Pada Pemilu 2019 , generasi Milenial sangat diperhitungkan. Peran mereka amat berpengaruh terhadap keberlangsungan demokrasi Indonesia. Bagaimana tidak, generasi Milenial menduduki angka 70-80 juta jiwa dari 193 juta pemilih.
Seiring dengan perkembangan teknologi dan pesatnya penggunaan media sosial yang dijadikan ladang mengkampanyekan calon presiden dan wakil presiden atau bahkan calon anggota legislatif, para pelaku politik sangat bergiat membuat konten konten kemenangan calonnya.
Sasaran empuk dari promosi melalui media sosial adalah para generasi Milenial. Mereka sering kali mendapatkan paparan konten pemilu.
Generasi Milenial yang masih sangat rentan terpengaruh oleh berita yang berjejaring di media sosial, sangat dikhawatirkan menjadi korban orang orang tidak bertanggung jawab yang menyebarkan berita bohong.
Perlu adanya sikap kritis dari para Milenial ketika mendapatkan berita di media sosial. Terutama berita bohong atau hoax dapat mempengaruhi psikis para Milenial untuk acuh terhadap politik.
Sikap acuh inilah yang mampu menjadikan generasi penerus bangsa ini apatis terhadap politik sehingga tidak menggunakan haknya sebagai warga negara yang baik. Karena memberikan suara saat Pemilu adalah salah satu bentuk partisipasi politik.
Generasi Milenial kerap kali dianggap sebagai kelompok masyarakat yang paling tidak peduli dengan persoalan politik. Sehingga, jangan sampai dengan paparan berita hoax mnejadikan Milenial semakin jauh dari perpolitikan dan menjadi golput dalam Pemilu.
Padahal, masa sekarang adalah pembelajaran bagi generasi Milenial sebagai investasi bangsa. Karena nasib Indonesia terletak pada mereka. Jika saat ini saja mereka apatis terhadap politik, bagaimana mungkin Indonesia akan memiliki  pemimpin bermartabat?
Untuk itu mari kaum milineal gunakan hak pilik anda dengan cerdas dengan tidak menyebsrksn hoax dsn termakan isu hoax untuk suksesnya pemilu 2019 yang damai dan  berkualitas serta tetap jaga persatuan bangsa.
