersenyumlah, niscaya kita akan awet muda” begitu adagium lama mengajari kita. Saya sampai pada detik ini juga percaya bahwa senyum merupakan hal yang baik dan selalu menarik untuk saya lakukan dana tau saya nikmati dari orang lain. Bagi umat muslim, senyuman merupakan salah satu bentuk amal manusia bagi manusia lainnya. Bahkan semua kisah menyatakan bahwa Nabi Muhammad SAW merupakan manusia yang murah senyum. Saya rasa semua ajaran agama juga mengajarkan hal yang kurang lebih sama terkait senyuman. Jika tidak percaya, bukalah Facebook, Instagram atau lainnya, lihatlah foto-foto yang beredar disana. Iya, senyum adalah posefoto yang banyak dipilih (karena dipercaya) seseorang untuk memperlihatkan diri mereka baik-baki saja.

Bukan hanya berhenti pada kepercayaan dan ajaran turun temurun, berbagai penelitian juga telah membuktikan bahwa senyuman memiliki banyak hal baik untuk manusia. Tahun 2011 Marie Arsalidou bersama dua rekannya Morris dan Taylor mempublikasikan hasil penelitiannya dalam Jurnal Brain Topography bahwa senyuman merupakan ekspresi emosional yang fundamental dan menjadi salah satu bentuk cara positif mempengaruhi penilaian interpersonal serta dapat mengubah hasil kehidupan seseorang. Jauh sebelumnya, pada tahun 1943 Thornton (dalam Wang & He, 2015) menunjukkan hasil temuan yang menyatakan bahwa orang yang tersenyum cenderung dinilai lebih tinggi dalam kebaikan, kejujuran, dan memiliki rasa humor dibanding individu dengan ekspresi netral. Penelitian lainnya juga menunjukkan hal yang serupa, seperti senyuman merupakan ekspresi yang dianngap sebagai wakil kebahagiaan (Otta, Abrosio, & Hoshino, 1996), tanda keramahan (Tsai & Huang, 2002), lebih jujur (Ruback, 1981), lebih disukai (Young & Beier, 1977), lebih sopan, lebih riang dan lebih menarik (O'Doherty, Winston, Critchley, Perrett, Burt, & Dolan, 2003).

Namun, tahukah anda penelitian terbaru di Universitas Ben-Gurion Israel menyatakan fakta yang boleh dikatan anti-mainstreamtentang senyuman. Hasil penelitian mereka menyebutkan bahwa senyuman membuat orang tampak tua. Nah lo… :)

Sebanyak 40 subjek dalam penelitian tersebut diminta untuk memberikan peringkat umur dari tiga ekspresi dalam foto, ekspresi tersenyum, ekspresi netral dan ekspresi terkejut. Hasilnya, ekspresi terkejut dianggap memiliki usia yang lebih muda dari ekspresi netral dan ekspresi netral dianggap lebih muda dari ekspresi senyum. Artinya, data akademik penelitian tersebut menunjukkan bahwa seseorang terlihat lebih tua dengan tersenyum.

Sontak hasil penelitian tersebut menjadi bahan perbincangan dunia, setidaknya ada tiga portal berita terkait psikologi yang menyajikan ulasan tentang temuan kecil tersebut. Mulai dari Psychologytoday https://www.psychologytoday.com/blog/cusp/201705/smiling-in-photos-makes-people-look-older-study-shows Sciencedaily https://www.sciencedaily.com/releases/2017/05/170509132835.htm dan Neurosciencenews http://neurosciencenews.com/smiling-older-perception-6625/.

Saya menduga mereka (peneliti) juga tak kalah kaget dengan hasil temuannya sendiri. Kekagetan tersebut dibuktikan saat mereka melampirkan data kroscek yang mereka dapatkan dari wawancara kepada seluruh responden setelah sesi penelitian berakhir. Anehnya saat seluruh subjek diminta untuk mengingat peringkat yang mereka berikan, mereka merasa telah memilih ekspesi senyuman sebagai ekspresi termuda. Tapi nyatanya, mereka menempatkan ekspresi terkejut dan netral diatas ekspresi senyum. Fenomena tersebut mungkin terlihat kontra-intuitif, namun sekaligus membuktikan bahwa orang dapat dengan tulus percaya terhadap s(u)atu hal dan kemudian berperilaku dengan cara yang sama sekali berbeda dengan kepercayaannya.

Banyak argumentasi berbagai ahli berkaitan hasil penelitian tersebut, salah satunya seperti dikutip dalam Psychologytoday, bahwa kemungkinan garis mata memainkan efek mengapa foto tersenyum dianggap terlihat lebih tua dibandingkan foto terkejut. Kerutan di garis mata kan terlihat saat kita tersenyum, namun kerutan tersebut tidak Nampak saat seseorang terkejut.

Saya lebih menanggapi penelitian tersebut sebagai perspektif baru menggunakan redaksi kalimat. Saya tetap percaya bahwa senyum adalah indah, membuat awet muda dan hal baik lainnya, namun saya sekarang juga percaya bahwa senyum membuat kita “nampak” lebih dewasa. Saya lebih memilih kata “dewasa” daripada kata “tua”. Karena “dewasa” mewakili aspek psikologis kita, sedangkan “tua” mewakili usia kita yang itu biasanya dihubungkan dengan kondisi fisik kita. Jadi bagi saya penelitian tersebut sangat menarik bukan?

Sumber bacaan:

 

Arsalidou, M., Morris, D., & Taylor, M. J. (2011) Converging evidence for the advantage of dynamic facial expressions. Brain Topography, 24 (2), 149-163.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun